Anemia Saat Hamil, Apakah Benar Bisa Menyebabkan Anak Lahir Prematur?

Kompas.com - 28 Juni 2021, 11:22 WIB
HTRMN,
ADW

Tim Redaksi

KOMPAS.comIbu hamil sangat rentan mengalami anemia atau kekurangan darah. Bila tidak ditangani, kondisi tersebut dapat menimbulkan berbagai masalah serius, baik bagi ibu maupun janin.

Disebutkan dalam Konvensi Anemia Sedunia pada 2017, sebanyak 41,8 persen ibu hamil di dunia pernah mengalami anemia. Di Indonesia sendiri, berdasarkan hasil Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas), kasus anemina mengalami kenaikan dari 37,1 persen pada 2013 menjadi 48,9 persen pada 2018.

Ibu hamil yang mengalami anemia biasanya akan cepat merasa lelah, lemas, pusing, serta warna kulit, bibir, dan kuku menjadi pucat. Dilansir dari laman Hematology, kondisi ini terjadi karena kebutuhan darah pada masa kehamilan meningkat sekitar 20 hingga 30 persen.

Dalam skala yang lebih berat, laman March of Dimes menyebut, anemia dapat meningkatkan risiko bayi lahir prematur dan mengalami berat badan lahir rendah (BBLR).

Baca juga: Anemia Saat Hamil Bisa Sebabkan Bayi Lahir Prematur

Sebagai informasi, kelahiran prematur adalah kelahiran yang terjadi sebelum 37 minggu kehamilan. Sementara itu, BBLR ditandai dengan berat badan bayi yang kurang dari 2,5 kilogram saat lahir.

Selain itu, jika anemia saat hamil tidak segera ditangani, ibu akan berisiko kehilangan banyak darah saat proses melahirkan.

Penyebab anemia saat hamil

Merujuk laman Mayoclinic, ada tiga penyebab anemia pada ibu hamil. Pertama, defisiensi zat besi yang terjadi saat masa kehamilan maupun sebelum hamil.

Tanpa zat besi, tubuh tidak akan mampu memproduksi hemoglobin yang menjadi salah satu bahan pembentuk sel darah merah.

Baca juga: Jangan Sepelekan Anemia pada Ibu Hamil, Ya!

Kedua, akibat kekurangan asupan asam folat atau vitamin B9 yang bersumber dari makanan. Selain itu, defisiensi asam folat juga dapat terjadi karena malabsorpsi atau ketidakmampuan tubuh menyerap nutrisi secara efektif.

Asam folat sendiri berfungsi menjaga kesehatan janin secara keseluruhan, serta membantu tubuh memproduksi sejumlah protein yang dibutuhkan dalam pembentukan sel darah merah dan deoxyribonucleic acid (DNA).

Untuk diketahui, pemenuhan asam folat pada masa kehamilan mampu menekan risiko kelahiran cacat hingga 72 persen.

Ketiga, defisiensi B12. Selain memicu anemia pada masa kehamilan, kekurangan nutrisi ini juga akan menyebabkan tubuh mengalami gangguan pencernaan, seperti Coeliac dan Crohn (radang usus). Kedua masalah kesehatan itu mengakibatkan tubuh tidak mampu menyerap nutrisi dengan baik.

Baca juga: 8 Buah Tinggi Zat Besi yang Cocok untuk Ibu Hamil

Mengatasi anemia saat hamil

Mengatasi anemia saat hamil bisa dimulai dengan mengatur pola makan dan memenuhi asupan nutrisi khusus, seperti zat besi dan asam folat.

Kedua nutrien tersebut dapat ditemukan pada daging, makanan laut, telur matang, sayuran hijau, produk susu dan olahannya, jeruk, serta kacang-kacangan.

Cara kedua dan paling efektif dalam mengatasi anemia saat hamil adalah dengan mengonsumsi sumplemen penambah darah.

Bahkan, akan lebih baik jika langkah tersebut juga dilakukan sebelum Anda merencanakan kehamilan serta tiga bulan setelah melahirkan. 

Baca juga: Persiapan Memiliki Anak untuk Pasangan Baru Menikah

Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit di Amerika (CDC) menganjurkan ibu hamil untuk mengonsumsi suplemen zat besi sebanyak 30 miligram (mg) setiap hari sejak cek kandungan pertama kali.

Sementara itu, Badan Kesehatan Dunia (WHO) dan Kementerian Kesehatan Republik Indonesia (Kemenkes RI) merekomendasikan ibu hamil untuk mengonsumsi suplemen asam folat sebanyak 400 mikrogram (mcg) per hari.

Di samping mengonsumsi makanan bernutrisi dan suplemen penambah darah, pemeriksaan kandungan juga perlu dilakukan secara rutin. Terlebih, jika ibu hamil kerap mengalami gejala anemia, seperti pusing dan cepat lelah.

Momen pemeriksaan kandungan bisa dimanfaatkan untuk bertanya apa pun seputar kehamilan, termasuk risiko anemia. Dokter akan memberikan saran terbaik untuk masalah tersebut.

Baca juga: Aman Dikonsumsi, Ini Panduan Makan Seafood untuk Ibu Hamil

Selain itu, dokter kandungan biasanya akan meresepkan Tablet Tambah Darah (TTD) untuk memastikan ibu hamil cukup zat besi. 

Itulah kiat yang bisa dilakukan dalam mencegah dan mengatasi risiko anemia saat hamil.

Bagi sobat Generasi Bersih dan Sehat (Genbest) yang ingin mendapatkan informasi seputar kehamilan, tumbuh kembang anak, kesehatan bayi, dan perkembangan remaja putri, serta hal-hal lain terkait pencegahan stunting, silakan kunjungi laman www.genbest.id.

Yuk, jaga kesehatan dan penuhi asupan nutrisi agar masa hamil jadi menyenangkan!

Mari berkontribusi langsung dalam upaya mencegah dan mengatasi masalah STUNTING di Indonesia. Ikut berdonasi dengan klik Kompas.com Jernih Berbagi.

Artikel ini merupakan bagian dari Lestari KG Media, sebuah inisiatif untuk akselerasi Tujuan Pembangunan Berkelanjutan. Selengkapnya

A member of
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Apresiasi Spesial
Kirimkan Apresiasi Spesial untuk mendukung Jurnalisme KOMPAS.com
Kolom ini tidak boleh kosong.
Dengan mengirimkan pesan apresiasi kamu menyetujui ketentuan pengguna KOMPAS.com. Pelajari lebih lanjut.
Apresiasi Spesial
Syarat dan ketentuan
  1. Definisi
    • Apresiasi Spesial adalah fitur dukungan dari pembaca kepada KOMPAS.com dalam bentuk kontribusi finansial melalui platform resmi kami.
    • Kontribusi ini bersifat sukarela dan tidak memberikan hak kepemilikan atau kendali atas konten maupun kebijakan redaksi.
  2. Penggunaan kontribusi
    • Seluruh kontribusi akan digunakan untuk mendukung keberlangsungan layanan, pengembangan konten, dan operasional redaksi.
    • KOMPAS.com tidak berkewajiban memberikan laporan penggunaan dana secara individual kepada setiap kontributor.
  3. Pesan & Komentar
    • Pembaca dapat menyertakan pesan singkat bersama kontribusi.
    • Pesan dalam kolom komentar akan melewati kurasi tim KOMPAS.com
    • Pesan yang bersifat ofensif, diskriminatif, mengandung ujaran kebencian, atau melanggar hukum dapat dihapus oleh KOMPAS.com tanpa pemberitahuan.
  4. Hak & Batasan
    • Apresiasi Spesial tidak dapat dianggap sebagai langganan, iklan, investasi, atau kontrak kerja sama komersial.
    • Kontribusi yang sudah dilakukan tidak dapat dikembalikan (non-refundable).
    • KOMPAS.com berhak menutup atau menonaktifkan fitur ini sewaktu-waktu tanpa pemberitahuan sebelumnya.
  5. Privasi & Data
    • Data pribadi kontributor akan diperlakukan sesuai dengan kebijakan privasi KOMPAS.com.
    • Informasi pembayaran diproses oleh penyedia layanan pihak ketiga sesuai dengan standar keamanan yang berlaku.
  6. Pernyataan
    • Dengan menggunakan Apresiasi Spesial, pembaca dianggap telah membaca, memahami, dan menyetujui syarat & ketentuan ini.
  7. Batasan tanggung jawab
    • KOMPAS.com tidak bertanggung jawab atas kerugian langsung maupun tidak langsung yang timbul akibat penggunaan fitur ini.
    • Kontribusi tidak menciptakan hubungan kerja, kemitraan maupun kewajiban kontraktual lain antara Kontributor dan KOMPAS.com
Gagal mengirimkan Apresiasi Spesial
Transaksimu belum berhasil. Coba kembali beberapa saat lagi.
Kamu telah berhasil mengirimkan Apresiasi Spesial
Terima kasih telah menjadi bagian dari Jurnalisme KOMPAS.com
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau