KOMPAS.com - Kasus stunting pada anak usia di bawah lima tahun (balita) merupakan salah satu masalah utama kesehatan di Indonesia.
Hal itu terjadi karena balita mengalami kekurangan gizi kronis pada 1.000 Hari Pertama Kehidupan (HPK) sehingga mengalami gagal tumbuh.
Untuk diketahui, gagal tumbuh merupakan kondisi tubuh anak yang tidak dapat menerima, mempertahankan, atau memanfaatkan kalori untuk menambah berat badan.
Alhasil, kondisi tersebut membuat pertumbuhan anak, baik dari aspek berat dan tinggi badan, tertinggal dari standar pada umumnya. Jika orangtua mengabaikan hal ini, kondisi gagal tumbuh bisa berkembang menjadi stunting.
Baca juga: Idealnya Ini Pertambahan Berat Badan Bayi Setiap Bulan
Berdasarkan data Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) 2018, prevalensi stunting di Indonesia mencapai angka 30,8 persen. Angka ini turun dari 37,2 persen pada Riskesdas 2013.
Namun demikian, upaya menurunkan angka stunting bukan hanya tanggung jawab pemerintah, tetapi juga dibutuhkan keterlibatan orangtua.
Oleh karena itu, orangtua perlu melakukan berbagai upaya agar anak terhindar dari stunting, salah satunya dengan mengukur berat badan anak secara rutin.
Memantau kondisi berat badan anak oleh para orangtua merupakan salah satu kunci agar tumbuh kembang si kecil normal dan terhindar dari risiko stunting.
Baca juga: Pentingnya Stimulasi dan Nutrisi dalam Tumbuh Kembang Anak dalam 1.000 HPK
Untuk itu, orangtua wajib membawa buah hati ke pusat layanan kesehatan agar berat badan anak dapat ditimbang secara teratur.
Untuk diketahui, bayi perlu ditimbang setiap satu bulan sekali sampai berusia enam bulan. Selanjutnya, saat bayi berusia 6 sampai 12 bulan, penimbangan berat badan dilakukan setiap dua bulan sekali dan tiga bulan sekali setelah bayi memasuki usia satu tahun.
Selain itu, orangtua juga perlu memahami pertambahan atau pengurangan berat badan bayi sesuai dengan tahapan usianya.
Hal itu penting dipahami para orangtua agar mudah mengontrol berat badan anak secara mandiri.
Baca juga: Tips Menambah Berat Badan Anak pada 12 Bulan Pertama
Pada umumnya, bayi baru lahir sehat cukup bulan memiliki berat antara 1,6 kilogram (kg) sampai 2,8 kg.
Disebut mengalami bayi berat lahir rendah (BBLR) bila memiliki berat badan kurang dari 2,5 kg pada masa kehamilan penuh. Sementara, berat badan bayi dinyatakan lebih dari rata-rata kalau mencapai 4,0 kg.
Pada dua minggu pertama, selama beberapa hari setelah lahir, merupakan hal normal bila berat badan bayi turun sekitar 5 sampai 10 persen.
Meski begitu, dalam dua minggu, sebagian besar bayi akan kembali ke berat lahir mereka. Penurunan berat badan ini terjadi karena bayi terlahir dengan cairan ekstra. Oleh karena itu, merupakan hal yang wajar jika beratnya turun beberapa ons saat kehilangan cairan tersebut setelah dilahirkan.
Baca juga: Berat Badan Ank Susah Naik, Benarkah Gagal Tumbuh
Ketika bayi menginjak usia satu bulan, kenaikan berat badan bayi akan mencapai 800 gram dari saat kelahirannya. Saat usia dua bulan, pertambahan berat badan minimal, yaitu 900 gram dari berat badan sebelumnya. Sementara, pada usia 3 bulan, berat badan si kecil harus bertambah minimal 800 gram
Pada rentang usia 4 sampai 6 bulan, kenaikan berat badan bayi minimal 500 gram setiap bulan.
Sementara itu, pada usia 7 sampai 12 bulan, pertumbuhan berat badan bayi mulai melambat, yakni sekitar 300 gram dalam sebulan. Pada umumnya, ketika bayi menginjak usia 12 bulan, berat badannya minimal mencapai tiga kali lipat dibandingkan beratnya saat lahir.
Pada usia 13 sampai 17 bulan, anak sudah melewati tahun pertamanya. Karena itu, di periode usia tersebut, penambahan berat badan bayi masih sama dengan usia sebelumnya, yakni 200 gram setiap bulan.
Adapun pada usia 18 sampai 24 bulan, si kecil hanya akan mengalami pertambahan berat badan minimal 200 gram tiap bulannya.
Selain mengontrol berat badan anak, orangtua juga perlu perlu melakukan beberapa cara agar berat badan bayi tetap ideal.
Pertama, berikan air susu ibu (ASI). Pasalnya, ASI dirancang sempurna untuk memenuhi kebutuhan nutrisi bayi yang bisa diberikan kapan pun sesuai permintaan bayi tanpa perlu takut si kecil kelebihan berat badan.
Kedua, berikan makanan pendamping ASI (MPASI) yang bergizi. Setelah bayi siap mendapat MPASI, berikan buah, sayuran, biji-bijian, kacang-kacangan, ikan, dan daging.
Selain itu, berikan MPASI yang bervariasi dan mengandung karbohidrat, protein, lemak, serta vitamin dan mineral.
Ketiga, ajak anak tetap aktif. Kebiasaan ini harus dimulai sejak dini. Ciptakan tempat yang aman di rumah sehingga si kecil bisa merangkak, berjalan, dan berlari dengan leluasa. Bergerak secata aktif akan membantu si kecil mencapai dan mempertahankan berat badan ideal.
Keempat, jaga porsi makan. Saat bayi menujukkan tanda-tanda kenyang, sebaiknya selesaikan acara makannya saat itu.
Terakhir, ajak anak makan di meja makan. Ketika memasuki usia 8 samapi 10 bulan atau sudah bisa duduk di kursi makan, ajak anak makan bersama di meja makan.
Selain itu, jadilah panutan untuk selalu makan makanan yang sehat sehingga anak pun memiliki pola makan yang baik saat ia dewasa nanti.
Sobat Generasi Bersih dan Sehat (Genbest), itulah informasi seputar pertambahan maupun pengurangan berat badan pada bayi.
Dengan mengetahui informasi tersebut, sobat Genbest dapat mengontrol berat badan anak dengan mudah agar perkembangan si kecil tetap optimal dan terhindar dari risiko gagal tumbuh yang mengakibatkan stunting.
Untuk mendapatkan informasi seputar kesehatan bayi, remaja putri, ibu hamil, dan hal-hal yang berkaitan dengan pencegahan stunting, sobat Genbest dapat mengaksesnya lewat laman https://genbest.id/.
Mari berkontribusi langsung dalam upaya mencegah dan mengatasi masalah STUNTING di Indonesia. Ikut berdonasi dengan klik Kompas.com Jernih Berbagi.
Artikel ini merupakan bagian dari Lestari KG Media, sebuah inisiatif untuk akselerasi Tujuan Pembangunan Berkelanjutan. Selengkapnya