Ini 7 Tanda Pasangan Sudah Siap Menikah

Kompas.com - 27 Mei 2022, 17:07 WIB
Siti Sahana Aqesya,
HTRMN

Tim Redaksi

KOMPAS.com – Melanjutkan hubungan ke jenjang pernikahan merupakan hal yang harus dipikirkan secara matang. Sebab, menikah merupakan salah satu komitmen besar dalam hidup.

Berbeda dengan pacaran, menikah akan diikuti dengan banyak tanggung jawab. Akan banyak pula lika-liku yang akan dihadapi oleh pasangan. Oleh karena itu, pasangan Generasi Bersih dan Sehat (GenBest) harus memiliki kesiapan agar tidak terjadi masalah ke depannya.

Pasangan yang siap menikah dapat ditandai dengan memenuhi sejumlah aspek. Aspek tersebut meliputi kesiapan fisik, mental, dan kecukupan usia.

Apakah GenBest dan pasangan sudah siap menikah? Simak uraian tujuh tanda pasangan siap menikah berikut.

Baca juga: Tanda GenBest dan Pasangan Siap Menikah

Usia ideal

Menurut Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional (BKKBN), usia ideal menikah di Indonesia adalah minimal 21 tahun untuk perempuan dan 25 tahun untuk laki-laki.

Usia ideal tersebut merupakan aspek penting yang harus dipenuhi pasangan sebelum menikah. Sebab, pada usia ini, baik perempuan maupun laki-laki umumnya sudah matang.

Selain itu, menikah di usia ideal, juga berpengaruh besar dalam meminimalisasi risiko stunting pada bayi akibat pernikahan usia remaja.

Baca juga: Mengapa Hamil di Usia Remaja Sangat Berisiko

Tujuan menikah baik

Apa tujuan menikah GenBest dan pasangan? Kalau hanya karena gengsi dan ejekan orang-orang, lebih baik tunda hal tersebut. Sebab, menikah tidak bisa menuntaskan rasa gengsi.

Menikah merupakan komitmen besar seumur hidup yang harus dijalani bersama pasangan. Jadi, butuh niat baik dan kesiapan yang cukup sebelum memutuskan untuk menikah.

Punya perencanaan yang matang

Menikah tidak terbatas pada pesta semalam saja. Setelah seluruh rangkaian perayaan, ada realita kehidupan rumah tangga yang harus dihadapi.

Oleh karena itu, sebelum memutuskan untuk menikah, pasangan harus sudah memiliki rencana yang matang untuk hidup bersama ke depannya. Rencana tersebut bisa meliputi hal-hal seperti tempat tinggal hingga momongan.

Baca juga: Pernikahan Dini sebagai Penyebab Stunting

Bisa mengatasi konflik secara sehat

Kehidupan pernikahan tidak akan selalu mulus. Terkadang, ada bumbu-bumbu pertengkaran di dalamnya. Hal ini merupakan sesuatu yang normal terjadi.Oleh karena itu, pasangan harus bijak dalam mengatasi konflik.

Apabila ketika pacaran pasangan tidak dapat menyelesaikan konflik secara sehat, lebih baik jangan dulu menikah.

Mengatasi konflik antarpasangan membutuhkan pikiran yang sehat serta komunikasi yang baik. Pasangan juga harus menghormati satu sama lain.

Jadilah pendengar yang baik sekaligus pemikir yang baik. Pertimbangkan juga sudut pandang pasangan agar saling dapat mencari jalan keluar bersama-sama.

Halaman:

Artikel ini merupakan bagian dari Lestari KG Media, sebuah inisiatif untuk akselerasi Tujuan Pembangunan Berkelanjutan. Selengkapnya

A member of
Baca tentang
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Apresiasi Spesial
Kirimkan Apresiasi Spesial untuk mendukung Jurnalisme KOMPAS.com
Kolom ini tidak boleh kosong.
Dengan mengirimkan pesan apresiasi kamu menyetujui ketentuan pengguna KOMPAS.com. Pelajari lebih lanjut.
Apresiasi Spesial
Syarat dan ketentuan
  1. Definisi
    • Apresiasi Spesial adalah fitur dukungan dari pembaca kepada KOMPAS.com dalam bentuk kontribusi finansial melalui platform resmi kami.
    • Kontribusi ini bersifat sukarela dan tidak memberikan hak kepemilikan atau kendali atas konten maupun kebijakan redaksi.
  2. Penggunaan kontribusi
    • Seluruh kontribusi akan digunakan untuk mendukung keberlangsungan layanan, pengembangan konten, dan operasional redaksi.
    • KOMPAS.com tidak berkewajiban memberikan laporan penggunaan dana secara individual kepada setiap kontributor.
  3. Pesan & Komentar
    • Pembaca dapat menyertakan pesan singkat bersama kontribusi.
    • Pesan dalam kolom komentar akan melewati kurasi tim KOMPAS.com
    • Pesan yang bersifat ofensif, diskriminatif, mengandung ujaran kebencian, atau melanggar hukum dapat dihapus oleh KOMPAS.com tanpa pemberitahuan.
  4. Hak & Batasan
    • Apresiasi Spesial tidak dapat dianggap sebagai langganan, iklan, investasi, atau kontrak kerja sama komersial.
    • Kontribusi yang sudah dilakukan tidak dapat dikembalikan (non-refundable).
    • KOMPAS.com berhak menutup atau menonaktifkan fitur ini sewaktu-waktu tanpa pemberitahuan sebelumnya.
  5. Privasi & Data
    • Data pribadi kontributor akan diperlakukan sesuai dengan kebijakan privasi KOMPAS.com.
    • Informasi pembayaran diproses oleh penyedia layanan pihak ketiga sesuai dengan standar keamanan yang berlaku.
  6. Pernyataan
    • Dengan menggunakan Apresiasi Spesial, pembaca dianggap telah membaca, memahami, dan menyetujui syarat & ketentuan ini.
  7. Batasan tanggung jawab
    • KOMPAS.com tidak bertanggung jawab atas kerugian langsung maupun tidak langsung yang timbul akibat penggunaan fitur ini.
    • Kontribusi tidak menciptakan hubungan kerja, kemitraan maupun kewajiban kontraktual lain antara Kontributor dan KOMPAS.com
Gagal mengirimkan Apresiasi Spesial
Transaksimu belum berhasil. Coba kembali beberapa saat lagi.
Kamu telah berhasil mengirimkan Apresiasi Spesial
Terima kasih telah menjadi bagian dari Jurnalisme KOMPAS.com
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau