Imunisasi Sejak Dini Jadi Kunci Sukses Cegah Stunting pada Anak

Kompas.com - 19/05/2021, 11:40 WIB
Yogarta Awawa Prabaning Arka,
Aditya Mulyawan

Tim Redaksi

KOMPAS.com - Stunting merupakan kondisi gagal tumbuh pada anak akibat kekurangan gizi kronis, terutama pada 1.000 Hari Pertama Kehidupan (HPK) sejak janin hingga bayi umur dua tahun.

Stunting disebabkan oleh berbagai faktor, seperti minimnya akses air bersih, buruknya fasilitas sanitasi, serta kurangnya kebersihan lingkungan. Kurangnya kebersihan lingkungan membuat tubuh harus secara ekstra melawan sumber penyakit sehingga menghambat penyerapan gizi.

Seperti diketahui, masalah kurang gizi kronis pada balita menjadi salah satu masalah serius yang tengah dihadapi Indonesia.

Menurut Survei Status Gizi Balita Indonesia (SSGBI), angka stunting di Indonesia berada pada 27,67 persen pada 2019. Angka ini turun dibanding tahun sebelumnya yang mencapai 30,8 persen.

Walau demikian, angka tersebut masih dinilai tinggi. Pasalnya, Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) menargetkan angka stunting tidak boleh lebih dari 20 persen.

Oleh karena itu, Presiden Joko Widodo menargetkan penurunan angka stunting menjadi 14 persen pada 2024. Untuk mencapai target ini, pemerintah harus menaikkan percepatan penurunan angka stunting 2,7 persen per tahun.

Baca juga: Anak Terlambat Imunisasi Dasar, Harus Bagaimana, Dong?

Sejatinya, stunting dapat dicegah dengan memenuhi kebutuhan gizi bagi ibu hamil, sampai pemberian air susu ibu (ASI) eksklusif selama enam bulan. Kemudian, dilanjutkan dengan pemberian makanan pendamping ASI (MPASI).

Selain itu, pencegahan stunting juga bisa dilakukan dengan membawa balita secara rutin ke pos pelayanan terpandu (posyandu), meningkatkan fasilitas sanitasi, menjaga kebersihan lingkungan, dan memenuhi kebutuhan air bersih.

Imunisasi dukung pencegahan stunting

Selain memenuhi kebutuhan gizi pada anak, pencegahan stunting juga bisa dilakukan dengan imunisasi.

Imunisasi adalah salah satu upaya untuk meningkatkan kekebalan tubuh terhadap suatu penyakit. WHO menyebut imunisasi sebagai proses yang membuat seseorang menjadi kebal atau resisten terhadap penyakit menular.

Secara umum, terdapat tiga manfaat imunisasi dasar, yakni melindungi anak dari risiko kematian, efektif mencegah penyakit, dan melindungi orang lain. Karenanya, imunisasi sangat penting bagi anak-anak.

Setelah mendapatkan imunisasi, sistem imun anak bekerja lebih baik untuk melawan virus, bakteri, atau kuman penyebab penyakit. Sementara, anak yang tidak diimunisasi berisiko lebih besar tertular penyakit berbahaya dan mengalami komplikasi yang parah.

Baca juga: Bolehkah Anak Hanya Diimunisasi yang Diwajibkaan Pemerintah?

Untuk skala yang lebih luas, imunisasi mampu menciptakan kekebalan kelompok atau herd immunity. Artinya, imunisasi tidak hanya melindungi orang yang mendapat imunisasi, tetapi juga bermanfaat untuk anak yang tidak menerima imunisasi.

Semakin banyak anak yang mendapat vaksin, penyebaran penyakit dapat semakin ditekan. Dengan begitu, mereka yang tidak mendapatkan imunisasi bisa terlindungi.

Imunisasi dasar yang wajib untuk anak

Berdasarkan Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia No.42 Tahun 2013 dan No.12 Tahun 2017, terdapat lima imunisasi wajib diberikan orang tua kepada bayi sebelum berusia 1 tahun.

Pertama, ada imunisasi hepatitis B yang berfungsi mencegah penyakit hepatitis B. Anak yang menderita penyakit ini berisiko mengalami kegagalan fungsi hati dan kanker hati saat dewasa.

Selain itu, imunisasi tersebut juga berfungsi mencegah penularan hepatitis B dari ibu ke anak selama proses persalinan.

Pemberian vaksin hepatitis B pertama bisa dilakukan 12 jam setelah bayi lahir. Untuk pemberian imunisasi kedua, dianjurkan pada jarak 4 minggu dari imunisasi pertama. Jarak imunisasi ketiga minimal dua bulan atau lima bulan setelah imunisasi kedua. Bila anak belum mendapat imunisasi hepatitis B sejak bayi, orangtua bisa berkonsultasi dengan dokter anak.

Kedua, imunisasi polio. Imunisasi ini berfungsi mencegah penyakit saraf poliomielitis yang dapat menyebabkan kelumpuhan pada anak.

Baca juga: Jadwal Imunisasi Anak 2020 Rekomendasi IDAI

Pemberian imunisasi polio dilakukan sebanyak lima kali pada anak saat berusia 2 bulan, 4 bulan, 6 bulan, 18 bulan, dan 5 tahun. Bila imunisasi terlambat diberikan, vaksin harus tetap dilakukan sesuai anjuran dokter anak.

Ketiga, imunisasi Bacillus Calmette–Guérin (BCG) yang mampu mencegah penyakit tuberkulosis (TBC) berat, mulai dari TBC paru, TBC otak, TBC ginjal, hingga TBC tulang. Penyakit ini dapat menyebabkan cacat hingga kematian.

Pemberian imunisasi BCG diberikan sebanyak satu kali saat anak berusia dua sampai tiga bulan. Jika vaksin BCG diberikan setelah usia 3 bulan, perlu dilakukan uji tuberkulin.

Keempat, ada imunisasi campak yang mampu mencegah penyakit campak berat beserta dampaknya, seperti dari diare hingga kurang cairan berat, serta radang paru (pneumonia) yang dapat menyebar ke selaput otak dan menyebabkan cacat.

Imunisasi campak dilakukan sebanyak dua kali, yakni pada saat anak berusia 9 bulan lalu dilanjutkan saat anak berusia 5 tahun. Bila melewati usia itu, anak tetap bisa mendapatkan vaksin dengan berkonsultasi ke dokter anak.

Terakhir, ada imunisasi pentavalen (DPT-HB-HiB) yang bisa mencegah penyakit tetanus, difteri, pertusis, hepatitis B, pneumonia (radang paru), dan meningitis (radang selaput otak).

Imunisasi pentavalen diberikan sebanyak empat kali, yakni saat bayi berusia usia 2 bulan, 3 bulan, 4 bulan, dan 18 bulan. Bila imunisasi terlambat diberikan, lanjutkan imunisasi sesuai jadwal dengan mengikuti rekomendasi dokter.

Bagaimana, sobat Generasi Bersih dan Sehat (Genbest) sudah tahu kan manfaat imunisasi beserta jenis-jenis imunisasi yang wajib diberikan untuk anak di bawah satu tahun?

Bila sedang mempersiapkan kelahiran atau sudah memiliki bayi, sobat Genbest bisa bersiap-siap untuk menyertakan buah hati dalam program imunisasi.

Sobat Genbest bisa mendapatkan informasi seputar kesehatan bayi, remaja putri, ibu hamil, dan hal-hal yang berkaitan dengan pencegahan stunting lewat laman https://genbest.id/.

Mari berkontribusi langsung dalam upaya mencegah dan mengatasi masalah STUNTING di Indonesia. Ikut berdonasi dengan klik Kompas.com Jernih Berbagi.

Artikel ini merupakan bagian dari Lestari KG Media, sebuah inisiatif untuk akselerasi Tujuan Pembangunan Berkelanjutan. Selengkapnya

A member of
Baca tentang
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau