Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Kisah Kongo: Menambang Kobalt untuk Cuan dan Dunia, Musnahkan Rumah Sendiri

Kompas.com, 10 Juni 2025, 09:03 WIB
Monika Novena,
Yunanto Wiji Utomo

Tim Redaksi

Sumber Earth.Org

KOMPAS.com-Kobalt bukan hanya sekedar bahan tetapi merupakan bagian penting untuk banyak teknologi modern, khususnya dalam baterai lithium-ion, yang digunakan mulai dari smartphone hingga baterai mobil listrik.

Kobalt meningkatkan stabilitas termal baterai, mencegahnya dari panas berlebih dan potensi kebakaran, serta memperpanjang umur pakainya. Ini sangat krusial untuk keamanan dan kinerja perangkat elektronik dan kendaraan listrik.

Dan beberapa puluh tahun terakhir, permintaan kobalt meningkat sangat pesat. Ini didorong oleh revolusi teknologi, terutama pertumbuhan pesat pasar smartphone dan, belakangan ini, booming kendaraan listrik dan energi terbarukan.

Namun pertumbuhan pesat tersebut ternyata menyimpan sisi gelap produksi kobalt.

Republik Demokratik Kongo (DRC) adalah negara dengan cadangan kobalt terbesar di dunia, menguasai lebih dari 50 persen cadangan global dan menyumbang sekitar 70-80 persen produksi kobalt dunia.

Kendati demikian Kongo justru menghadapi konsekuensi berat dari penambangannya sementara dunia Barat menikmati teknologi yang ditenagai kobalt.

Baca juga: Indonesia Alami Krisis Lingkungan, Bagaimana Harus Kampanye ke Gen Z?

Melansir Earth.org, seiring elektrifikasi sistem energi global yang semakin pesat dari tahun ke tahun, permintaan kobalt mengalami pertumbuhan yang belum pernah terjadi sebelumnya.

Pada tahun 2021, pasar tumbuh sebesar 22 persen dan diperkirakan akan naik sebesar 13 persen per tahun setidaknya selama lima tahun ke depan.

Karena itu, tambang baik yang legal maupun ilegal telah muncul di seluruh negeri, dan mengancam hutan hujan tropis yang masih asli.

Karena ukurannya yang sangat luas dan keanekaragaman hayatinya yang kaya, para ahli ilmiah menyebut Hutan Cekungan Kongo sangat penting dalam upaya mitigasi perubahan iklim.

Peran krusial Hutan Cekungan Kongo adalah sebagai penyerap karbon dari atmosfer sehingga mengurangi jumlah gas rumah kaca di udara.

Sebagai informasi, dunia memiliki tiga hutan hujan tropis terbesar yang tersisa aitu Hutan Amazon, Hutan Hujan Asia Tenggara, dan Hutan Cekungan Kongo.

Sulit untuk mengetahui secara pasti seberapa luas area Hutan Cekungan Kongo yang telah gundul karena tambang kobalt.

Meskipun sulit mengukur angka pastinya, ada perkiraan bahwa jutaan pohon telah ditebang habis oleh perusahaan pertambangan raksasa.

Citra satelit, yang memberikan gambaran dari atas, menunjukkan bahwa area-area yang dulunya merupakan hutan yang kaya keanekaragaman hayati kini telah menjadi tanah tandus atau gurun kosong.

Halaman:

Artikel ini merupakan bagian dari Lestari KG Media, sebuah inisiatif untuk akselerasi Tujuan Pembangunan Berkelanjutan. Selengkapnya

A member of


Terkini Lainnya
Kemenhut: Perambahan Ilegal Habitat Gajah di TN Kerinci Seblat Capai 4 Ha
Kemenhut: Perambahan Ilegal Habitat Gajah di TN Kerinci Seblat Capai 4 Ha
Pemerintah
Menyelamatkan Burung Laut, Menyelamatkan Lautan
Menyelamatkan Burung Laut, Menyelamatkan Lautan
LSM/Figur
Kota Global Butuh 105 Miliar Dollar AS untuk Pendanaan Proyek Iklim
Kota Global Butuh 105 Miliar Dollar AS untuk Pendanaan Proyek Iklim
Pemerintah
Target Berbasis Sains Tingkatkan Hubungan Korporasi dengan Investor Secara Signifikan
Target Berbasis Sains Tingkatkan Hubungan Korporasi dengan Investor Secara Signifikan
Pemerintah
Trend Asia: Indonesia Bermuka Dua soal Iklim, Janji Manis ke Dunia, Ingkari Warganya
Trend Asia: Indonesia Bermuka Dua soal Iklim, Janji Manis ke Dunia, Ingkari Warganya
LSM/Figur
Lembaga Ini Sebut Pengoperasian 20 PLTU di Indonesia Sebabkan 156.000 Kematian Dini
Lembaga Ini Sebut Pengoperasian 20 PLTU di Indonesia Sebabkan 156.000 Kematian Dini
LSM/Figur
Kapasitas Listrik dari Pembangkit Tenaga Angin Lepas Pantai Naik 3 Kali Lipat pada 2030
Kapasitas Listrik dari Pembangkit Tenaga Angin Lepas Pantai Naik 3 Kali Lipat pada 2030
LSM/Figur
Algoritma Medsos Semakin Tentukan Isu Publik yang Dianggap Penting
Algoritma Medsos Semakin Tentukan Isu Publik yang Dianggap Penting
LSM/Figur
Bersihkan Kawasan Mandalika, ITDC Tangani 7,2 Ton Sampah Kiriman di Pantai Tanjung Aan
Bersihkan Kawasan Mandalika, ITDC Tangani 7,2 Ton Sampah Kiriman di Pantai Tanjung Aan
BUMN
Polusi Udara dari Bahan Bakar Fosil Sebabkan 2,52 Juta Kematian
Polusi Udara dari Bahan Bakar Fosil Sebabkan 2,52 Juta Kematian
LSM/Figur
Ini Hitungan Kerugian Ekonomi yang Terjadi di Indonesia akibat Krisis Iklim
Ini Hitungan Kerugian Ekonomi yang Terjadi di Indonesia akibat Krisis Iklim
Pemerintah
Bukan dari Aspirasi Petani, Kebijakan Pertanian Sulit Kontribusi Pertumbuhan Ekonomi 8 Persen
Bukan dari Aspirasi Petani, Kebijakan Pertanian Sulit Kontribusi Pertumbuhan Ekonomi 8 Persen
LSM/Figur
BMKG Perkirakan Hujan Lebat Disertai Petir Bakal Landa Sejumlah Wilayah
BMKG Perkirakan Hujan Lebat Disertai Petir Bakal Landa Sejumlah Wilayah
Pemerintah
Incar Ekonomi Tumbuh 8 Persen, RI Perlu Andalkan Peternakan dan Perikanan
Incar Ekonomi Tumbuh 8 Persen, RI Perlu Andalkan Peternakan dan Perikanan
Pemerintah
Perubahan Iklim Bisa Ganggu Kualitas Tidur, Kok Bisa?
Perubahan Iklim Bisa Ganggu Kualitas Tidur, Kok Bisa?
Pemerintah
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Unduh Kompas.com App untuk berita terkini, akurat, dan tepercaya setiap saat
QR Code Kompas.com
Arahkan kamera ke kode QR ini untuk download app
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar di Artikel Lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau