Bisa Timbulkan Masalah Kesehatan, Alasan MPASI Tak Boleh Diberikan Sembarangan

Kompas.com - 14/08/2022, 18:18 WIB
Yakob Arfin Tyas Sasongko,
Hotria Mariana

Tim Redaksi

KOMPAS.com - Pemberian asupan makanan pendamping air susu ibu (MPASI) saat buah hati berusia enam bulan merupakan salah satu hal penting untuk mendukung tumbuh kembangnya. 

Seperti diketahui, pada usia 1-6 bulan, kebutuhan nutrisi bayi tercukupi dari asupan ASI. Namun, seiring pertambahan usia, kebutuhan nutrisi si kecil semakin meningkat. Kandungan gizi pada ASI pun tak cukup untuk menutrisi tubuh anak.

Sebab itu, orangtua harus mulai memberikan MPASI saat anak memasuki periode tersebut demi mencukupi kebutuhan nutrisi bayi agar tumbuh kembangnya optimal.

Setelah makan makanan cair berupa ASI, anak juga perlu mendapatkan makanan padat. Pada tahapan ini, anak mulai belajar mengenal berbagai makanan sekaligus mengembangkan kemampuan motorik, seperti memasukkan, mengunyah, dan menelan makanan.

Meski begitu, memberikan MPASI pada si kecil tak dapat dilakukan sembarangan. Jika tak dilakukan dengan pemahaman tepat dan persiapan cukup, pemberian MPASI yang tak tepat dapat membuat si kecil sakit atau mengalami masalah kesehatan.

Baca Juga: 10 Cara Mengatasi Stunting pada Anak, Orang Tua Wajib Tahu!

Dikutip dari The Asian Parent, ada beberapa masalah yang diakibatkan dari pemberian MPASI yang tidak tepat. Salah satunya adalah alergi.

Anak dapat mengalami alergi bila orangtua tidak memperhatikan riwayat alergi keluarga ataupun alergi bawaan anak.

Untuk meminimalisasi hal itu, hindari memberikan makanan yang berasal dari laut, seperti ikan dan seafood pada enam bulan pertama.

Masalah berikutnya yang bisa muncul yakni terjadinya luka pada usus karena pemberian MPASI yang terlalu dini yang menyebabkan dampak buruk pada metabolisme anak.

Untuk itu, Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI) merekomendasikan MPASI diberikan setelah anak berusia 6 bulan. Pemberian MPASI di bawah usia itu berisiko menyebabkan berbagai masalah kesehatan.

Baca Juga: Stunting adalah Kondisi Gagal Tumbuh pada Anak, Berikut Faktanya!

Selain itu, hindari memberi asupan sayur berserat tinggi karena usus anak belum dapat mengolah makanan berat yang bisa memicu diare berkepanjangan.

Juga tidak memberikan ngasih satu jenis makanan saja karena dapat mengakibatkan anak tak bisa memakan variasi jenis makanan sesuai dengan tahap perkembangannya.

Terapkan prinsip responsive feeding

Untuk mencegah pemberian MPASI yang kurang tepat, salah satu langkah yang bisa diterapkan orangtua adalah menerapkan prinsip responsive feeding, yaitu memperhatikan dan mengenali tanda-tanda ketika bayi merasa kenyang ataupun lapar.

Langkah tersebut efektif untuk menghindari si kecil terlalu kenyang hingga membuatnya rewel dan muntah. Selain itu, saat memberikan MPASI, lakukan secara konsisten dan teratur agar anak terbiasa mengenai jam makannya.

Berikan pula asupan MPASI yang sesuai dengan usia, mulai dengan memberi bubur halus, lembut, dan cukup kental, hingga secara bertahap dibuat menjadi lebih kasar.

Baca Juga: Bolehkah Bayi di Bawah 6 Bulan Diberikan Pisang Kerok?

Ketika menginjak 12 bulan, anak dapat diberi makanan yang dicincang atau saring kasar dan makanan yang dapat dipegang oleh bayi guna meningkatkan kemampuan motorik halusnya.

Tak kalah penting, Generasi bersih dan sehat (Genbest) tetap harus memberikan ASI hingga usia anak mencapai usia 24 bulan. Dengan begitu, tumbuh kembang si kecil lebih optimal. 

Mari berkontribusi langsung dalam upaya mencegah dan mengatasi masalah STUNTING di Indonesia. Ikut berdonasi dengan klik Kompas.com Jernih Berbagi.

Artikel ini merupakan bagian dari Lestari KG Media, sebuah inisiatif untuk akselerasi Tujuan Pembangunan Berkelanjutan. Selengkapnya

A member of
Baca tentang
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau