Pentingnya Mengatur Jarak Kehamilan demi Kesehatan Ibu dan Anak

Kompas.com - 27 Mei 2021, 15:27 WIB
Yogarta Awawa Prabaning Arka,
Sri Noviyanti

Tim Redaksi

KOMPAS.com - Tak sedikit dari pasangan yang baru memiliki anak pertama berkeinginan untuk memiliki anak kedua. Sebenarnya, sah-sah saja untuk merencanakan program anak kedua. Hanya saja, kebanyakan orang punya keinginan tanpa memiliki perencanaan yang matang.

Padahal, mengatur jarak kelahiran anak penting dilakukan karena berdampak langsung bagi ibu dan si kecil. Idealnya, jarak kehamilan anak kedua tidak terlalu dekat ataupun terlalu jauh dengan anak pertama.

Perlu diketahui, ibu yang hamil terlalu cepat pasca melahirkan, yakni kurang dari setahun, berpotensi mengalami berbagai risiko kesehatan, mulai dari melahirkan bayi prematur, rendahnya berat badan bayi yang lahir, sampai kematian ibu.

Supaya lebih jelas, Sobat Generasi Bersih dan Sehat (Genbest) bisa mengetahui pentingngnya menjaga jarak kehamilan di bawah ini.

Menjaga kesehatan ibu

Badan Kesehatan Dunia (WHO) menyarankan ibu yang telah melahirkan dengan pervaginal atau normal untuk memberikan jarak minimal 24 bulan atau dua tahun sampai tiga tahun sebelum kehamilan berikutnya.

Selain persiapan rahim, rentang waktu tersebut bisa dimanfaatkan ibu untuk menyusui bayi selama dua tahun.

Ibu yang melahirkan kurang dari rentang waktu tersebut berisiko mengalami plasenta abrupsi. Plasenta abrupsi merupakan kondisi terlepasnya plasenta dari rahim sebelum janin dilahirkan.

Kondisi itu dapat menyebabkan kematian janin karena plasenta menyediakan makanan bagi janin di dalam rahim.

Baca juga: Hal-Hal yang Harus Diperhatikan Ibu Menyusui Saat Hamil Lagi

Risiko lainnya, yaitu menurunnya plasenta sehingga menutupi sebagian atau seluruh serviks, yang dalam istilah medisnya disebut plasenta previa. Kondisi tersebut bisa berbahaya bila ibu mengalami pendarahan pada usia kehamilan tua.

Setelah melahirkan, ibu juga perlu waktu untuk menyiapkan kondisi psikologis. Terlebih, bagi mereka yang mengalami trauma pasca melahirkan karena rasa sakit saat melahirkan atau saat dijahit.

Dengan mempertimbangkan hal tersebut, ibu perlu merencanakan kehamilan supaya tidak merasa stres. Ibu juga bisa fokus untuk mengasuh anak dengan tenang tanpa gangguan.

Bayangkan, betapa repotnya seorang ibu bila anak pertama masih di bawah dua tahun, kemudian ibu hamil kembali. Selain harus mendampingi tumbuh kembang anak, ibu juga harus mempersiapkan kelahiran anak kedua. Kondisi tersebut dapat membuat ibu mudah lelah dan rentan stres.

Menjaga kesehatan anak

Memberikan jarak kelahiran yang cukup antara anak pertama dan kedua terbukti mampu mencegah terjadinya stunting. Pasalnya, ibu bisa memberikan nutrisi air susu ibu (ASI) ekslusif yang merupakan nutrisi terbaik kepada anaknya hingga dua tahun.

ASI eksklusif dapat mencukupi kebutuhan zat gizi mikro maupun makro pada bayi. Banyak penelitian yang menyebut bila ASI juga dapat meningkatkan fungsi kognitif anak dan membuat kekebalan tubuh anak lebih kuat.

Baca juga: Ini yang Terjadi pada Janin, Bila Ibu Hamil Stres

Sementara itu, jarak kehamilan yang dekat tidak memberikan kesempatan ibu untuk memberikan ASI eksklusif pada bayinya. Padahal, ASI eksklusif adalah makanan paling baik untuk bayi yang baru lahir.

Halaman:

Artikel ini merupakan bagian dari Lestari KG Media, sebuah inisiatif untuk akselerasi Tujuan Pembangunan Berkelanjutan. Selengkapnya

A member of
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Apresiasi Spesial
Kirimkan Apresiasi Spesial untuk mendukung Jurnalisme KOMPAS.com
Kolom ini tidak boleh kosong.
Dengan mengirimkan pesan apresiasi kamu menyetujui ketentuan pengguna KOMPAS.com. Pelajari lebih lanjut.
Apresiasi Spesial
Syarat dan ketentuan
  1. Definisi
    • Apresiasi Spesial adalah fitur dukungan dari pembaca kepada KOMPAS.com dalam bentuk kontribusi finansial melalui platform resmi kami.
    • Kontribusi ini bersifat sukarela dan tidak memberikan hak kepemilikan atau kendali atas konten maupun kebijakan redaksi.
  2. Penggunaan kontribusi
    • Seluruh kontribusi akan digunakan untuk mendukung keberlangsungan layanan, pengembangan konten, dan operasional redaksi.
    • KOMPAS.com tidak berkewajiban memberikan laporan penggunaan dana secara individual kepada setiap kontributor.
  3. Pesan & Komentar
    • Pembaca dapat menyertakan pesan singkat bersama kontribusi.
    • Pesan dalam kolom komentar akan melewati kurasi tim KOMPAS.com
    • Pesan yang bersifat ofensif, diskriminatif, mengandung ujaran kebencian, atau melanggar hukum dapat dihapus oleh KOMPAS.com tanpa pemberitahuan.
  4. Hak & Batasan
    • Apresiasi Spesial tidak dapat dianggap sebagai langganan, iklan, investasi, atau kontrak kerja sama komersial.
    • Kontribusi yang sudah dilakukan tidak dapat dikembalikan (non-refundable).
    • KOMPAS.com berhak menutup atau menonaktifkan fitur ini sewaktu-waktu tanpa pemberitahuan sebelumnya.
  5. Privasi & Data
    • Data pribadi kontributor akan diperlakukan sesuai dengan kebijakan privasi KOMPAS.com.
    • Informasi pembayaran diproses oleh penyedia layanan pihak ketiga sesuai dengan standar keamanan yang berlaku.
  6. Pernyataan
    • Dengan menggunakan Apresiasi Spesial, pembaca dianggap telah membaca, memahami, dan menyetujui syarat & ketentuan ini.
  7. Batasan tanggung jawab
    • KOMPAS.com tidak bertanggung jawab atas kerugian langsung maupun tidak langsung yang timbul akibat penggunaan fitur ini.
    • Kontribusi tidak menciptakan hubungan kerja, kemitraan maupun kewajiban kontraktual lain antara Kontributor dan KOMPAS.com
Gagal mengirimkan Apresiasi Spesial
Transaksimu belum berhasil. Coba kembali beberapa saat lagi.
Kamu telah berhasil mengirimkan Apresiasi Spesial
Terima kasih telah menjadi bagian dari Jurnalisme KOMPAS.com
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau