Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Ulang Tahun Jakarta, Harapan Anak Muda untuk Kota Ramah Kaki, Hati, dan Paru

Kompas.com, 21 Juni 2025, 13:04 WIB
Eriana Widya Astuti,
Yunanto Wiji Utomo

Tim Redaksi

KOMPAS.com — Menjelang ulang tahunnya, harapan untuk Jakarta yang lebih hijau dan inklusif muncul dari suara-suara pemuda.

“Jakarta bisa dibikin jadi kota yang ramah kaki, ramah hati, ramah paru,” kata Cheisya (25), warga Jakarta Selatan yang rutin berolahraga di Gelora Bung Karno, kepada Kompas.com, Jumat (20/6/2025).

Baginya, kota yang sehat bukan hanya soal fasilitas, tapi juga bagaimana tata ruang memberi ruang napas—untuk bergerak, berpikir jernih, dan hidup dengan lebih baik.

Untuk mewujudkan itu, menurut Cheisya, Jakarta perlu memiliki lebih banyak tempat olahraga yang mudah diakses seluruh lapisan masyarakat.

“Pemerintah daerah bisa mulai dari melakukan riset: olahraga apa sih yang sekiranya dekat dan mudah diakses masyarakat? Jadi enggak cuman proyek formalitas yang ketika sudah terlaksana justru malah tidak berjalan dan tidak tepat sasaran,” ujarnya.

Ia juga menekankan pentingnya perbaikan trotoar, serta regulasi tegas agar pengendara motor tidak melintas di atasnya. Dengan begitu, masyarakat bisa berjalan kaki atau jogging tanpa khawatir tergelincir atau diserempet.

Jalur sepeda pun, menurutnya, harus aman dan tidak terputus-putus.

Baca juga: Apa Untungnya Investasi Infrastruktur Sepeda? CyclingMax Bisa Hitung

“Karena minat masyarakat untuk gowes ini bisa mendukung upaya pemerintah mengurangi polusi dan kemacetan yang selama ini menjadi masalah serius bagi Jakarta,” jelas Cheisya.

Ia juga mengusulkan penambahan taman kota atau revitalisasi taman-taman mati agar menjadi zona olahraga dan ruang interaksi sosial.

“Bisa ada komunitas yoga atau komunitas lari ala Tebet Eco Park, tapi skalanya kecil-menengah,” katanya.

Dari sisi kesehatan mental, ia berharap puskesmas tidak hanya melayani fisik, tapi juga menyediakan psikolog untuk konseling gratis, serta program kesehatan mental yang memanfaatkan ruang terbuka, seperti penyuluhan outdoor atau ruang terapi komunitas.

“Mungkin bisa ada chill zone di taman, tempat orang bisa ngobrol santai atau meditasi. Komunitas olahraga lokal juga harus didukung, biar orang semangat gerak bareng temen dan jadi sarana pereda stres setelah sibuk bekerja,” ujarnya.

Cheisya sendiri telah memulai berkontribusi dari hal-hal sederhana, seperti membagikan aktivitas olahraga dan mobilitasnya di media sosial.

“Ternyata banyak teman-teman yang jadi pengen ikutan, sehingga bisa membuat generasi muda punya kegiatan positif dan tidak sekadar scroll medsos aja.”

Selain itu, ia juga memprioritaskan penggunaan transportasi umum. “Ini cara buat mengurangi kemacetan dan penambahan kendaraan pribadi yang menambah polusi,” jelasnya.

Halaman:

Artikel ini merupakan bagian dari Lestari KG Media, sebuah inisiatif untuk akselerasi Tujuan Pembangunan Berkelanjutan. Selengkapnya

A member of


Terkini Lainnya
Tren Global Rendah Emisi, Indonesia Bisa Kalah Saing Jika Tak Segera Pensiunkan PLTU
Tren Global Rendah Emisi, Indonesia Bisa Kalah Saing Jika Tak Segera Pensiunkan PLTU
LSM/Figur
JSI Hadirkan Ruang Publik Hijau untuk Kampanye Anti Kekerasan Berbasis Gender
JSI Hadirkan Ruang Publik Hijau untuk Kampanye Anti Kekerasan Berbasis Gender
Swasta
Dampak Panas Ekstrem di Tempat Kerja, Tak Hanya Bikin Produktivitas Turun
Dampak Panas Ekstrem di Tempat Kerja, Tak Hanya Bikin Produktivitas Turun
Pemerintah
BMW Tetapkan Target Iklim Baru untuk 2035
BMW Tetapkan Target Iklim Baru untuk 2035
Pemerintah
Lebih dari Sekadar Musikal, Jemari Hidupkan Harapan Baru bagi Komunitas Tuli pada Hari Disabilitas Internasional
Lebih dari Sekadar Musikal, Jemari Hidupkan Harapan Baru bagi Komunitas Tuli pada Hari Disabilitas Internasional
LSM/Figur
Material Berkelanjutan Bakal Diterapkan di Hunian Bersubsidi
Material Berkelanjutan Bakal Diterapkan di Hunian Bersubsidi
Pemerintah
Banjir Sumatera: Alarm Keras Tata Ruang yang Diabaikan
Banjir Sumatera: Alarm Keras Tata Ruang yang Diabaikan
Pemerintah
Banjir Sumatera, Penyelidikan Hulu DAS Tapanuli Soroti 12 Subyek Hukum
Banjir Sumatera, Penyelidikan Hulu DAS Tapanuli Soroti 12 Subyek Hukum
Pemerintah
Banjir Sumatera, KLH Setop Operasional 3 Perusahaan untuk Sementara
Banjir Sumatera, KLH Setop Operasional 3 Perusahaan untuk Sementara
Pemerintah
Berkomitmen Sejahterakan Umat, BSI Maslahat Raih 2 Penghargaan Zakat Award 2025
Berkomitmen Sejahterakan Umat, BSI Maslahat Raih 2 Penghargaan Zakat Award 2025
BUMN
Veronica Tan Bongkar Penyebab Pekerja Migran Masih Rentan TPPO
Veronica Tan Bongkar Penyebab Pekerja Migran Masih Rentan TPPO
Pemerintah
Mengapa Sumatera Barat Terdampak Siklon Tropis Senyar Meski Jauh? Ini Penjelasan Pakar
Mengapa Sumatera Barat Terdampak Siklon Tropis Senyar Meski Jauh? Ini Penjelasan Pakar
LSM/Figur
Ambisi Indonesia Punya Geopark Terbanyak di Dunia, Bisa Cegah Banjir Terulang
Ambisi Indonesia Punya Geopark Terbanyak di Dunia, Bisa Cegah Banjir Terulang
Pemerintah
Saat Hutan Hilang, SDGs Tak Lagi Relevan
Saat Hutan Hilang, SDGs Tak Lagi Relevan
Pemerintah
Ekspansi Sawit Picu Banjir Sumatera, Mandatori B50 Perlu Dikaji Ulang
Ekspansi Sawit Picu Banjir Sumatera, Mandatori B50 Perlu Dikaji Ulang
LSM/Figur
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Unduh Kompas.com App untuk berita terkini, akurat, dan tepercaya setiap saat
QR Code Kompas.com
Arahkan kamera ke kode QR ini untuk download app
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar di Artikel Lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Apresiasi Spesial
Kirimkan Apresiasi Spesial untuk mendukung Jurnalisme KOMPAS.com
Kolom ini tidak boleh kosong.
Dengan mengirimkan pesan apresiasi kamu menyetujui ketentuan pengguna KOMPAS.com. Pelajari lebih lanjut.
Apresiasi Spesial
Syarat dan ketentuan
  1. Definisi
    • Apresiasi Spesial adalah fitur dukungan dari pembaca kepada KOMPAS.com dalam bentuk kontribusi finansial melalui platform resmi kami.
    • Kontribusi ini bersifat sukarela dan tidak memberikan hak kepemilikan atau kendali atas konten maupun kebijakan redaksi.
  2. Penggunaan kontribusi
    • Seluruh kontribusi akan digunakan untuk mendukung keberlangsungan layanan, pengembangan konten, dan operasional redaksi.
    • KOMPAS.com tidak berkewajiban memberikan laporan penggunaan dana secara individual kepada setiap kontributor.
  3. Pesan & Komentar
    • Pembaca dapat menyertakan pesan singkat bersama kontribusi.
    • Pesan dalam kolom komentar akan melewati kurasi tim KOMPAS.com
    • Pesan yang bersifat ofensif, diskriminatif, mengandung ujaran kebencian, atau melanggar hukum dapat dihapus oleh KOMPAS.com tanpa pemberitahuan.
  4. Hak & Batasan
    • Apresiasi Spesial tidak dapat dianggap sebagai langganan, iklan, investasi, atau kontrak kerja sama komersial.
    • Kontribusi yang sudah dilakukan tidak dapat dikembalikan (non-refundable).
    • KOMPAS.com berhak menutup atau menonaktifkan fitur ini sewaktu-waktu tanpa pemberitahuan sebelumnya.
  5. Privasi & Data
    • Data pribadi kontributor akan diperlakukan sesuai dengan kebijakan privasi KOMPAS.com.
    • Informasi pembayaran diproses oleh penyedia layanan pihak ketiga sesuai dengan standar keamanan yang berlaku.
  6. Pernyataan
    • Dengan menggunakan Apresiasi Spesial, pembaca dianggap telah membaca, memahami, dan menyetujui syarat & ketentuan ini.
  7. Batasan tanggung jawab
    • KOMPAS.com tidak bertanggung jawab atas kerugian langsung maupun tidak langsung yang timbul akibat penggunaan fitur ini.
    • Kontribusi tidak menciptakan hubungan kerja, kemitraan maupun kewajiban kontraktual lain antara Kontributor dan KOMPAS.com
Gagal mengirimkan Apresiasi Spesial
Transaksimu belum berhasil. Coba kembali beberapa saat lagi.
Kamu telah berhasil mengirimkan Apresiasi Spesial
Terima kasih telah menjadi bagian dari Jurnalisme KOMPAS.com
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau