Anak Terlambat Imunisasi Dasar? Ini yang Harus Dilakukan Orangtua

Kompas.com - 10 September 2022, 08:07 WIB
Siti Sahana Aqesya,
Sri Noviyanti

Tim Redaksi

KOMPAS.com – Imunisasi merupakan salah satu tindakan penting yang berperan dalam pembentukan sistem imun bayi. Dengan imunisasi, bayi yang masih lemah bisa mendapat pertahanan diri dari penyakit tertentu yang membahayakan.

Imunisasi pada bayi dilakukan ketika bayi mencapai usia tertentu. Oleh karena itu, Generasi Bersih dan Sehat (GenBest) sebagai orangtua harus mengingat dan mencatat usia bayi agar periode imunisasi tidak terlewat. Sebab, rentang waktu imunisasi yang ditetapkan pemerintah sudah disesuaikan dengan tumbuh kembang bayi.

Akan tetapi, di tengah pandemi Covid-19 yang belum tuntas, GenBest kerap merasa was-was untuk membawa bayinya melakukan imunisasi di layanan kesehatan terdekat. Akhirnya, masa imunisasi pun terlewat.

Meskipun kekhawatiran tersebut perlu dipertimbangakan, GenBest tetap harus membawa bayi untuk imunisasi.

Baca juga: Stunting Adalah Kondisi Gagal Tumbuh Pada Anak, Berikut Faktanya

Mengatasi keterlambatan jadwal imunisasi

Untuk diketahui, terdapat lima jenis imunisasi wajib yang harus diterima bayi. Pertama, imunisasi polio untuk mencegah infeksi vaksin polio. Imunisasi ini diberikan sebanyak empat kali, yakni saat anak baru lahir dan dilanjutkan saat bayi berumur 2, 3, serta 4 bulan.

Apabila anak terlambat melakukan imunisasi polio, GenBest tidak perlu mengulang pemberian dosis dari awal. Jadi, cukup lakukan imunisasi lanjutan sesuai jadwal yang ditentukan.

Kedua, imunisasi bacillus calmette-guérin (BCG) yang berfungsi untuk mencegah penyakit tuberculosis (TBC). Imunisasi ini diberikan satu kali segera setelah kelahiran bayi.

Untuk pemberian vaksin BCG, anak seharusnya mendapat imunisasi sebelum berumur tiga bulan. Apabila sudah lebih dari tiga bulan, anak akan diarahkan untuk melakukan uji tuberkulin guna memastikan bahwa anak tidak terkena bakteri TBC. Jika hasilnya negatif, imunisasi BCG bisa langsung dilakukan.

Ketiga, imunisasi campak rubella. Imunisasi ini diberikan sebanyak tiga kali, yakni saat anak berusia 9 bulan, 18 bulan, dan 5 tahun.

Apabila terlambat mendapatkan imunisasi campak pertama yang seharusnya diberikan sekali saat bayi berusia 9 bulan, tidak diperlukan uji tertentu. Sebab, GenBest bisa langsung membawa anak untuk imunisasi campak kapan saja. Akan tetapi, usahakan sesegera mungkin, ya.

Keempat, imunisasi difteri, pertusis, dan tetanus (DPT). Imunisasi ini diberikan sebanyak empat kali saat anak berusia 2, 3, 4, dan 18 bulan. Sama seperti imunisasi polio, anak bisa langsung diimunisasi tanpa mengulang dosis dari awal apabila terjadi keterlambatan.

Kelima, imunisasi Hepatitis B. Imunisasi ini diberikan sebanyak lima kali, yakni saat setelah anak lahir, dan ketika berumur 2, 3, 4, dan 18 bulan.

Apabila terlambat memberikan imunisasi Hepatitis B pada anak, GenBest bisa menyusul kapan saja. Silakan datangi fasilitas kesehatan terdekat dan daftarkan anak untuk mendapatkan imunisasi. Tidak diperlukan uji kadar tertentu untuk mendapatkan imunisasi ini.

Baca juga: 10 Penyebab Stunting pada Anak, Jangan Anggap Sepele

Imunisasi merupakan hak anak. Jadi, meskipun terlambat, GenBest harus tetap menyusul jadwal imunisasi yang terlewat.

Meski demikian, perlu diingat bahwa imunisasi sudah dirancang oleh berdasarkan efektivitas kerja vaksin dan reaksi kekebalan tubuh anak. Jadi, alangkah lebih baik jika GenBest memberikan imunisasi sesuai dengan jadwal agar mendapat hasil yang optimal.

Tak hanya melindungi anak dari penyakit berbahaya, imunisasi juga mencegah penularan penyakit ke individu lain. Dengan memberikan imunisasi lengkap untuk anak, GenBest sudah menyumbang kebaikan untuk melindungi individu lain dari risiko penyakit.

Yuk, catat jadwal imunisasi si kecil. Agar tidak terlewat, silakan pasang pengingat pada kalender atau smartphone. Selain itu, GenBest juga harus rutin memeriksakan perkembangan anak ke fasilitas kesehatan (faskes) terdekat, ya.

Mari berkontribusi langsung dalam upaya mencegah dan mengatasi masalah STUNTING di Indonesia. Ikut berdonasi dengan klik Kompas.com Jernih Berbagi.

Artikel ini merupakan bagian dari Lestari KG Media, sebuah inisiatif untuk akselerasi Tujuan Pembangunan Berkelanjutan. Selengkapnya

A member of
Baca tentang
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Apresiasi Spesial
Kirimkan Apresiasi Spesial untuk mendukung Jurnalisme KOMPAS.com
Kolom ini tidak boleh kosong.
Dengan mengirimkan pesan apresiasi kamu menyetujui ketentuan pengguna KOMPAS.com. Pelajari lebih lanjut.
Apresiasi Spesial
Syarat dan ketentuan
  1. Definisi
    • Apresiasi Spesial adalah fitur dukungan dari pembaca kepada KOMPAS.com dalam bentuk kontribusi finansial melalui platform resmi kami.
    • Kontribusi ini bersifat sukarela dan tidak memberikan hak kepemilikan atau kendali atas konten maupun kebijakan redaksi.
  2. Penggunaan kontribusi
    • Seluruh kontribusi akan digunakan untuk mendukung keberlangsungan layanan, pengembangan konten, dan operasional redaksi.
    • KOMPAS.com tidak berkewajiban memberikan laporan penggunaan dana secara individual kepada setiap kontributor.
  3. Pesan & Komentar
    • Pembaca dapat menyertakan pesan singkat bersama kontribusi.
    • Pesan dalam kolom komentar akan melewati kurasi tim KOMPAS.com
    • Pesan yang bersifat ofensif, diskriminatif, mengandung ujaran kebencian, atau melanggar hukum dapat dihapus oleh KOMPAS.com tanpa pemberitahuan.
  4. Hak & Batasan
    • Apresiasi Spesial tidak dapat dianggap sebagai langganan, iklan, investasi, atau kontrak kerja sama komersial.
    • Kontribusi yang sudah dilakukan tidak dapat dikembalikan (non-refundable).
    • KOMPAS.com berhak menutup atau menonaktifkan fitur ini sewaktu-waktu tanpa pemberitahuan sebelumnya.
  5. Privasi & Data
    • Data pribadi kontributor akan diperlakukan sesuai dengan kebijakan privasi KOMPAS.com.
    • Informasi pembayaran diproses oleh penyedia layanan pihak ketiga sesuai dengan standar keamanan yang berlaku.
  6. Pernyataan
    • Dengan menggunakan Apresiasi Spesial, pembaca dianggap telah membaca, memahami, dan menyetujui syarat & ketentuan ini.
  7. Batasan tanggung jawab
    • KOMPAS.com tidak bertanggung jawab atas kerugian langsung maupun tidak langsung yang timbul akibat penggunaan fitur ini.
    • Kontribusi tidak menciptakan hubungan kerja, kemitraan maupun kewajiban kontraktual lain antara Kontributor dan KOMPAS.com
Gagal mengirimkan Apresiasi Spesial
Transaksimu belum berhasil. Coba kembali beberapa saat lagi.
Kamu telah berhasil mengirimkan Apresiasi Spesial
Terima kasih telah menjadi bagian dari Jurnalisme KOMPAS.com
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau