Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Ulang Tahun Jakarta, Harapan Anak Muda untuk Kota Ramah Kaki, Hati, dan Paru

Kompas.com, 21 Juni 2025, 13:04 WIB
Eriana Widya Astuti,
Yunanto Wiji Utomo

Tim Redaksi

Menjelang ulang tahun Jakarta, ia berharap kota ini bisa menjadi tempat yang membuat orang betah berjalan kaki atau naik sepeda—dengan trotoar lebar, pepohonan rindang, udara bersih, dan bebas asap rokok.

“Dengan kerja sama antara pemerintah dan masyarakat, Jakarta bisa jadi kota modern tapi tetap hijau. Jadi orang bisa kerja keras tapi tetap waras karena lingkungannya suportif.”

Senada, Lail (25), warga Jakarta Selatan lainnya, menilai Jakarta sangat bisa menjadi kota yang ramah kaki, hati, dan paru, asalkan infrastrukturnya inklusif untuk semua kalangan.

Baca juga: Polusi Udara Paris Turun 50 Persen Usai Prioritaskan Penggunaan Sepeda

“Aku suka jogging dan jalan santai. Aku cukup prihatin dengan kondisi trotoar, terutama di pemukiman yang bukan daerah perkantoran. Untuk sekadar jalan santai biasa pun gak memadai, tidak semua orang punya waktu dan akses ke GBK” ujarnya.

Ia juga menyoroti polusi yang jadi masalah menahun. Meski menyadari keterbatasannya dalam membantu mengatasi masalah polusi Lail tetap berupaya.

“Aku sering mengajak orang-orang sekitar untuk lebih sering jalan kaki dan naik transportasi umum,” katanya.

Baginya, perubahan kecil bisa memberi efek domino positif. Jika semakin banyak orang berjalan kaki atau menggunakan transportasi umum, maka pemerintah akan terdorong untuk memperbaiki fasilitasnya. Dampaknya bisa sampai ke penurunan jumlah kendaraan bermotor, polusi, dan berujung pada kesehatan fisik yang lebih baik.

“Ini nyambung ke masalah mental. Kalau fisik sehat, umumnya mental juga akan sehat. Apalagi Jakarta sudah cukup punya kawasan buat pereda stres. Tapi kalau penyebab stresnya justru macet, polusi, ya nggak sehat juga buat mental,” jelasnya.

Karena itu, menurut Lail, pemerintah perlu lebih serius memperhatikan sarana dan prasarana pendukung agar Jakarta benar-benar menjadi kota yang ramah kaki, hati, dan paru.

Dari sisi utara kota, Yusuf (25) atau akrab disapa Ucup, warga Jakarta Utara, juga menilai mewujudkan Jakarta yang lebih hijau dan menyehatkan hanya bisa dicapai lewat kolaborasi antara pemerintah, komunitas, dan warganya.

“Sebenarnya sudah dilakukan dan sudah mulai kelihatan perbaikan infrastruktur yang membuat Jakarta lebih hijau, lebih sehat. Beberapa hasilnya sudah kelihatan, kayak adanya ruang terbuka kayak GBK misalnya. Tapi untuk bisa lebih bisa dirasakan semua pihak, semua kalangan, emang masih PR,” ujar Ucup.

Ia sendiri aktif memanfaatkan ruang publik: rutin olahraga di taman, Car Free Day, dan ikut komunitas lari. “Semakin banyak orang yang pakai ruang publik buat aktivitas positif, makin kelihatan ke pemerintah kalau ini penting dan harus ditambahin fasilitasnya,” ujarnya.

Ia juga berharap pemerintah menambah ruang terbuka hijau dan mengadakan lebih banyak event olahraga gratis untuk mendorong gaya hidup sehat. “Pemerintah perlu hadir lebih dekat, gak cuma bangun proyek besar, tapi juga bikin warganya ngerasa dimudahin buat hidup lebih sehat dan aktif,” tambahnya.

Baca juga: Tiga Bulan Terakhir, Kualitas Udara Jabodetabek Masuk Kategori Tidak Sehat

Terakhir, Rifki (24), warga Jakarta Barat, berharap Jakarta menjadi kota yang mengedepankan kualitas hidup dan kualitas lingkungan.

“Bukan hanya sekadar fokus pada pertumbuhan ekonomi yang mengorbankan kualitas lingkungan. Tapi tentunya semua butuh dukungan dari semua pihak, tidak bisa hanya satu sektor yang berjalan sendiri,” ujar Rifki.

Jakarta yang ramah kaki, ramah hati, dan ramah paru mungkin tidak bisa hadir sekejap. Tapi dari upaya warga yang konsisten, dan keberpihakan kebijakan yang nyata, arah perubahan bisa dijaga sehingga Jakarta ramah kaki, ramah hati dan ramah paru bisa terwujud.

Mari berkontribusi langsung dalam upaya mencegah dan mengatasi masalah STUNTING di Indonesia. Ikut berdonasi dengan klik Kompas.com Jernih Berbagi.

Halaman:

Artikel ini merupakan bagian dari Lestari KG Media, sebuah inisiatif untuk akselerasi Tujuan Pembangunan Berkelanjutan. Selengkapnya

A member of


Terkini Lainnya
Tren Global Rendah Emisi, Indonesia Bisa Kalah Saing Jika Tak Segera Pensiunkan PLTU
Tren Global Rendah Emisi, Indonesia Bisa Kalah Saing Jika Tak Segera Pensiunkan PLTU
LSM/Figur
JSI Hadirkan Ruang Publik Hijau untuk Kampanye Anti Kekerasan Berbasis Gender
JSI Hadirkan Ruang Publik Hijau untuk Kampanye Anti Kekerasan Berbasis Gender
Swasta
Dampak Panas Ekstrem di Tempat Kerja, Tak Hanya Bikin Produktivitas Turun
Dampak Panas Ekstrem di Tempat Kerja, Tak Hanya Bikin Produktivitas Turun
Pemerintah
BMW Tetapkan Target Iklim Baru untuk 2035
BMW Tetapkan Target Iklim Baru untuk 2035
Pemerintah
Lebih dari Sekadar Musikal, Jemari Hidupkan Harapan Baru bagi Komunitas Tuli pada Hari Disabilitas Internasional
Lebih dari Sekadar Musikal, Jemari Hidupkan Harapan Baru bagi Komunitas Tuli pada Hari Disabilitas Internasional
LSM/Figur
Material Berkelanjutan Bakal Diterapkan di Hunian Bersubsidi
Material Berkelanjutan Bakal Diterapkan di Hunian Bersubsidi
Pemerintah
Banjir Sumatera: Alarm Keras Tata Ruang yang Diabaikan
Banjir Sumatera: Alarm Keras Tata Ruang yang Diabaikan
Pemerintah
Banjir Sumatera, Penyelidikan Hulu DAS Tapanuli Soroti 12 Subyek Hukum
Banjir Sumatera, Penyelidikan Hulu DAS Tapanuli Soroti 12 Subyek Hukum
Pemerintah
Banjir Sumatera, KLH Setop Operasional 3 Perusahaan untuk Sementara
Banjir Sumatera, KLH Setop Operasional 3 Perusahaan untuk Sementara
Pemerintah
Berkomitmen Sejahterakan Umat, BSI Maslahat Raih 2 Penghargaan Zakat Award 2025
Berkomitmen Sejahterakan Umat, BSI Maslahat Raih 2 Penghargaan Zakat Award 2025
BUMN
Veronica Tan Bongkar Penyebab Pekerja Migran Masih Rentan TPPO
Veronica Tan Bongkar Penyebab Pekerja Migran Masih Rentan TPPO
Pemerintah
Mengapa Sumatera Barat Terdampak Siklon Tropis Senyar Meski Jauh? Ini Penjelasan Pakar
Mengapa Sumatera Barat Terdampak Siklon Tropis Senyar Meski Jauh? Ini Penjelasan Pakar
LSM/Figur
Ambisi Indonesia Punya Geopark Terbanyak di Dunia, Bisa Cegah Banjir Terulang
Ambisi Indonesia Punya Geopark Terbanyak di Dunia, Bisa Cegah Banjir Terulang
Pemerintah
Saat Hutan Hilang, SDGs Tak Lagi Relevan
Saat Hutan Hilang, SDGs Tak Lagi Relevan
Pemerintah
Ekspansi Sawit Picu Banjir Sumatera, Mandatori B50 Perlu Dikaji Ulang
Ekspansi Sawit Picu Banjir Sumatera, Mandatori B50 Perlu Dikaji Ulang
LSM/Figur
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Unduh Kompas.com App untuk berita terkini, akurat, dan tepercaya setiap saat
QR Code Kompas.com
Arahkan kamera ke kode QR ini untuk download app
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar di Artikel Lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Apresiasi Spesial
Kirimkan Apresiasi Spesial untuk mendukung Jurnalisme KOMPAS.com
Kolom ini tidak boleh kosong.
Dengan mengirimkan pesan apresiasi kamu menyetujui ketentuan pengguna KOMPAS.com. Pelajari lebih lanjut.
Apresiasi Spesial
Syarat dan ketentuan
  1. Definisi
    • Apresiasi Spesial adalah fitur dukungan dari pembaca kepada KOMPAS.com dalam bentuk kontribusi finansial melalui platform resmi kami.
    • Kontribusi ini bersifat sukarela dan tidak memberikan hak kepemilikan atau kendali atas konten maupun kebijakan redaksi.
  2. Penggunaan kontribusi
    • Seluruh kontribusi akan digunakan untuk mendukung keberlangsungan layanan, pengembangan konten, dan operasional redaksi.
    • KOMPAS.com tidak berkewajiban memberikan laporan penggunaan dana secara individual kepada setiap kontributor.
  3. Pesan & Komentar
    • Pembaca dapat menyertakan pesan singkat bersama kontribusi.
    • Pesan dalam kolom komentar akan melewati kurasi tim KOMPAS.com
    • Pesan yang bersifat ofensif, diskriminatif, mengandung ujaran kebencian, atau melanggar hukum dapat dihapus oleh KOMPAS.com tanpa pemberitahuan.
  4. Hak & Batasan
    • Apresiasi Spesial tidak dapat dianggap sebagai langganan, iklan, investasi, atau kontrak kerja sama komersial.
    • Kontribusi yang sudah dilakukan tidak dapat dikembalikan (non-refundable).
    • KOMPAS.com berhak menutup atau menonaktifkan fitur ini sewaktu-waktu tanpa pemberitahuan sebelumnya.
  5. Privasi & Data
    • Data pribadi kontributor akan diperlakukan sesuai dengan kebijakan privasi KOMPAS.com.
    • Informasi pembayaran diproses oleh penyedia layanan pihak ketiga sesuai dengan standar keamanan yang berlaku.
  6. Pernyataan
    • Dengan menggunakan Apresiasi Spesial, pembaca dianggap telah membaca, memahami, dan menyetujui syarat & ketentuan ini.
  7. Batasan tanggung jawab
    • KOMPAS.com tidak bertanggung jawab atas kerugian langsung maupun tidak langsung yang timbul akibat penggunaan fitur ini.
    • Kontribusi tidak menciptakan hubungan kerja, kemitraan maupun kewajiban kontraktual lain antara Kontributor dan KOMPAS.com
Gagal mengirimkan Apresiasi Spesial
Transaksimu belum berhasil. Coba kembali beberapa saat lagi.
Kamu telah berhasil mengirimkan Apresiasi Spesial
Terima kasih telah menjadi bagian dari Jurnalisme KOMPAS.com
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau