Pentingnya IMD dan Pemberian ASI Eksklusif pada Bayi untuk Cegah Stunting

Kompas.com - 15 Oktober 2021, 09:11 WIB
Hisnudita Hagiworo,
Sri Noviyanti

Tim Redaksi

KOMPAS.com - Permasalahan stunting masih menjadi perhatian dunia. Tak hanya sekadar berpengaruh pada ukuran tubuh saat dewasa, stunting memiliki dampak yang lebih luas lagi.

Stunting memengaruhi kecerdasan intelektual anak, kondisi ekonomi, serta kemampuan reproduksinya nanti ketika dewasa. Selain itu, orang yang stunting juga berisiko terkena penyakit metabolik dan pembuluh darah.

Berdasarkan analisis World Bank, Badan Perserikatan Bangsa-Bangsa untuk Anak-Anak (UNICEF), dan Organisasi Kesehatan Dunia (WHO), negara-negara miskin dan berkembang memiliki angka kejadian stunting yang cukup besar. Indonesia menjadi salah satunya.

Perlu diketahui, jumlah kasus stunting di Indonesia pada 2019 mencapai 27,67 persen. Data World Bank pada 2020 menunjukkan prevalensi stunting di Indonesia berada di urutan ke 115 dari 151 negara di dunia.

Baca juga: Sungguh Ajaib : Ini Urutan Perilaku Bayi Saat IMD

Presiden Joko Widodo pun menargetkan kasus stunting di Indonesia bisa ditekan hingga berada di angka 14 persen pada 2024.

Dari sekian banyak cara untuk mencegah stunting, Inisiasi Menyusu Dini (IMD) dan pemberian air susu ibu (ASI) eksklusif menjadi cara yang terbilang cukup efektif.

Hal tersebut juga dibuktikan oleh penelitian yang dilakukan oleh Universitas Indonesia di Jambi pada 2018. Penelitian tersebut melibatkan 2.502 anak usia 6 hingga 59 bulan.

Hasilnya, sebanyak 27,5 persen anak stunting 54,1 persen di antaranya tidak melakukan IMD dan tidak mendapatkan ASI eksklusif.

Baca juga: Bayi Kurus Karena ASI Tidak Bergizi Cek Faktanya

Penelitian tersebut juga menuliskan bahwa IMD dan pemberian ASI eksklusif dengan durasi menyusui sera asupan vitamin A yang cukup bisa mencegah stunting pada balita.

Hal senada juga direkomendasikan oleh Asosiasi Dokter Anak Amerika Serikat (APA). Menurut APA, ASI bisa menjaga bayi melawan infeksi serta mengurangi risiko terkena penyakit, seperti diabetes, obesitas, dan asma.

ASI memiliki protein, karbohidrat, lemak, vitamin, dan mineral yang dibutuhkan bayi pada awal kehidupannya.

Setelah lahir, bayi sebaiknya langsung didekatkan ke payudara ibu agar bisa langsung menyusu. Proses IMD tersebut menjadi langkah awal dan vital untuk keberhasilan proses menyusui secara eksklusif.

Baca juga: 7 Tips Persiapan Menyusui Agar ASI Eksklusif Berjalan Lancar

Proses IMD juga membuat hormon oksitosin ibu dan bayi keluar sehingga keduanya menjadi lebih tenang.

Saat berada di dada ibu,, suhu bayi juga terjaga kehangatannya. Hal ini dapat menurunkan kejadian kematian bayi akibat suhu dingin atau hipotermia.

Saat IMD, terjadi sentuhan kulit ke kulit (skin to skin contact) yang bermanfaat bagi bayi. Sebab, bayi akan mendapatkan bakteri baik dari kulit ibu yang berguna untuk kekebalannya.

Proses IMD juga bermanfaat bagi ibu. Pasalnya, IMD dapat merangsang kontraksi otot rahim sehingga mengurangi risiko pendarahan usai melahirkan.

Dengan proses IMD dan ASI eksklusif diharapkan anak-anak Indonesia ke depannya akan terhindar dari stunting.

Mari berkontribusi langsung dalam upaya mencegah dan mengatasi masalah STUNTING di Indonesia. Ikut berdonasi dengan klik Kompas.com Jernih Berbagi.

Artikel ini merupakan bagian dari Lestari KG Media, sebuah inisiatif untuk akselerasi Tujuan Pembangunan Berkelanjutan. Selengkapnya

A member of
Baca tentang
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Apresiasi Spesial
Kirimkan Apresiasi Spesial untuk mendukung Jurnalisme KOMPAS.com
Kolom ini tidak boleh kosong.
Dengan mengirimkan pesan apresiasi kamu menyetujui ketentuan pengguna KOMPAS.com. Pelajari lebih lanjut.
Apresiasi Spesial
Syarat dan ketentuan
  1. Definisi
    • Apresiasi Spesial adalah fitur dukungan dari pembaca kepada KOMPAS.com dalam bentuk kontribusi finansial melalui platform resmi kami.
    • Kontribusi ini bersifat sukarela dan tidak memberikan hak kepemilikan atau kendali atas konten maupun kebijakan redaksi.
  2. Penggunaan kontribusi
    • Seluruh kontribusi akan digunakan untuk mendukung keberlangsungan layanan, pengembangan konten, dan operasional redaksi.
    • KOMPAS.com tidak berkewajiban memberikan laporan penggunaan dana secara individual kepada setiap kontributor.
  3. Pesan & Komentar
    • Pembaca dapat menyertakan pesan singkat bersama kontribusi.
    • Pesan dalam kolom komentar akan melewati kurasi tim KOMPAS.com
    • Pesan yang bersifat ofensif, diskriminatif, mengandung ujaran kebencian, atau melanggar hukum dapat dihapus oleh KOMPAS.com tanpa pemberitahuan.
  4. Hak & Batasan
    • Apresiasi Spesial tidak dapat dianggap sebagai langganan, iklan, investasi, atau kontrak kerja sama komersial.
    • Kontribusi yang sudah dilakukan tidak dapat dikembalikan (non-refundable).
    • KOMPAS.com berhak menutup atau menonaktifkan fitur ini sewaktu-waktu tanpa pemberitahuan sebelumnya.
  5. Privasi & Data
    • Data pribadi kontributor akan diperlakukan sesuai dengan kebijakan privasi KOMPAS.com.
    • Informasi pembayaran diproses oleh penyedia layanan pihak ketiga sesuai dengan standar keamanan yang berlaku.
  6. Pernyataan
    • Dengan menggunakan Apresiasi Spesial, pembaca dianggap telah membaca, memahami, dan menyetujui syarat & ketentuan ini.
  7. Batasan tanggung jawab
    • KOMPAS.com tidak bertanggung jawab atas kerugian langsung maupun tidak langsung yang timbul akibat penggunaan fitur ini.
    • Kontribusi tidak menciptakan hubungan kerja, kemitraan maupun kewajiban kontraktual lain antara Kontributor dan KOMPAS.com
Gagal mengirimkan Apresiasi Spesial
Transaksimu belum berhasil. Coba kembali beberapa saat lagi.
Kamu telah berhasil mengirimkan Apresiasi Spesial
Terima kasih telah menjadi bagian dari Jurnalisme KOMPAS.com
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau