KOMPAS.com – Memiliki anak yang tumbuh dan berkembang dengan normal dan cerdas merupakan keinginan orangtua. Salah satu faktor penting untuk mewujudkannya adalah dengan memberinya nutrisi yang cukup dan seimbang.
Adapun nutrisi penting yang wajib diberikan anak adalah zat besi. Pasalnya, zat besi termasuk mikronutrien yang penting untuk tumbuh kembang sehat dan normal. Mikronutriensendiri merupakan zat gizi yang dibutuhkan dalam jumlah sedikit, tapi penting bagi tubuh.
Untuk diketahui, kebutuhan zat besi pada bayi yang baru lahir sekitar 250-300 miligram (mg) per kilogram (kg )berat badan bayi.
Untungnya, kebutuhan zat besi itu sudah terpenuhi dari simpanan zat besi yang berasal dari ibu selama trimester akhir kehamilan serta air susu ibu (ASI). Jadi, sobat Generasi Bersih dan Sehat (GenBest) tidak perlu khawatir si kecil kekurangan zat besi di usia ini.
Hanya saja, seiring dengan perkembangan dan pertumbuhan anak, pada usia 6 bulan ke atas kebutuhan zat gizi bayi pun bertambah. Hal ini karena berat badan bayi semakin meningkat.
Baca juga: Masalah Kesehatan Ini Masih Mengintai Anak dan Remaja Indonesia
Berdasarkan table Angka Kecukupan Gizi (AKG) 2013 yang ditetapkan oleh Kementerian Kesehatan (Kemenkes), kebutuhan zat besi bayi usia 7-11 bulan adalah sebesar 7 miligram (mg) per hari.
Kebutuhan tersebut tidak bisa dicukupi hanya dengan ASI, tapi perlu ditambah dari asupan makanan pendamping ASI (MPASI).
Zat besi dibutuhkan bayi karena fungsinya mengangkut elektron di dalam proses pembentukan energi di dalam sel. Zat ini juga berfungsi membawa oksigen ke jaringan tubuh agar sel-sel berkembang sempurna.
Kekurangan zat besi dapat berdampak pada perkembangan dan pertumbuhan bayi. Berikut berbagai dampak dari kekurangan zat besi.
1. Bayi mengalami gangguan pertumbuhan fisik
Bayi yang kekurangan zat besi memiliki berbagai tanda, seperti pucat, lemah, lemas, tidak nafsu makan, bernapas dengan cepat dan pendek, serta rentan terkena infeksi.
Bila bayi sakit-sakitan, pertumbuhan fisiknya akan terganggu sehingga tinggi badannya tidak optimal. Selain itu, bayi juga rawan terkena stunting.
2. Kecerdasan bayi berkurang
Selain menyebabkan pertumuhan fisiknya terganggu, kekurangan zat besi juga dapat berpengaruh pada kecerdasan bayi. Pasalnya, zat besi berkaitan erat dengan protein hemoglobin yang ada di dalam sel darah merah.
Baca juga: Minum Susu Bisa Ganggu Penyerapan Zat Besi?
Seperti diketahui, sel darah merah bertugas mengangkut semua makanan ke seluruh tubuh, termasuk ke otak. Jangan sampai karena kekurangan zat besi, si kecil jadi kurang pintar.
Cara mencukupi kebutuhan zat besi bayi
Setelah mengetahui berbagai dampak kekurangan zat besi, sobat Genbest harus tahu cara mencukupi kebutuhan zat besi si kecil.
Sobat Genbest dapat rutin memberikan MPASI yang kaya zat besi, selain tetap menyusuinya. Setidaknya terdapat dua jenis zat besi dari bahan makanan, yaitu zat besi heme atau hewani dan non-heme.
Adapun zat besi untuk bayi yang paling bagus adalah zat besi heme. Pasalnya, secara biologis, zat besi dari hewani lebih baik proses penyerapannya dibanding zat besi yang berasal dari nabati. Sumber zat besi heme yang baik untuk bayi adalah hati ayam, daging merah, serta ikan.
Baca juga: Mengenal Aturan Pemberian Makan di Masa MPASI
Meski demikian, sumber zat besi dari tanaman atau nabati tetap diberikan pada bayi. Adapun sumber zat besi nabati adalah sayuran hijau, kentang, serta kacang-kacangan, seperti tempe dan tahu.
Pastikan makanan kaya zat besi itu ada di piring si kecil, ya!
Sobat Genbest bisa mendapatkan informasi seputar kesehatan bayi, remaja putri, ibu hamil, dan hal-hal yang berkaitan dengan pencegahan stunting lewat laman https://genbest.id.
Mari berkontribusi langsung dalam upaya mencegah dan mengatasi masalah STUNTING di Indonesia. Ikut berdonasi dengan klik Kompas.com Jernih Berbagi.Artikel ini merupakan bagian dari Lestari KG Media, sebuah inisiatif untuk akselerasi Tujuan Pembangunan Berkelanjutan. Selengkapnya