Simak Rekomendasi WHO Terkait Pemberian Mpasi pada Anak Usia 6-12 Bulan

Kompas.com - 23/07/2021, 17:16 WIB
Alek Kurniawan,
Sri Noviyanti

Tim Redaksi

KOMPAS.com – Makanan pendamping air susu ibu (mpasi) merupakan kebutuhan wajib bayi yang harud dipenuhi sejak usia 6 bulan. Sebab, perannya vital untuk pemenuhan gizi di masa 1.000 hari pertama kehidupan anak.

Memberikan mpasi pun ada aturannya, baik dari segi jenis makanan, kandungan gizi yang diperlukan, dan frekuensi makan. Badan Kesehatan Dunia (WHO) bahkan mempunyai rekomendasi khusus untuk pemberian mpasi.

Melansir laman resmi WHO, Jumat (23/7/2021), ada beberapa kriteria yang harus dipenuhi untuk mpasi bayi.

Baca juga: Bolehkah Kangkung Untuk MPASI?

Pertama, tepat waktu. Artinya, mpasi bisa diberikan kepada bayi saat kebutuhan energi dan nutrisinya melebihi kandungan yang terdapat dari air susu ibu (ASI) eksklusif.

Kedua, memadai. Mpasi yang diberikan harus mengandung energi, protein, dan zat gizi mikro yang cukup untuk memenuhi kebutuhan gizi anak yang sedang tumbuh pesat.

Ketiga, aman. Mpasi harus disiapkan dan disimpan secara higienis. Orangtua yang memberi makan pun harus mencuci tangannya agar higienis. Begitu pula peralatan makan yang digunakan perlu dibersihkan terlebih dahulu.

Keempat, mpasi harus diberikan dengan benar sesuai sinyal nafsu makan dan rasa kenyang anak. Frekuensi makannya pun harus sesuai dengan usia si kecil.

Frekuensi dan tekstur mpasi

WHO merekomendasikan agar bayi mulai menerima mpasi pada usia 6 bulan. Pada masa awal mpasi sekitar usia 6-8 bulan, anak harus menerima makanan pendamping 2-3 kali sehari.

Kemudian, frekuensinya bisa ditingkatkan menjadi 3-4 kali sehari pada usia 9-11 bulan dan 12-24 bulan.

Selain makanan utama, anak juga bisa diberikan camilan bergizi tambahan dengan frekuensi 1-2 kali per hari untuk usia 12-24 bulan. Sesuai rekomendasi dari WHO poin keempat, berikan camilan tambahan tersebut sesuai keinginan bayi dan tidak ada paksaan.

Baca juga: Jangan Terlewatkan, Ini Nutrisi Penting di 2 Tahun Pertama Anak

Selama pemberian mpasi, usahakan untuk meningkatkan konsistensi dan variasi makanan secara bertahap seiring bertambahnya usia bayi. Harap perhatikan untuk menyesuaikan dengan kebutuhan dan kemampuan si kecil.

Kemudian, pahami juga tekstur makanan di setiap rentang usia bayi. Pada usia 6 bulan, misalnya, usahakan makanan bertekstur halus. Lalu, pada usia 8 bulan, anak harus diperkenalkan dengan dengan finger food, seperti kentang rebus, ketela, atau buah-buahan.

Beranjak ke usia 9-11 bulan, tekstur mpasi bisa ditingkatkan menjadi makanan lembek, seperti nasi tim, bubur tanpa saring, atau makanan yang dicincang halus.

Selanjutnya, pada usia 12 bulan bayi sudah bisa diberikan makanan yang sama seperti yang dikonsumsi oleh anggota keluarga lainnya. Namun, makanan yang diberikan harus tetap memperhatikan kebutuhan nutrisi, termasuk makanan hewani, seperti daging, unggas, ikan, dan telur.

Cara pemberian mpasi

Biasanya, anak yang baru mendapatkan makanan pendamping akan kaget dan terkesan menolak karena tidak terbiasa. Namun, tak sedikit pula anak yang antusias menerima suapan mpasi pertama. Oleh karena itu, pahami terlebih dahulu reaksi anak ketika baru pertama kali memberikan mpasi.

Dengan memahami reaksi dan karakter anak, orangtua bisa menentukan waktu dan cara makan yang ideal.

Baca juga: 7 Makanan Penambah Berat Badan Anak dan Memacu Pertumbuhan

Hal utama yang harus dipahami adalah suapi anak dengan penuh perhatian. Dorong anak untuk mau makan, tetapi jangan paksa bila menolak secara terus-menerus. Jika anak menolak, coba untuk mengganti kombinasi makanan, rasa, tekstur, dan metode makan.

Usahakan pula untuk meminimalisasi segala jenis gangguan eksternal yang membuat anak tidak fokus makan. Jadi, anak tidak mudah teralihkan dengan hal lain di sekitarnya.

Mari berkontribusi langsung dalam upaya mencegah dan mengatasi masalah STUNTING di Indonesia. Ikut berdonasi dengan klik Kompas.com Jernih Berbagi.

Artikel ini merupakan bagian dari Lestari KG Media, sebuah inisiatif untuk akselerasi Tujuan Pembangunan Berkelanjutan. Selengkapnya

A member of
Baca tentang
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau