Pada ibu hamil, anemia bisa mengganggu pasokan nutrisi ke janin. Akibatnya, bayi yang lahir berisiko mengalami berat badan lahir rendah, bahkan stunting. Secara tidak langsung, kondisi tersebut dapat meningkatkan risiko kematian pada bayi.
Anak yang dilahirkan pun berpotensi mengalami kekurangan gizi, mudah terkena penyakit berbahaya saat dewasa, serta penurunan fungsi otak dan kemampuan anak dalam berinteraksi.
Anemia yang tidak diobati dapat menyebabkan gangguan kesehatan lain yang lebih serius, seperti detak jantung tidak teratur (aritmia), pembesaran jantung atau gagal jantung, paparan infeksi, serta depresi.
Bahkan, pada kasus anemia yang disebabkan kekurangan zat besi, penderita berpotensi mengalami pica disorder. Kondisi ini membuat penderita menyukai makanan yang tak lazim, misalnya kapur.
(Baca juga: Kelompok Anak yang Rentan Anemia Defisiensi Besi)
Sebagai langkah pencegahan risiko anemia sekaligus menciptakan Generasi Bersih dan Sehat (Genbest), para remaja putri diimbau untuk mengecek kesehatan dengan menghitung jumlah darah ketika memasuki usia 13 tahun dan setiap lima tahun setelahnya.
Dengan screening secara rutin, anemia bisa segera ditangani. Konsultasikan dengan dokter untuk mengetahui jenis anemia yang diderita dan pengobatan yang tepat.
Pengobatan anemia biasanya membutuhkan waktu 1 sampai 2 bulan. Namun, pada kasus serius, penderita anemia membutuhkan perawatan yang lebih intensif.
Saat ini, Genbest bisa mencari informasi seputar kesehatan keluarga, termasuk remaja putri, bayi, dan ibu hamil, serta pencegahan stunting melalui laman https://genbest.id/.
Mari berkontribusi langsung dalam upaya mencegah dan mengatasi masalah STUNTING di Indonesia. Ikut berdonasi dengan klik Kompas.com Jernih Berbagi.
Artikel ini merupakan bagian dari Lestari KG Media, sebuah inisiatif untuk akselerasi Tujuan Pembangunan Berkelanjutan. Selengkapnya