Benarkah Picky Eater Bisa Sebabkan Stunting pada Anak?

Kompas.com - 28 Oktober 2020, 07:11 WIB
Sri Noviyanti

Penulis

KOMPAS.com – Pernahkah ibu merasa stres karena si kecil suka pilih-pilih makanan atau istilahnya picky eater?

Jangan takut dulu, keadaan semacam itu pernah dialami oleh sebagian besar orangtua. Menurut penelitian pada 2015 yang dilakukan Sudibyo Supardi, peneliti di National Institute of Health Research and Development, sebesar 33,6 persen anak prasekolah di Jakarta mengalami masalah sulit makan.

Beberapa tanda anak yang picky eater adalah anak tidak ingin mencoba jenis makanan baru dan biasanya mereka membatasi makanan yang mau dimakannya.
Misalnya, hanya mau nasi pakai nugget atau kecap saja.

Anak yang picky eater juga umumnya menolak makan makanan sehat, seperti buah dan sayur. Ibu perlu memperhatikan cirinya, mulai dari mengemut makanan, memilih menutup mulut rapat-rapat, hingga menangis saat akan disuapi.

Tak perlu khawatir, picky eater bisa disiasati. Apalagi, menurut Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI), picky eater sebenarnya masih termasuk fase normal dalam perkembangan anak.

Setelah pertumbuhan pada masa bayi yang cepat, tingkat pertumbuhan di masa balita cenderung melambat, termasuk nafsu makannya.

Anak balita juga mulai mengembangkan kesukaan pada makanan tertentu. Seperti orang dewasa, yang punya daftar makanan favorit atau membenci makanan tertentu.

Sayangnya, orangtua menjadi khawatir karena balita masih dalam masa pertumbuhan sehingga membutuhkan nutrisi yang lengkap. Apalagi, ada anggapan bahwa picky eater bisa menyebabkan stunting.

Baca juga: 5 Kesalahan Pemberian Puree yang Bikin Anak Stunting

Tiap kasus memang berbeda-beda. Kalau orangtua merasa keadaan picky eater anak sangat mengkhawatirkan, cobalah konsultasikan dengan dokter.

Akan tetapi, jika kasusnya tak rutin sebenarnya masih bisa disiasati. Cobalah pahami anak dengan sabar.

Tak perlu frustrasi dengan perilaku khas balita ini. Tugas generasi bersih dan sehat (GenBest) adalah selalu berusaha menyediakan pilihan makanan sehat. Mungkin anak menolak, tapi seiring dengan waktu biasanya selera dan perilaku makan anak akan membaik.

Nah, berikut beberapa tips untuk membantu orangtua melewati masa picky eater si kecil.

1. Punya jadwal makan yang tetap

Cobalah untuk memiliki jadwal makan tetap. Misalnya, 3 kali makan makanan utama dan 2 kali untuk makan snack atau cemilan.

Patuhi jadwal itu. Bila anak tidak mau makan makanan baru yang disajikan, tak perlu berkomentar banyak. Bawa pergi makanan itu dan jangan menawarkan kembali sampai waktu makan utama atau camilan berikutnya tiba. Anak yang lapar akhirnya akan makan juga.

2. Hindari membuatkan anak makanan khusus

Saat anak menolak makanan yang disajikan di meja makan, hindari membuatkan makanan kesukaannya karena ini malah akan membuat anak makin jadi suka pilih-pilih makanan.

Halaman:

Artikel ini merupakan bagian dari Lestari KG Media, sebuah inisiatif untuk akselerasi Tujuan Pembangunan Berkelanjutan. Selengkapnya

A member of
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Apresiasi Spesial
Kirimkan Apresiasi Spesial untuk mendukung Jurnalisme KOMPAS.com
Kolom ini tidak boleh kosong.
Dengan mengirimkan pesan apresiasi kamu menyetujui ketentuan pengguna KOMPAS.com. Pelajari lebih lanjut.
Apresiasi Spesial
Syarat dan ketentuan
  1. Definisi
    • Apresiasi Spesial adalah fitur dukungan dari pembaca kepada KOMPAS.com dalam bentuk kontribusi finansial melalui platform resmi kami.
    • Kontribusi ini bersifat sukarela dan tidak memberikan hak kepemilikan atau kendali atas konten maupun kebijakan redaksi.
  2. Penggunaan kontribusi
    • Seluruh kontribusi akan digunakan untuk mendukung keberlangsungan layanan, pengembangan konten, dan operasional redaksi.
    • KOMPAS.com tidak berkewajiban memberikan laporan penggunaan dana secara individual kepada setiap kontributor.
  3. Pesan & Komentar
    • Pembaca dapat menyertakan pesan singkat bersama kontribusi.
    • Pesan dalam kolom komentar akan melewati kurasi tim KOMPAS.com
    • Pesan yang bersifat ofensif, diskriminatif, mengandung ujaran kebencian, atau melanggar hukum dapat dihapus oleh KOMPAS.com tanpa pemberitahuan.
  4. Hak & Batasan
    • Apresiasi Spesial tidak dapat dianggap sebagai langganan, iklan, investasi, atau kontrak kerja sama komersial.
    • Kontribusi yang sudah dilakukan tidak dapat dikembalikan (non-refundable).
    • KOMPAS.com berhak menutup atau menonaktifkan fitur ini sewaktu-waktu tanpa pemberitahuan sebelumnya.
  5. Privasi & Data
    • Data pribadi kontributor akan diperlakukan sesuai dengan kebijakan privasi KOMPAS.com.
    • Informasi pembayaran diproses oleh penyedia layanan pihak ketiga sesuai dengan standar keamanan yang berlaku.
  6. Pernyataan
    • Dengan menggunakan Apresiasi Spesial, pembaca dianggap telah membaca, memahami, dan menyetujui syarat & ketentuan ini.
  7. Batasan tanggung jawab
    • KOMPAS.com tidak bertanggung jawab atas kerugian langsung maupun tidak langsung yang timbul akibat penggunaan fitur ini.
    • Kontribusi tidak menciptakan hubungan kerja, kemitraan maupun kewajiban kontraktual lain antara Kontributor dan KOMPAS.com
Gagal mengirimkan Apresiasi Spesial
Transaksimu belum berhasil. Coba kembali beberapa saat lagi.
Kamu telah berhasil mengirimkan Apresiasi Spesial
Terima kasih telah menjadi bagian dari Jurnalisme KOMPAS.com
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau