Jadwal Imunisasi Dasar untuk Anak 0-18 Tahun yang Lengkap dan Wajib Diberikan

Kompas.com - 01/07/2022, 09:11 WIB
Yogarta Awawa Prabaning Arka,
Sri Noviyanti

Tim Redaksi

KOMPAS.com - Imunisasi merupakan salah satu cara ampuh dalam mencegah penyakit menular, khususnya pada anak. Dengan melakukan imunisasi anak, orangtua dapat melindungi bayi dan balita karena rentan terhadap penyakit tertentu.

Saat anak mendapatkan imunisasi, tubuh mereka dapat menghadapi dan mengalahkan infeksi penyakit. Jika sejumlah orang dalam suatu kelompok telah kebal terhadap penyakit, penyakit tersebut akan semakin sulit menyebar dan menular kepada orang yang belum diimunisasi.

Hal itu yang disebut sebagai herd immunity atau kekebalan kelompok.

Baca juga: Cara Sederhana Mengatasi Anak Takut Jarum Suntik

Jadwal Imunisasi Anak

Kementerian Kesehatan (Kemenkes) telah menerapkan imunisasi rutin lengkap untuk anak usia 0 sampai 18 tahun. Oleh karena itu, Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI) menerbitkan rekomendasi jadwal imunisasi berdasarkan hasil perkembangan penelitian imunisasi secara global.

Baca juga: 8 Imunisasi Tambahan Penting Untuk Bayi dan Anak

Mengutip dari situs resmi IDAI), jadwal imunisasi dasar lengkap untuk anak usia 0-18 tahun dapat dilihat pada tabel berikut.

Jadwal imunisasi anak umur 0-18 tahun.DOK. IDAI Jadwal imunisasi anak umur 0-18 tahun.
Berdasarkan tabel di atas, terdapat berbagai jenis vaksin yang diberikan pada anak. Penjelasannya sebagai berikut.

  • Vaksin Hepatitis B (HB) monovalen dapat diberikan kepada bayi segera setelah lahir sebelum berumur 24 jam. Pemberian vaksin ini didahului penyuntikan vitamin K1 minimal 30 menit sebelumnya. Untuk bayi dengan berat lahir kurang dari 2000 gram (g), imunisasi hepatitis B sebaiknya ditunda sampai berumur satu bulan atau lebih. Kecuali, ibu positif Hepatitis B Surface Antigen (HBsAg) dan bayi bugar, berikan imunisasi HB segera setelah lahir, tetapi tidak dihitung sebagai dosis primer. Bayi yang lahir dari ibu HBsAg positif dapat diberikan vaksin HB dan immunoglobulin hepatitis B (HBlg) pada ekstremitas yang berbeda, maksimal dalam tujuh hari terakhir setelah lahir. Imunisasi HB selanjutnya diberikan bersama vaksin difteri, tetanus, pertusis whole-cell (DTwP) atau difteri, tetanus, dan pertusis (DTaP).
  • Vaksin polio 0 (nol). Vaksin ini sebaiknya diberikan segera setelah bayi lahir. Apabila lahir di fasilitas kesehatan, bayi dapat berikan bivalent Oral Polio Vaccine-0 (bOPV-0) saat bayi pulang atau pada kunjungan pertama. Selanjutnya, berikan bOPV atau inactivated poliovirus vaccine (IPV) bersama DTwP atau DTaP. Vaksin IPV minimal diberikan dua kali sebelum berumur 1 tahun bersama DTwP atau DTaP.
  • Vaksin Bacillus Calmette–Guérin (BCG) sebaiknya diberikan segera setelah bayi lahir atau sebelum bayi berumur 1 bulan. Bila bayi berumur tiga bulan atau lebih, BCG diberikan bila uji tuberculin negatif. Bila uji tuberculin tidak tersedia, BCG dapat diberikan. Bila timbul reaksi lokal cepat pada minggu pertama, dapar dilakukan pemeriksaan lanjutan untuk diagnosis tuberkulosis.
  • Vaksin difteri, pertusis, dan tetanus (DPT) dapat diberikan mulai umur enam minggu berupa vaksin DTwP atau DTaP. Vaksin DTaP diberikan pada anak mulai umur dua, tiga, serta empat bulan atau dua, empat, serta enam bulan. Booster pertama dapat diberikan pada umur 18 bulan. Booster berikutnya diberikan pada umur lima sampai tujuh tahun atau pada program Bulan Imunisasi Anak Sekolah (BIAS) kelas 1. Selanjutnya, pada umur tujuh tahun atau lebih, sebaiknya anak diberikan vaksin Td dan Tdap. Booster selanjutnya pada umur 10-18 tahun atau pada program BIAS kelas lima. Booster Td diberikan setiap 10 tahun.
  • Vaksin pneumokokus (PCV) diberikan pada umur dua, empat, enam bulan dengan booster pada umur 12 – 15 bulan. Jika belum diberikan pada umur tujuh sampai 12 bulan, anak dapat berikan PCV 2 kali dengan jarak satu bulan. Selanjutnya, booster setelah umur 12 bulan dengan jarak dua bulan dari dosis sebelumnya. Jika belum diberikan pada umur satu sampai dua tahun, berikan PCV dua kali dengan jarak minimal dua bulan. Jika belum diberikan pada umur dua sampai lima tahun, PCV10 diberikan dua kali dengan jarak dua bulan lalu PCV13 diberikan satu kali.
  • Vaksin rotavirus monovalent. Vaksin ini diberikan dua kali. Dosis pertama diberikan saat anak berumur enam minggu. Selanjutnya, dosis kedua diberikan dengan interval minimal empat minggu harus selesai pada umur 24 minggu.
  • Vaksin rotavirus pentavalen diberikan tiga kali. Dosis pertama diberikan pada usia anak enam sampai 12 minggu. Selanjutnya, dosis kedua dan ketiga diberikan dengan interval empat sampai 10 minggu. Pemberian vaksin harus selesai pada umur 32 minggu.
  • Vaksin influenza. Vaksin ini diberikan mulai umur 6 bulan dan diulang setiap tahun. Pada umur enam bulan sampai delapan tahun, imunisasi pertama dilakukan dua dosis dengan interval minimal 4 minggu. Lalu, pada umur anak di atas sembilan tahun, imunisasi pertama dilakukan satu dosis.
  • Vaksin campak (measles) dan rubela (MR) dapat diberikan pada anak berumur sembilan bulan. Bila sampai umur 12 bulan belum mendapat vaksin MR, anak dapat diberikan vaksin campak, rubela, serta gondongan atau mumps (MMR). Selain itu, anak pada umur 18 bulan dapat diberikan vaksin MR atau MMR. Lalu, pada umur lima sampai tujuh tahun berikan MR (dalam program BIAS kelas 1) atau MMR.
  • Vaksin Japanese encephalitis (JE). Vaksin ini diberikan mulai umur sembilan bulan di daerah endemis atau yang akan bepergian ke daerah endemis. Untuk perlindungan jangka panjang, anak dapat diberikan booster satu atau dua tahun kemudian.
  • Vaksin varisela diberikan pada anak mulai umur 12-18 bulan. Pada umur satu sampai 12 tahun, anak dapat diberikan dua dosis dengan interval enam minggu sampai tiga bulan. Lalu, pada umur 13 tahun atau lebih dengan interval empat sampai 6 minggu.
  • Vaksin hepatitis A. Vaksin ini diberikan dua dosis, mulai umur 1 tahun. Lalu, dosis ke-2 diberikan 6 bulan sampai 12 bulan kemudian.
  • Vaksin tifoid polisakarida diberikan mulai umur 2 tahun dan diulang setiap 3 tahun.
  • Vaksin human papilloma virus (HPV). Vaksin ini diberikan pada anak perempuan beruumur Sembilan sampai 14 tahun dengan takaran dua kali dan jarak enam sampai 15 bulan (atau pada program BIAS kelas 5 dan 6). Lalu, umur 15 tahun atau lebih diberikan tiga kali dengan jadwal 0,16 bulan (vaksin bivalen) atau 0,2,6 bulan (vaksin quadrivalent).
  • Vaksin dengue diberikan pada anak berumur sembilan sampai 16 tahun dengan seropositive dengue yang dibuktikan adanya riwayat pernah dirawat dengan diagnosis dengue. Pemeriksaan bisa dilakukan dengan tes antigen non struktural-1 dengue (NS1) atau uji serologis IgM/IgG antidengue positif. Pembuktian juga bisa dilakukan dengan pemeriksaan serologi IgG anti dengue positif.

Manfaat imunisasi

Setelah mengetahui jenis-jenis vaksin yang diberikan pada anak, sobat Generasi Bersih dan Sehat (GenBest) juga harus mengetahui pentingnya manfaat masing-masing vaksin. Simak ulasannya berikut.

Baca juga: Tidak Sebabkan Autisme, Ini Fakta Seputar Imunisasi Measles Rubella

  • Vaksin Hepatitis B untuk mencegah infeksi hati akibat virus hepatitis B. Virus ini dapat menyebabkan penyakit ringan yang berlangsung selama beberapa minggu atau penyakit berat yang berlangsung seumur hidup.
  • Vaksin Polio. Vaksin ini dapat mencegah penyakit polio pada anak. Kebanyakan orang yang terinfeksi polio memiliki gejala ringan atau tanpa gejala. Namun, beberapa infeksi dapat menjadi serius dan menyebabkan kelumpuhan. Infeksi polio juga dapat menyebabkan ketidakmampuan bergerak pada bagian tubuh tertentu, seperti lengan, kaki atau otot pernapasan. Saat ini, infeksi polio belum memiliki obat.
  • Vaksin BCG untuk mencegah tuberculosis (TB) yang disebabkan oleh infeksi bakteri mycobacterium tuberculosis.
  • Vaksin DPT merupakan kombinasi untuk mencegah tiga penyakit, yakni difteri, pertussi, serta tetanus.
  • Vaksin PCV untuk mencegah penyakit seperti, radang paru (pneumonia), radang selaput otak (meningitis), serta infeksi darah (bacteremia).
  • Vaksin rotavirus untuk melindungi anak dari penyakit gastroenteritis atau radang pada lambung serta usus). Penyakit ini memiliki gejala, seperti diare akut, muntah, demam, anak sulit makan dan minum, serta sakit perut.
  • Vaksin influenza. Vaksin ini untuk mencegah penyakit flu yang menyerang saluran pernapasan.
  • Vaksin MR/MMR untuk mencegah penyakit campak, rubela, dan gondongan.
  • Vaksin JE untuk mencegah penyakit radang otak.
  • Vaksin varisela untuk mencegah cacar air atau chickenpox.
  • Vaksin hepatitis A untuk mencegah peradangan pada organ hati yang disebabkan oleh virus hepatitis A.
  • Vaksin tifoid polisakarida untuk mencegah penyakit tifus.
  • Vaksin HPV untuk mencegah virus human papillomavirus yang menyebabkan infeksi kulit, termasuk kutil kelamin.

Dampak jika tidak imunisasi

GenBest harus tahu, anak yang tidak diimunisasi memiliki resiko lebih tinggi untuk terkena komplikasi yang dapat menyebabkan kecacatan, bahkan kematian.

Sebabnya, tubuh tidak memiliki sistem pertahanan khusus yang dapat melindungi dari penyakit-penyakit berbahaya tertentu. Dengan demikian, kuman akan semakin mudah berkembang biak dan menginfeksi tubuh anak.

Sobat Genbest bisa mendapatkan informasi seputar kesehatan bayi, remaja putri, ibu hamil, dan hal-hal yang berkaitan dengan pencegahan stunting lewat laman https://genbest.id.

Mari berkontribusi langsung dalam upaya mencegah dan mengatasi masalah STUNTING di Indonesia. Ikut berdonasi dengan klik Kompas.com Jernih Berbagi.

Artikel ini merupakan bagian dari Lestari KG Media, sebuah inisiatif untuk akselerasi Tujuan Pembangunan Berkelanjutan. Selengkapnya

A member of
Baca tentang
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau