Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Perubahan Iklim Bikin Laut Menderita, Dampaknya Bisa Seret Kita Semua

Kompas.com - 05/06/2025, 10:02 WIB
Monika Novena,
Yunanto Wiji Utomo

Tim Redaksi

Sumber PHYSORG

KOMPAS.com - Lautan memainkan peran krusial sebagai "peredam panas" dalam sistem iklim Bumi.

Dengan menyerap sebagian besar panas yang dihasilkan dari aktivitas manusia yang membakar bahan bakar fosil dan melepaskan gas rumah kaca, lautan telah secara efektif melindungi kita dari dampak pemanasan global yang jauh lebih parah daripada yang kita alami saat ini.

Namun, pelindung utama kita dari dampak terburuk pemanasan global ini kini mulai menderita.

Lautan menunjukkan tanda-tanda kerusakan yang mengkhawatirkan seperti gelombang panas, hilangnya kehidupan laut, kenaikan permukaan air laut, penurunan kadar oksigen, dan pengasaman, yang semuanya diakibatkan oleh penyerapan karbon dioksida berlebihan dari atmosfer.

Dampak ini tidak hanya membahayakan kesehatan laut tetapi juga seluruh planet.

Baca juga: Peneliti Soroti Dampak Naiknya Air Laut Terhadap Kehidupan Masyarakat Pesisir

Mengutip Phys, Rabu (4/6/2025), Angelique Melet, ahli kelautan di European Mercator Ocean Monitor mengungkapkan, dengan menyerap lebih dari 90 persen kelebihan panas yang terperangkap di atmosfer, lautan memanas semakin cepat.

Panel ahli iklim PBB, IPCC, telah menyatakan bahwa kecepatan pemanasan lautan telah meningkat lebih dari dua kali lipat sejak tahun 1993.

Suhu permukaan laut rata-rata mencapai rekor baru pada tahun 2023 dan 2024.

Meskipun ada jeda pada awal tahun 2025, suhu tetap berada pada titik tertinggi dalam sejarah, menurut data dari monitor iklim Copernicus Uni Eropa.

Menurut Thibault Guinaldo dari pusat penelitian CEMS Prancis, Laut Mediterania telah memecahkan rekor suhu baru di setiap tiga tahun terakhir.

Laut Mediterania kini menjadi salah satu wilayah laut yang paling parah terkena dampak pemanasan, setara dengan Samudra Atlantik Utara dan Samudra Arktik.

Sementara laporan khusus IPCC tentang samudra menyebutkan fenomena gelombang panas di laut kini terjadi dua kali lebih sering, berlangsung lebih lama, suhunya lebih ekstrem, dan menjangkau wilayah yang lebih luas.

Lautan yang lebih hangat dapat membuat badai menjadi lebih ganas, karena lautan memberikan pasokan panas dan air yang menguap kepada badai.

Pemanasan air laut juga bisa sangat merusak bagi spesies, terutama karang dan padang lamun, yang tidak dapat bermigrasi.

Untuk terumbu karang, diperkirakan antara 70 persen hingga 90 persen akan hilang pada abad ini jika pemanasan global mencapai 1,5 derajat Celsius dibandingkan dengan tingkat pra-industri.

Halaman:

Artikel ini merupakan bagian dari Lestari KG Media, sebuah inisiatif untuk akselerasi Tujuan Pembangunan Berkelanjutan. Selengkapnya

A member of


Terkini Lainnya
Menteri LH Desak Pembenahan Lingkungan di Kawasan Industri Pulogadung
Menteri LH Desak Pembenahan Lingkungan di Kawasan Industri Pulogadung
Pemerintah
Cabai Palurah dari IPB, Solusi Pedas Berkelanjutan untuk Dapur dan Industri
Cabai Palurah dari IPB, Solusi Pedas Berkelanjutan untuk Dapur dan Industri
LSM/Figur
Produksi Hidrogen Lepas Pantai Tingkatkan Suhu Lokal, Perlu Mitigasi
Produksi Hidrogen Lepas Pantai Tingkatkan Suhu Lokal, Perlu Mitigasi
Pemerintah
Tanam 1.035 Pohon, Kemenhut Kompensasi Jejak Karbon Institusi
Tanam 1.035 Pohon, Kemenhut Kompensasi Jejak Karbon Institusi
Pemerintah
Valuasi Ekonomi Tunjukkan Raja Ampat Lebih Kaya dari Hasil Tambangnya
Valuasi Ekonomi Tunjukkan Raja Ampat Lebih Kaya dari Hasil Tambangnya
LSM/Figur
Murah tapi Mematikan: Pembakaran Plastik Tanpa Kontrol Hasilkan Dioksin dan Furan
Murah tapi Mematikan: Pembakaran Plastik Tanpa Kontrol Hasilkan Dioksin dan Furan
Pemerintah
Driver Ojol Mitra UMKM Grab Akan Dapat Insentif BBM dan KUR
Driver Ojol Mitra UMKM Grab Akan Dapat Insentif BBM dan KUR
Pemerintah
Menhut: Target NDC Perlu Realistis, Ambisius tetapi Tak Tercapai Malah Rugikan Indonesia
Menhut: Target NDC Perlu Realistis, Ambisius tetapi Tak Tercapai Malah Rugikan Indonesia
Pemerintah
Populasi Penguin Kaisar Turun 22 Persen dalam 15 Tahun, Lebih Buruk dari Prediksi
Populasi Penguin Kaisar Turun 22 Persen dalam 15 Tahun, Lebih Buruk dari Prediksi
LSM/Figur
Pembukaan Lahan dan Pembangunan Sebabkan Buaya Muncul ke Permukiman
Pembukaan Lahan dan Pembangunan Sebabkan Buaya Muncul ke Permukiman
Pemerintah
Grab Rekrut Ribuan Driver Ojol untuk Sekaligus Jadi Mitra UMKM
Grab Rekrut Ribuan Driver Ojol untuk Sekaligus Jadi Mitra UMKM
Swasta
Potensi Rumput Laut Besar, tetapi Baru 11 Persen Lahan Budidaya yang Dimanfaatkan
Potensi Rumput Laut Besar, tetapi Baru 11 Persen Lahan Budidaya yang Dimanfaatkan
Pemerintah
Veronica Tan Ingin Jakarta Ramah Perempuan dan Anak
Veronica Tan Ingin Jakarta Ramah Perempuan dan Anak
Pemerintah
BRI Fellowship Journalism 2025 Kukuhkan 45 Jurnalis Penerima Beasiswa S2
BRI Fellowship Journalism 2025 Kukuhkan 45 Jurnalis Penerima Beasiswa S2
BUMN
Sistem Tanam Padi Rendah Karbon, Apakah Memungkinkan?
Sistem Tanam Padi Rendah Karbon, Apakah Memungkinkan?
Pemerintah
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar di Artikel Lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau