Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Kisah Penyandang Disabilitas yang Sukses Berternak Ayam Petelur di Tengah Hutan Kalimantan

Kompas.com, 3 Oktober 2025, 14:44 WIB
Manda Firmansyah,
Bambang P. Jatmiko

Tim Redaksi

KALIMANTAN TENGAH, KOMPAS.com – Di Desa Buhut Jaya, Kapuas Tengah, Kabupaten Kapuas, sebuah peternakan ayam petelur berdiri sederhana di tengah hutan tropis.

Bukan milik perusahaan besar, melainkan dikelola seorang anak muda penyandang disabilitas bernama Andika (21).

Andika, yang memiliki keterbatasan pendengaran, mulai merintis usahanya sejak Februari 2024, tak lama setelah lulus dari SMK Maharati.

Ia tidak sendiri. Sang ibu setia mendampinginya, sementara lahan seperempat hektar milik sang ayah menjadi tempat berdirinya kandang ayam petelur pertama di desa itu.

Baca juga: Helm Saya Tuli untuk Disabilitas Tunarungu di Riau...

Awalnya, Andika mendatangkan 500 ekor ayam dari luar Kabupaten Kapuas. Perjalanan panjang dengan medan berat membuat sebagian ayam tidak bertahan hidup. Namun, dari situ Andika belajar bahwa beternak membutuhkan kesabaran dan strategi.

“Karena kelelahan, ayam petelur itu malam masuk ke kandang masih belum sempurna makan,” tutur ayahnya, Adiria Santoso, saat ditemui di Desa Buhut Jaya, Kamis (2/10/2025).

Dari 5 Rak ke 12 Rak Telur Per Hari

Hasil kerja keras Andika mulai terlihat. Produksi telur yang semula hanya sekitar 150 butir per hari (5 rak), kini meningkat menjadi 360 butir (12 rak) setiap harinya. Sebagian dijual ke tetangga dengan harga Rp 2.000 per butir, sementara sisanya dipasarkan melalui koperasi di bawah naungan PAMA Group.

Tak hanya membantu dari sisi distribusi, PAMA Group juga memberikan modal melalui program corporate social responsibility (CSR) agar Andika dapat mengembangkan peternakannya.

“Orang kampung itu paling banyak beli dua rak. Kalau hanya mengandalkan jual ke kampung, sulit untuk menutup biaya pakan,” ujar Adiria.

Baca juga: Kisah Perjuangan Rahma Raih Cumlaude di UMP: Disabilitas Bukan Penghalang Mimpi

Kendala lain yang kerap dihadapi adalah keterbatasan pakan. Untuk mengatasinya, Andika berinisiatif mencampur pakan dengan dedak. Pada malam hari, ia kerap berjaga memastikan kebutuhan ayam tercukupi sekaligus melindungi pakan dari burung punai liar yang sering mencuri.

Dari Putus Sekolah hingga Bangkit Lagi

Perjalanan pendidikan Andika tidak mulus. Ia sempat putus sekolah selama dua tahun. Kesempatan datang kembali ketika SMK Maharati, yang dikelola Yayasan Bina Harati Pama, berdiri di Kapuas.

Meski usianya sudah tidak muda untuk ukuran murid baru, Andika diberi kesempatan untuk melanjutkan pendidikan.

“Untung-untungan pas SMK Maharati mulai angkatan pertama. Kalau betul-betul diseleksi, mungkin dia enggak masuk. Tapi Andika diutamakan,” ujar Adiria.

Di sekolah, para guru berusaha menciptakan pembelajaran inklusif meski SMK Maharati bukan sekolah inklusi resmi. Guru bimbingan konseling dan pembina asrama dengan latar belakang psikologi ikut mendampingi Andika agar mampu mengikuti pelajaran.

Upaya itu berbuah manis. Andika mampu menghasilkan proyek desain komunikasi visual (DKV) dan lulus uji kompetensi. Namun, ketika diberikan pilihan peminatan, ia lebih mantap memilih jalur wirausaha.

Baca juga: Produksi Telur Ayam RI Surplus, Siap Ekspor 1,6 Juta Butir ke AS Per Bulan

“Kami mendukung penuh agar Andika termotivasi. Walaupun wirausaha, dia bisa sukses. Yayasan, komunitas, hingga teman-teman ikut memberi pendampingan dan modal agar ia bisa memulai usaha,” jelas Kepala Sekolah SMK Maharati, Aris Dianto.

Mimpi yang Belum Padam

Meski kini sibuk mengurus peternakan, Andika masih menyimpan mimpi besar. Ia ingin melanjutkan pendidikan ke perguruan tinggi untuk memperdalam ilmu peternakan. Namun, keinginan itu belum mendapat restu penuh dari sang ayah yang khawatir soal biaya.

Bagi Andika, beternak bukan hanya soal ekonomi. Ia menemukan kegembiraan dalam merawat ayam-ayamnya, menyusun pakan, hingga memungut telur setiap pagi.

Dari lahan sederhana di pedalaman Kalimantan, Andika membuktikan bahwa keterbatasan bukan alasan untuk berhenti bermimpi.

Mari berkontribusi langsung dalam upaya mencegah dan mengatasi masalah STUNTING di Indonesia. Ikut berdonasi dengan klik Kompas.com Jernih Berbagi.

Artikel ini merupakan bagian dari Lestari KG Media, sebuah inisiatif untuk akselerasi Tujuan Pembangunan Berkelanjutan. Selengkapnya

A member of
Baca tentang


Terkini Lainnya
Lebih dari Sekadar Musikal, Jemari Hidupkan Harapan Baru bagi Komunitas Tuli pada Hari Disabilitas Internasional
Lebih dari Sekadar Musikal, Jemari Hidupkan Harapan Baru bagi Komunitas Tuli pada Hari Disabilitas Internasional
LSM/Figur
Material Berkelanjutan Bakal Diterapkan di Hunian Bersubsidi
Material Berkelanjutan Bakal Diterapkan di Hunian Bersubsidi
Pemerintah
Banjir Sumatera: Alarm Keras Tata Ruang yang Diabaikan
Banjir Sumatera: Alarm Keras Tata Ruang yang Diabaikan
Pemerintah
Banjir Sumatera, Penyelidikan Hulu DAS Tapanuli Soroti 12 Subyek Hukum
Banjir Sumatera, Penyelidikan Hulu DAS Tapanuli Soroti 12 Subyek Hukum
Pemerintah
Banjir Sumatera, KLH Setop Operasional 3 Perusahaan untuk Sementara
Banjir Sumatera, KLH Setop Operasional 3 Perusahaan untuk Sementara
Pemerintah
Berkomitmen Sejahterakan Umat, BSI Maslahat Raih 2 Penghargaan Zakat Award 2025
Berkomitmen Sejahterakan Umat, BSI Maslahat Raih 2 Penghargaan Zakat Award 2025
BUMN
Veronica Tan Bongkar Penyebab Pekerja Migran Masih Rentan TPPO
Veronica Tan Bongkar Penyebab Pekerja Migran Masih Rentan TPPO
Pemerintah
Mengapa Sumatera Barat Terdampak Siklon Tropis Senyar Meski Jauh? Ini Penjelasan Pakar
Mengapa Sumatera Barat Terdampak Siklon Tropis Senyar Meski Jauh? Ini Penjelasan Pakar
LSM/Figur
Ambisi Indonesia Punya Geopark Terbanyak di Dunia, Bisa Cegah Banjir Terulang
Ambisi Indonesia Punya Geopark Terbanyak di Dunia, Bisa Cegah Banjir Terulang
Pemerintah
Saat Hutan Hilang, SDGs Tak Lagi Relevan
Saat Hutan Hilang, SDGs Tak Lagi Relevan
Pemerintah
Ekspansi Sawit Picu Banjir Sumatera, Mandatori B50 Perlu Dikaji Ulang
Ekspansi Sawit Picu Banjir Sumatera, Mandatori B50 Perlu Dikaji Ulang
LSM/Figur
SBTi Rilis Peta Jalan untuk Industri Kimia Global
SBTi Rilis Peta Jalan untuk Industri Kimia Global
Pemerintah
Bukan Murka Alam: Melacak Jejak Ecological Tech Crime di Balik Tenggelamnya Sumatra
Bukan Murka Alam: Melacak Jejak Ecological Tech Crime di Balik Tenggelamnya Sumatra
Pemerintah
Agroforestri Sawit: Jalan Tengah di Tengah Ancaman Banjir dan Krisis Ekosistem
Agroforestri Sawit: Jalan Tengah di Tengah Ancaman Banjir dan Krisis Ekosistem
Pemerintah
Survei FTSE Russell: Risiko Iklim Jadi Kekhawatiran Mayoritas Investor
Survei FTSE Russell: Risiko Iklim Jadi Kekhawatiran Mayoritas Investor
Swasta
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Unduh Kompas.com App untuk berita terkini, akurat, dan tepercaya setiap saat
QR Code Kompas.com
Arahkan kamera ke kode QR ini untuk download app
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar di Artikel Lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Apresiasi Spesial
Kirimkan Apresiasi Spesial untuk mendukung Jurnalisme KOMPAS.com
Kolom ini tidak boleh kosong.
Dengan mengirimkan pesan apresiasi kamu menyetujui ketentuan pengguna KOMPAS.com. Pelajari lebih lanjut.
Apresiasi Spesial
Syarat dan ketentuan
  1. Definisi
    • Apresiasi Spesial adalah fitur dukungan dari pembaca kepada KOMPAS.com dalam bentuk kontribusi finansial melalui platform resmi kami.
    • Kontribusi ini bersifat sukarela dan tidak memberikan hak kepemilikan atau kendali atas konten maupun kebijakan redaksi.
  2. Penggunaan kontribusi
    • Seluruh kontribusi akan digunakan untuk mendukung keberlangsungan layanan, pengembangan konten, dan operasional redaksi.
    • KOMPAS.com tidak berkewajiban memberikan laporan penggunaan dana secara individual kepada setiap kontributor.
  3. Pesan & Komentar
    • Pembaca dapat menyertakan pesan singkat bersama kontribusi.
    • Pesan dalam kolom komentar akan melewati kurasi tim KOMPAS.com
    • Pesan yang bersifat ofensif, diskriminatif, mengandung ujaran kebencian, atau melanggar hukum dapat dihapus oleh KOMPAS.com tanpa pemberitahuan.
  4. Hak & Batasan
    • Apresiasi Spesial tidak dapat dianggap sebagai langganan, iklan, investasi, atau kontrak kerja sama komersial.
    • Kontribusi yang sudah dilakukan tidak dapat dikembalikan (non-refundable).
    • KOMPAS.com berhak menutup atau menonaktifkan fitur ini sewaktu-waktu tanpa pemberitahuan sebelumnya.
  5. Privasi & Data
    • Data pribadi kontributor akan diperlakukan sesuai dengan kebijakan privasi KOMPAS.com.
    • Informasi pembayaran diproses oleh penyedia layanan pihak ketiga sesuai dengan standar keamanan yang berlaku.
  6. Pernyataan
    • Dengan menggunakan Apresiasi Spesial, pembaca dianggap telah membaca, memahami, dan menyetujui syarat & ketentuan ini.
  7. Batasan tanggung jawab
    • KOMPAS.com tidak bertanggung jawab atas kerugian langsung maupun tidak langsung yang timbul akibat penggunaan fitur ini.
    • Kontribusi tidak menciptakan hubungan kerja, kemitraan maupun kewajiban kontraktual lain antara Kontributor dan KOMPAS.com
Gagal mengirimkan Apresiasi Spesial
Transaksimu belum berhasil. Coba kembali beberapa saat lagi.
Kamu telah berhasil mengirimkan Apresiasi Spesial
Terima kasih telah menjadi bagian dari Jurnalisme KOMPAS.com
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau