Konversi hutan untuk kayu, pertanian, pertambangan, dan pembangunan bendungan terus menghilangkan habitat di setiap benua. Di Sumatra, data satelit menunjukkan bahwa hutan dataran rendah di bawah 500 meter—wilayah utama orangutan—menyusut hingga enam puluh persen antara tahun 1985 dan 2007.
Di wilayah Menabe, Madagaskar, tutupan hutan telah berkurang lebih dari tiga puluh persen sejak tahun 2012, memecah populasi lemur menjadi fragmen-fragmen terisolasi. Bagi gorila Cross River, kini terdapat mosaik desa, jalan, dan ladang yang memisahkan sub-populasi yang dulunya terhubung oleh jarak yang dapat ditempuh hewan dengan aman.
Perburuan dan perdagangan satwa liar menambahkan pukulan kedua yang mematikan. Meskipun orangutan Tapanuli hidup di daerah yang curam, individu muda masih sering ditangkap untuk perdagangan hewan peliharaan, sementara individu dewasa mati akibat konflik lahan pertanian atau jerat. Di Afrika Barat, perburuan gorila sempat menurun, namun kekerasan politik sejak tahun 2016 mungkin menghidupkan kembali pasar daging hewan buruan.
Perubahan iklim juga menjadi ancaman yang mengintai di balik setiap krisis lokal. Musim kemarau yang lebih panjang menekan pohon-pohon penghasil buah, dan badai yang lebih ganas meratakan hutan pesisir—efek yang sudah terlihat jelas di habitat gibbon dan lemur.
"Situasinya dramatis. Jika kita tidak bertindak sekarang, kita akan kehilangan beberapa spesies ini selamanya," Christian Roos, seorang ahli genetika di German Primate Center, memperingatkan. "Tetapi ada harapan — jika sains, politik, dan masyarakat bertindak bersama."
Laporan ini menuntut perluasan cepat area yang dilindungi, namun juga menekankan penegakan hukum di lapangan, di mana penebangan liar dan perdagangan satwa liar masih merajalela. Laporan ini menyerukan kepada pemerintah untuk memperketat undang-undang, menghentikan perebutan lahan, dan melibatkan masyarakat adat serta komunitas lokal sebagai mitra penuh.
Pendanaan harus bergerak melampaui hibah jangka pendek. Gaji patroli jangka panjang, restorasi ekologis, dan, jika jumlahnya anjlok, translokasi yang dikelola dengan hati-hati atau koloni ex-situ semuanya diperlukan.
"Setiap spesies primata yang kita hilangkan tidak hanya berarti kerugian yang tak tergantikan bagi alam, tetapi juga bagi kita manusia," kata Roos. "Karena primata bukan hanya hewan yang menarik—mereka juga merupakan spesies kunci ekosistem kita."
Meskipun tantangannya besar, konservasi masih dapat mengubah keadaan. Kerja sama yang efektif antara Tiongkok dan Vietnam telah mengamankan dua cagar alam untuk gibbon Cao-vit dan melibatkan penduduk desa dalam pekerjaan patroli; populasi kecil ini sekarang stabil dan bahkan membentuk kelompok baru.
Di Nigeria, gambar dari jebakan kamera yang menunjukkan bayi gorila Cross River membuktikan bahwa, jika hutan dibiarkan berdiri dan jerat disingkirkan, kera-kera ini akan berkembang biak lagi. Kisah-kisah sukses ini memiliki tiga ciri utama: pengelolaan lokal yang kuat, implikasi hukum yang jelas, dan dana yang bertahan cukup lama untuk membangun kembali hutan.
Daftar baru ini menunjukkan dengan tepat di mana bahan-bahan tersebut harus diterapkan terlebih dahulu. Ini bukan daftar kasus tanpa harapan, melainkan rencana tindakan darurat. Edisi berikutnya akan mengungkapkan apakah komunitas global telah memilih penyelamatan daripada hanya mengenang. (Ade S/National Geographic Indonesia)
Baca juga: Selesai Rehabilitasi, 5 Orangutan Dilepasliarkan di Hutan Kalimantan Tengah
Mari berkontribusi langsung dalam upaya mencegah dan mengatasi masalah STUNTING di Indonesia. Ikut berdonasi dengan klik Kompas.com Jernih Berbagi.Artikel ini merupakan bagian dari Lestari KG Media, sebuah inisiatif untuk akselerasi Tujuan Pembangunan Berkelanjutan. Selengkapnya