Kenapa Ibu Hamil Sering Merasa Lemas?

Kompas.com - 17 November 2022, 12:11 WIB
Rindu Pradipta Hestya,
Sri Noviyanti

Tim Redaksi

KOMPAS.com – Jika generasi bersih dan sehat (Genbest) sering merasa lemas selama proses kehamilan, jangan dianggap sepele.

Lemas saat hamil biasanya disebabkan karena kurangnya asupan asam folat dan zat besi. Kedua vitamin itu bertugas untuk mengalirkan oksigen ke jaringan tubuh Genbest dan bayi.

Jika masalah anemia ini tidak ditangani, Genbest berisiko lebih tinggi mengalami keguguran, pendarahan selama kehamilan, persalinan prematur, gangguan janin, dan masalah saat nifas.

Untuk itu, Genbest harus mendapatkan asupan gizi yang optimal. Terlebih, pada masa kehamilan Genbest karena memerlukan mikronutrien dan protein agar janin mendapat pertumbuhan yang sempurna.

Baca juga: Cegah Anemia pada Ibu Hamil, Turunkan Risiko Bayi Lahir Prematur

Sebaiknya, jauhi makanan yang dapat menyebabkan penyerapan nutrisi terhambat, seperti kopi, teh, dan minuman kemasan. Pastikan jumlah kalori yang dikonsumsi tercukupi. Untuk diketahui, Genbest membutuhkan 300 hingga 400 kalori setiap hari selama hamil.

Selain itu, Genbest juga harus memiliki berat badan yang cukup selama masa kehamilan. Genbest pun harus memenuhi kebutuhan zat besi dan vitamin. Hal ini dapat mencegah kelahiran anak stunting sejak masih dalam kandungan.

Baca juga: Cegah Stunting, Remaja Diimbau Jalani Pola Hidup Sehat dan Hindari Pernikahan Dini

Perlu diketahui, kesehatan bayi dimulai sejak masih dalam kandungan. Dengan alasan itu, Genbest perlu menjaga kesehatan sedini mungkin, terutama sejak merencanakan kehamilan.

Sayangnya, saat ini masih banyak anak yang mengalami masalah gagal tumbuh akibat kurangnya pemahaman tentang cara pencegahan stunting oleh ibu hamil.

Berdasarkan Buletin Stunting 2018 yang diterbitkan oleh Departemen Kesehatan (Depkes), stunting pada anak merupakan suatu proses akumulatif yang terjadi sejak sebelum kehamilan, masa hamil, masa balita, hingga sepanjang kehidupan anak.

Baca juga: Stunting, Gangguan Perkembangan yang Mengancam Masa Depan Anak

Sementara itu, berdasarkan data dari Badan Kesehatan Dunia pada 2015, angka stunting di Indonesia masih berada di urutan kedua di antara negara-negara Asia Tenggara.

Berdasarkan data tersebut, Genbest harusnya menyadari betapa pentingnya menjaga kesehatan di masa kehamilan. Sebab, asupan gizi yang kurang dapat menyebabkan pertumbuhan janin terlambat, lahir dengan berat badan rendah, serta mengalami gangguan pertumbuhan dan perkembangan.

Apalagi, perkembangan anak ditentukan sejak masa kandungan hingga anak berusia 2 tahun. Artinya, sangat penting menjaga kesehatan selama masa kehamilan demi pertumbuhan bayi yang sehat dan bebas stunting.

Baca juga: Kehamilan Sehat Butuh Persiapan

Penuhi kebutuhan gizi

Mengonsumsi protein hewani dan nabati, seperti kuning telur, daging merah, ikan, sayuran hijau, kacang-kacangan, dan buah kering, bagus untuk ibu hamil untuk memnuhi kebutuhan gizi.

Hal yang juga perlu dilakukan adalah dengan memperbaiki gaya hidup dengan menerapkan pola hidup sehat. Penerapan pola hidup sehat bukan hanya untuk kebaikan Genbest, tetapi juga untuk janin di dalam kandungan.

Genbest dapat melakukannya dengan mengonsumsi makanan sehat dan berolahraga secara rutin. Beberapa contoh olahraga yang aman dilakukan adala jalan kaki, berenang, dan yoga.

Selain itu, penting juga untuk menjaga kebersihan tubuh, misalnya, dengan mandi dua kali sehari, mencuci tangan dengan sabun, menjaga kebersihan rumah, serta mengonsumsi makanan yang bersih.

Baca juga: 3 Dampak Stres Saat Hamil dan Cara Mengatasinya

Genbest juga harus istirahat yang cukup agar tubuh tetap bugar. Selain itu, Genbst juga perlu mengendalikan stres dengan cara melakukan relaksasi sederhana. Jangan lupa untuk meminta dukungan dari suami, keluarga, dan kerabat agar masa kehamilan bebas dari kendala.

Dengan memperhatikan kesehatan dan kebutuhan gizi selama hamil, Genbest sudah melakukan pencegahan stunting untuk menghentikan pertumbuhan masalah gagal tumbuh pada generasi selanjutnya.

Mari berkontribusi langsung dalam upaya mencegah dan mengatasi masalah STUNTING di Indonesia. Ikut berdonasi dengan klik Kompas.com Jernih Berbagi.

Artikel ini merupakan bagian dari Lestari KG Media, sebuah inisiatif untuk akselerasi Tujuan Pembangunan Berkelanjutan. Selengkapnya

A member of
Baca tentang
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Apresiasi Spesial
Kirimkan Apresiasi Spesial untuk mendukung Jurnalisme KOMPAS.com
Kolom ini tidak boleh kosong.
Dengan mengirimkan pesan apresiasi kamu menyetujui ketentuan pengguna KOMPAS.com. Pelajari lebih lanjut.
Apresiasi Spesial
Syarat dan ketentuan
  1. Definisi
    • Apresiasi Spesial adalah fitur dukungan dari pembaca kepada KOMPAS.com dalam bentuk kontribusi finansial melalui platform resmi kami.
    • Kontribusi ini bersifat sukarela dan tidak memberikan hak kepemilikan atau kendali atas konten maupun kebijakan redaksi.
  2. Penggunaan kontribusi
    • Seluruh kontribusi akan digunakan untuk mendukung keberlangsungan layanan, pengembangan konten, dan operasional redaksi.
    • KOMPAS.com tidak berkewajiban memberikan laporan penggunaan dana secara individual kepada setiap kontributor.
  3. Pesan & Komentar
    • Pembaca dapat menyertakan pesan singkat bersama kontribusi.
    • Pesan dalam kolom komentar akan melewati kurasi tim KOMPAS.com
    • Pesan yang bersifat ofensif, diskriminatif, mengandung ujaran kebencian, atau melanggar hukum dapat dihapus oleh KOMPAS.com tanpa pemberitahuan.
  4. Hak & Batasan
    • Apresiasi Spesial tidak dapat dianggap sebagai langganan, iklan, investasi, atau kontrak kerja sama komersial.
    • Kontribusi yang sudah dilakukan tidak dapat dikembalikan (non-refundable).
    • KOMPAS.com berhak menutup atau menonaktifkan fitur ini sewaktu-waktu tanpa pemberitahuan sebelumnya.
  5. Privasi & Data
    • Data pribadi kontributor akan diperlakukan sesuai dengan kebijakan privasi KOMPAS.com.
    • Informasi pembayaran diproses oleh penyedia layanan pihak ketiga sesuai dengan standar keamanan yang berlaku.
  6. Pernyataan
    • Dengan menggunakan Apresiasi Spesial, pembaca dianggap telah membaca, memahami, dan menyetujui syarat & ketentuan ini.
  7. Batasan tanggung jawab
    • KOMPAS.com tidak bertanggung jawab atas kerugian langsung maupun tidak langsung yang timbul akibat penggunaan fitur ini.
    • Kontribusi tidak menciptakan hubungan kerja, kemitraan maupun kewajiban kontraktual lain antara Kontributor dan KOMPAS.com
Gagal mengirimkan Apresiasi Spesial
Transaksimu belum berhasil. Coba kembali beberapa saat lagi.
Kamu telah berhasil mengirimkan Apresiasi Spesial
Terima kasih telah menjadi bagian dari Jurnalisme KOMPAS.com
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau