KOMPAS.com – Mengatur jarak antara anak pertama dan berikutnya perlu dilakukan orangtua. Sebab, jarak kehamilan yang dekat dapat memberikan risiko baik bagi orangtua ataupun si kecil.
Jarak lahir yang dekat akan mengganggu tumbuh kembang anak. Pasalnya, orangtua belum tuntas memberikan perhatian sang kakak, sedangkan adik juga harus dipenuhi kebutuhannya.
Maka dari itu, GenBest dan pasangan sebaiknya menghitung jarak kelahiran antara kakak dan adik supaya keduanya bisa mendapatkan tumbuh kembang yang optimal.
Baca juga : Hal-hal yang Harus Diperhatikan Ibu Menyusui Saat Hamil Lagi
Beberapa ahli menyarankan para ibu memberi jeda minimal 18-24 bulan sebelum mencoba kehamilan berikutnya. Mengatur jarak kehamilan juga memberikan manfaat bagi orangtua dan anak. Berikut lima manfaatnya.
Seperti yang diketahui bahwa periode emas perumbuhan anak dimulai sejak dalam kandungan hingga usia dua tahun. Dalam periode ini, anak membutuhkan nutrisi yang lengkap.
Orangtua pun wajib memenuhi nutrisi tersebut. Pasalnya, jika si kecil tidak mendapatkan nutrisi yang tepat akan besar risikonya terserang berbagai masalah kesehatan, termasuk stunting.
Salah satu nutrisi yang harus didapatkan anak adalah ASI. Dengan memberikan ASI selama 2 tahun, tumbuh kembang anak dapat berjalan optimal dan terhindar dari kemungkinan stunting.
Setelah lulus ASI 2 tahun, GenBest pun dapat mempersiapkan kehamilan dan nutrisi bagi calon anak selanjutnya.
Selain nutrisi, anak juga membutuhankan perhatian dan dukungan emosional dari orangtua. Jika usia kakak dengan adik terlalu dekat, orangtua akan sulit membagi perhatian.
Tidak dapat dimungkiri, orangtua akan lebih memperhatikan anak yang lebih kecil. Sebab, anak sulung atau kakak dianggap sudah lebih besar dan dapat melakukan aktivitas sendiri.
Hal tersebut berisiko membuat kakak merasa kurang diperhatikan sehingga muncul kecemburuan. Kebutuhan emosional yang tidak terpenuhi berpengaruh terhadap bonding orangtua dengan si kecil.
Maka dari itu, orangtua harus benar-benar dapat membagi perhatian yang adil untuk kakak dan adik.
Baca Juga: Emosi Ibu Pengaruhi Aliran ASI, Benarkah?
Salah satu bahaya yang mengintai ibu dengan jarak kehamilan dekat ialah kekurangan zat besi. Dengan demikian, ibu dapat mengalami anemia pada kehamilan berikutnya.
Apalagi untuk ibu yang menjalani persalinan melalui operasi caesar. Jarak kehamilan di bawah rentang waktu 18 bulan sangat tidak disarankan. Sebab, luka jahitan yang baru sembuh akan merenggang.
Selain itu, besar kemungkinan luka tersebut akan sobek tanpa ketahuan (silence rupture) jika bayi yang dikandung memiliki berat yang besar.
Sebagai orangtua, mengatur jarak kehamilan menjadi salah satu cara untuk menyiapkan kondisi keuangan. Selain biaya pengecekan kehamilan dan persalinan, dana pendidikan dan investasi untuk anak di masa depan juga menjadi hal yang perlu diperhatikan.
Baca Juga: Ini yang Terjadi Pada Janin Bila Ibu Hamil Stres
Mengatur jarak kehamilan ternyata memberikan efek baik untuk fisik dan psikis orangtua. Pasalnya, setelah melahirkan, kesehatan dan imunitas tubuh ibu tentu belum prima. Ibu pun masih harus memberikan ASI eksklusif untuk si kecil hingga usia dua tahun.
Tak hanya ibu, ayah juga akan mendapatkan fisik dan mental yang sehat. Sebab, ayah juga beradaptasi dengan peran yang baru tersebut.
Rasa lelah pun sering dirasakan. Jika terburu-buru memiliki anak lagi dan tidak mampu memainkan peran dengan baik, bisa saja berujung stres.
Maka dari itu, GenBest dapat mengembalikan stamina fisik dan psikis dengan menjaga jarak kehamilan. Hal tersebut juga akan berpengaruh untuk perawatan setiap anak menjadi lebih optimal.
Nah, informasi mengenai kehamilan dan tumbuh kembang anak bisa GenBest dapatkan lewat laman berikut.
Mari berkontribusi langsung dalam upaya mencegah dan mengatasi masalah STUNTING di Indonesia. Ikut berdonasi dengan klik Kompas.com Jernih Berbagi.Artikel ini merupakan bagian dari Lestari KG Media, sebuah inisiatif untuk akselerasi Tujuan Pembangunan Berkelanjutan. Selengkapnya