Calon Ibu, Perhatikan Jarak Kelahiran Anak agar Terhindar dari Risiko Berikut

Kompas.com - 19 Agustus 2022, 14:16 WIB
Erlangga Satya Darmawan,
Sri Noviyanti

Tim Redaksi

KOMPAS.com – Memiliki lebih dari satu anak bisa jadi keinginan bagi sebagian keluarga. Hal tersebut sah-sah saja mengingat salah satu sumber kebahagian terbesar dalam keluarga adalah saat dianugerahi momongan.

Meski begitu, terdapat sejumlah hal yang harus sahabat Generasi Bersih dan Sehat (Genbest) pertimbangkan sebelum memutuskan hal tersebut, seperti kesiapan dalam merawat bayi, keadilan dalam membagi perhatian, dan kondisi finansial.

Jangan sampai, keinginan besar untuk punya banyak momongan jadi membuat sahabat Genbest mengabaikan itu semua. Sebab, hal tersebut dapat berpengaruh pada kualitas Genbest dalam merawat dan membesarkan buah hati.

Tak hanya itu, bagi yang ingin memiliki lebih dari satu anak, sahabat Genbest juga wajib memperhatikan faktor penting lainnya, yakni jarak kelahiran.

Berdasarkan info dari Badan Koordinasi Keluarga Berencana Nasional (BKKBN), jarak kelahiran ideal yang disarankan adalah dua tahun.

Dengan jarak tersebut, setidaknya Genbest bisa memenuhi kebutuhan air susu ibu (ASI) sang kakak agar tumbuh kembangnya di masa 1.000 hari pertama kehidupan (HPK) jadi lebih optimal dan jauh dari risiko stunting.

Baca Juga: Pentingnya 1.000 Hari Pertama Kehidupan Bagi Tumbuh Kembang Anak

Sementara itu, menurut berbagai penelitian, jarak kelahiran anak yang berdekatan dapat memberikan dampak negatif, baik bagi ibu maupun anak.

Agar Genbest lebih memahami risiko tersebut, berikut Kompas.com berikan ulasannya.

1. Kelahiran prematur

Dari penelitian yang dimuat dalam British Medical Journal, jarak kelahiran yang terlalu dekat dapat meningkatkan risiko kelahiran prematur dan kematian pada bayi. Penelitian ini melibatkan 89.000 ibu hamil yang melahirkan anak kedua.

Penelitian tersebut juga menyebutkan, ibu yang memiliki jarak kehamilan kurang dari enam bulan tercatat mengalami komplikasi kehamilan lebih banyak. Bahkan, komplikasi tetap berpengaruh pada ibu yang kehamilan pertamanya sehat dan lancar.

Adapun jarak kehamilan yang terlalu dekat menyebabkan mereka mengalami kelahiran prematur di kehamilan kedua. Kelahiran prematur sendiri merupakan salah satu faktor yang meningkatkan risiko stunting pada anak.

2. Anemia

Menurut para ahli kesehatan, jarak kelahiran kurang dari satu tahun tidak memberikan waktu yang cukup bagi ibu untuk bisa pulih dari tekanan fisik yang didapat pada kehamilan sebelumnya.

Sebab, masa kehamilan dan menyusui sangat menguras simpanan zat besi dan asam folat yang ada dalam tubuh ibu sehingga meningkatkan risiko anemia.

Berdasarkan penjelasan dari Mayo Clinic, anemia defisiensi besi yang parah selama kehamilan dapat meningkatkan risiko kelahiran prematur serta sering dikaitkan dengan kelahiran bayi yang punya berat badan rendah dan depresi pascapersalinan.

Baca Juga: Anemia Saat Hamil Bisa Sebabkan Bayi Lahir Prematur

3. Terganggunya hesehatan mental

Jarak kelahiran antaranak yang terlalu dekat juga bisa membuat ibu mengalami depresi pascapersalinan.

Halaman:

Artikel ini merupakan bagian dari Lestari KG Media, sebuah inisiatif untuk akselerasi Tujuan Pembangunan Berkelanjutan. Selengkapnya

A member of
Baca tentang
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Apresiasi Spesial
Kirimkan Apresiasi Spesial untuk mendukung Jurnalisme KOMPAS.com
Kolom ini tidak boleh kosong.
Dengan mengirimkan pesan apresiasi kamu menyetujui ketentuan pengguna KOMPAS.com. Pelajari lebih lanjut.
Apresiasi Spesial
Syarat dan ketentuan
  1. Definisi
    • Apresiasi Spesial adalah fitur dukungan dari pembaca kepada KOMPAS.com dalam bentuk kontribusi finansial melalui platform resmi kami.
    • Kontribusi ini bersifat sukarela dan tidak memberikan hak kepemilikan atau kendali atas konten maupun kebijakan redaksi.
  2. Penggunaan kontribusi
    • Seluruh kontribusi akan digunakan untuk mendukung keberlangsungan layanan, pengembangan konten, dan operasional redaksi.
    • KOMPAS.com tidak berkewajiban memberikan laporan penggunaan dana secara individual kepada setiap kontributor.
  3. Pesan & Komentar
    • Pembaca dapat menyertakan pesan singkat bersama kontribusi.
    • Pesan dalam kolom komentar akan melewati kurasi tim KOMPAS.com
    • Pesan yang bersifat ofensif, diskriminatif, mengandung ujaran kebencian, atau melanggar hukum dapat dihapus oleh KOMPAS.com tanpa pemberitahuan.
  4. Hak & Batasan
    • Apresiasi Spesial tidak dapat dianggap sebagai langganan, iklan, investasi, atau kontrak kerja sama komersial.
    • Kontribusi yang sudah dilakukan tidak dapat dikembalikan (non-refundable).
    • KOMPAS.com berhak menutup atau menonaktifkan fitur ini sewaktu-waktu tanpa pemberitahuan sebelumnya.
  5. Privasi & Data
    • Data pribadi kontributor akan diperlakukan sesuai dengan kebijakan privasi KOMPAS.com.
    • Informasi pembayaran diproses oleh penyedia layanan pihak ketiga sesuai dengan standar keamanan yang berlaku.
  6. Pernyataan
    • Dengan menggunakan Apresiasi Spesial, pembaca dianggap telah membaca, memahami, dan menyetujui syarat & ketentuan ini.
  7. Batasan tanggung jawab
    • KOMPAS.com tidak bertanggung jawab atas kerugian langsung maupun tidak langsung yang timbul akibat penggunaan fitur ini.
    • Kontribusi tidak menciptakan hubungan kerja, kemitraan maupun kewajiban kontraktual lain antara Kontributor dan KOMPAS.com
Gagal mengirimkan Apresiasi Spesial
Transaksimu belum berhasil. Coba kembali beberapa saat lagi.
Kamu telah berhasil mengirimkan Apresiasi Spesial
Terima kasih telah menjadi bagian dari Jurnalisme KOMPAS.com
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau