Dampak Anemia Remaja Putri: Sulit Konsentrasi hingga Risiko Stunting

Kompas.com - 18/10/2020, 12:18 WIB
Tim Konten,
Sri Noviyanti

Tim Redaksi

Sumber GenBest.id

KOMPAS.comAnemia merupakan salah satu masalah kesehatan yang kerap terjadi pada banyak orang. Kurangnya asupan zat besi melalui protein hewani, membuat tubuh kekurangan nutrisi untuk menghasilkan sel darah merah atau hemoglobin pada tubuh.

Tak hanya terjadi pada orang dewasa, remaja putri pun bisa mengalami anemia. Pola diet ketat dan kurangnya asupan makanan bergizi, menjadi salah satu faktor penyebabnya. Hal ini kian diperparah dengan adanya menstruasi rutin yang membuatnya kehilangan banyak darah.

Menurut data Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) pada 2013, sebanyak 22,7 persen remaja putri di Indonesia mengalami anemia yang disebabkan oleh kekurangan zat besi. Senada, World Health Organization (WHO) turut menyebut 53,7 persen remaja putri di negara-negara berkembang, termasuk Indonesia, kerap mengalami anemia.

Tidak disadari

Sayangnya, gejala anemia sering tidak disadari oleh para remaja. Timbulnya rasa lelah, letih, dan lesu kerap dianggap sebagai angin lalu. Padahal, anemia yang tidak teratasi bisa membuat daya tubuh menurun dan rentan terkena penyakit.

Baca juga: Ini Jenis Olahraga yang Cocok untuk Mencegah Anemia

Kondisi ini juga akan berdampak besar pada psikologis penderitanya. Adanya perbedaan fisik dan kemampuan tak jarang membuat remaja putri dengan anemia, merasa berbeda dengan teman sebayanya.

Mulai dari tampilan wajah yang pucat, sakit kepala, kesulitan bernapas, hingga sulit berkonsentrasi turut menandakan tingkat keparahan anemia yang diderita. Inilah yang membuat fungsi kognitif kian menurun sehingga penerimaan informasi seperti berpikir menjadi lebih lambat.

Penyebab stunting pada anak

Remaja putri yang dahulu terkena anemia, suatu saat akan tumbuh dewasa dan melahirkan seorang anak.

Hal berbahayanya adalah, anemia yang terjadi pada tubuh ibu rupanya akan berdampak juga pada sang anak, salah satunya ditandai dengan terjadinya kelahiran prematur hingga kematian janin.

Sebab, anemia pada ibu hamil akan mengganggu pasokan nutrisi yang dibutuhkan janin pada proses perkembangannya. Akibatnya, bayi yang lahir akan berisiko mengalami berat badan rendah sekaligus meningkatkan risiko kematian pada bayi.

Baca juga: 5 Buah Tinggi Vitamin C yang Membantu Penyerapan Zat Besi

Risiko stunting pun tak luput dari bayang-bayang ini, tinggi badan yang lebih pendek dari anak kebanyakan, kekurangan gizi, penurunan fungsi otak, hingga kurangnya kemampuan anak dalam berinteraksi, akan membuat anak kesulitan dalam menjalani kehidupannya di masa depan.

Deteksi sejak dini

Untuk mencegah dampak anemia saat dewasa, pengobatan dan pengecekan kesehatan sejak remaja menjadi kunci utama. Anemia dapat dicegah dengan rutin menghitung jumlah darah dalam tubuh ketika remaja putri menginjak usia 13 tahun atau setiap lima tahun setelahnya.

Perbanyak konsumsi makanan bergizi seimbang dan bervariasi juga dapat dilakukan. Salah satunya seperti memperbanyak kandungan nutrisi dari sayuran hijau, daging merah, kacang-kacangan, hingga telur sebagai asupan kaya zat besi.

Halaman:

Artikel ini merupakan bagian dari Lestari KG Media, sebuah inisiatif untuk akselerasi Tujuan Pembangunan Berkelanjutan. Selengkapnya

A member of
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau