Cegah Stunting, Ini Manfaat Baik dari Kebiasaan Mencuci Tangan Pakai Sabun

Kompas.com - 19 Oktober 2021, 14:17 WIB
Imalay Naomi Lasono,
Sri Noviyanti

Tim Redaksi

KOMPAS.com – Permasalahan stunting di Indonesia masih menjadi pekerjaan besar bagi seluruh dunia. Pasalnya, stunting dapat mengakibatkan gangguan pertumbuhan pada anak, mulai dari tinggi badan lebih pendek atau kerdil, kecerdasan intelektual, hingga metabolisme tubuh.

Berdasarkan analisis yang dilakukan oleh World Bank, Badan Perserikatan Bangsa-Bangsa untuk Anak-Anak (UNICEF), dan Organisasi Kesehatan Dunia (WHO), negara-negara miskin dan berkembang memiliki angka kejadian stunting yang cukup besar. Indonesia menjadi salah satunya.

Sebagai informasi, berdasarkan data Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional (BKKBN) pada 2019, jumlah kasus stunting di Indonesia mencapai 27,67 persen. Menurut World Bank pada 2020, kasus ini menunjukkan prevalensi stunting di Indonesia berada di urutan ke-115 dari 151 negara di dunia.

Banyaknya kasus stunting bisa disebabkan beberapa hal, di antaranya pola makan yang tidak sehat, pola asuh yang kurang baik, hingga kebersihan lingkungan yang tidak terjaga.

Baca juga: Ini Akibatnya Kalau Malas Cuci Tangan Pakai Sabun

Berbagai penyebab itu menunjukkan bahwa stunting dapat dicegah dengan menerapkan kebiasaan sekaligus pola hidup yang sehat, seperti mencuci tangan dengan sabun di air mengalir. Hal ini dapat menjadi salah satu tindakan preventif untuk menjaga sanitasi yang baik.

Berdasarkan imbauan yang dikeluarkan oleh Kementerian Kesehatan (Kemenkes), ada waktu-waktu tertentu yang mengharuskan cuci tangan pakai sabun dengan air mengalir. Beberapa di antaranya, sebelum dan sesudah makan, sebelum menyuapi si kecil, sebelum menyusui bayi, sesudah buang air, dan setelah bersin atau batuk.

Masyarakat juga diimbau untuk mencuci tangan setelah menyentuh barang-barang di tempat umum.

Selain mencegah stunting, mencuci tangan dengan sabun juga dapat menghindari berbagai masalah kesehatan yang kerap menyerang anak-anak.

1. Diare

Usia kanak-kanak tergolong rentan terjangkit diare. Diare merupakan salah satu penyakit yang diakibatkan oleh kurangnya menjaga kebersihan, seperti tidak mencuci tangan sebelum makan.

Baca juga: Cuci Tangan Pakai Sabun Vs. Hand Sanitizer, Mana yang Lebih Efektif Bunuh Kuman?

Akibatnya, berbagai bakteri di tangan dapat ikut masuk ke dalam tubuh bersama makanan yang dikonsumsi. Diare akut yang menyerang anak-anak juga dapat mengakibatkan stunting.

2. Keracunan makanan

Tangan yang kotor dipenuhi kuman, bakteri, dan virus dapat mengontaminasi makanan yang dikonsumsi. Misal saja, kuman menempel pada makanan-makanan bernutrisi, seperti sayur, buah, dan daging.

Akibatnya, semua makanan yang seharusnya memberikan nutrisi pada tubuh akan sia-sia, dan akan menyerang balik pengonsumsi dengan diare atau muntah.

3. Mudah terkena pilek

Masalah kesehatan lain yang cukup sering dijumpai akibat malas cuci tangan pakai sabun adalah pilek. Tangan menjadi salah satu sumber utama penularan kuman, virus, dan bakteri.

Baca juga: Begini 6 Langkah Cuci Tangan Pakai Sabun yang Benar

Kebiasaan malas mencuci tangan akan memberikan kesempatan virus dan bakteri untuk saling berpindah sehingga memicu pilek.

Untuk itu, mencuci tangan dapat menghindari masyarakat dari penularan virus yang tak kasat masa. Seperti dikutip dari DetikHealth, cuci tangan dapat menurunkan risiko pilek hingga 21 persen.

Halaman:

Artikel ini merupakan bagian dari Lestari KG Media, sebuah inisiatif untuk akselerasi Tujuan Pembangunan Berkelanjutan. Selengkapnya

A member of
Baca tentang
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Apresiasi Spesial
Kirimkan Apresiasi Spesial untuk mendukung Jurnalisme KOMPAS.com
Kolom ini tidak boleh kosong.
Dengan mengirimkan pesan apresiasi kamu menyetujui ketentuan pengguna KOMPAS.com. Pelajari lebih lanjut.
Apresiasi Spesial
Syarat dan ketentuan
  1. Definisi
    • Apresiasi Spesial adalah fitur dukungan dari pembaca kepada KOMPAS.com dalam bentuk kontribusi finansial melalui platform resmi kami.
    • Kontribusi ini bersifat sukarela dan tidak memberikan hak kepemilikan atau kendali atas konten maupun kebijakan redaksi.
  2. Penggunaan kontribusi
    • Seluruh kontribusi akan digunakan untuk mendukung keberlangsungan layanan, pengembangan konten, dan operasional redaksi.
    • KOMPAS.com tidak berkewajiban memberikan laporan penggunaan dana secara individual kepada setiap kontributor.
  3. Pesan & Komentar
    • Pembaca dapat menyertakan pesan singkat bersama kontribusi.
    • Pesan dalam kolom komentar akan melewati kurasi tim KOMPAS.com
    • Pesan yang bersifat ofensif, diskriminatif, mengandung ujaran kebencian, atau melanggar hukum dapat dihapus oleh KOMPAS.com tanpa pemberitahuan.
  4. Hak & Batasan
    • Apresiasi Spesial tidak dapat dianggap sebagai langganan, iklan, investasi, atau kontrak kerja sama komersial.
    • Kontribusi yang sudah dilakukan tidak dapat dikembalikan (non-refundable).
    • KOMPAS.com berhak menutup atau menonaktifkan fitur ini sewaktu-waktu tanpa pemberitahuan sebelumnya.
  5. Privasi & Data
    • Data pribadi kontributor akan diperlakukan sesuai dengan kebijakan privasi KOMPAS.com.
    • Informasi pembayaran diproses oleh penyedia layanan pihak ketiga sesuai dengan standar keamanan yang berlaku.
  6. Pernyataan
    • Dengan menggunakan Apresiasi Spesial, pembaca dianggap telah membaca, memahami, dan menyetujui syarat & ketentuan ini.
  7. Batasan tanggung jawab
    • KOMPAS.com tidak bertanggung jawab atas kerugian langsung maupun tidak langsung yang timbul akibat penggunaan fitur ini.
    • Kontribusi tidak menciptakan hubungan kerja, kemitraan maupun kewajiban kontraktual lain antara Kontributor dan KOMPAS.com
Gagal mengirimkan Apresiasi Spesial
Transaksimu belum berhasil. Coba kembali beberapa saat lagi.
Kamu telah berhasil mengirimkan Apresiasi Spesial
Terima kasih telah menjadi bagian dari Jurnalisme KOMPAS.com
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau