Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Riset Universitas Sydney: Jalan 7.000 Langkah Sehari, Badan Sehat, Negara Hemat

Kompas.com, 24 Juli 2025, 19:12 WIB
Eriana Widya Astuti,
Yunanto Wiji Utomo

Tim Redaksi

JAKARTA, KOMPAS.com — Rekomendasi 10.000 langkah sehari telah lama menjadi patokan gaya hidup sehat.

Namun, studi terbaru yang dipimpin Universitas Sydney menunjukkan bahwa berjalan kaki 7.000 langkah sehari sudah cukup memberikan manfaat kesehatan yang signifikan, bahkan setara dalam beberapa aspek dengan 10.000 langkah.

Temuan ini dinilai membuka jalan bagi pendekatan yang lebih realistis dalam mendorong kebiasaan hidup sehat.

Dalam studi meta-analisis terbesar dan terlengkap sejauh ini, peneliti menganalisis hubungan antara jumlah langkah harian dengan risiko kematian akibat penyakit kardiovaskular, kanker, serta kemungkinan berkembangnya penyakit seperti diabetes tipe 2, demensia, dan depresi.

Hasilnya menunjukkan bahwa berjalan kaki setidaknya 7.000 langkah sehari menurunkan risiko kematian hingga 47 persen dibandingkan dengan hanya 2.000 langkah.

Manfaat signifikan juga terlihat pada pengurangan risiko demensia hingga 38 persen, dan risiko diabetes tipe 2 sebesar 22 persen pada 10.000 langkah, yang bahkan meningkat menjadi 27 persen jika mencapai 12.000 langkah.

Baca juga: Tiga Lembaga Filantropi Gelar Kampanye Kesehatan Mental Remaja lewat Kompetisi Film

Profesor Melody Ding dari Universitas Sydney mengatakan bahwa temuan ini dapat membantu masyarakat yang kesulitan memenuhi pedoman olahraga tradisional.

“Menargetkan 7.000 langkah adalah tujuan yang realistis berdasarkan temuan kami, yang menilai hasil kesehatan di berbagai area yang belum pernah diteliti sebelumnya,” ujar Ding, platform diseminasi ilmiah Eurekalert, Rabu (23/7/2025).

Menurutnya, bahkan peningkatan kecil dalam jumlah langkah, misalnya dari 2.000 ke 4.000 langkah sehari, sudah memberikan peningkatan kesehatan yang berarti.

Penelitian ini juga menunjukkan bahwa manfaat tambahan di atas 7.000 langkah cenderung lebih kecil.

“Penelitian kami membantu menggeser fokus dari kesempurnaan ke kemajuan. Bahkan peningkatan kecil dalam aktivitas harian dapat menghasilkan peningkatan kesehatan yang signifikan,” jelas Ding.

Salah satu penulis studi, Katherine Owen, menambahkan bahwa 10.000 langkah tetap baik bagi mereka yang sudah aktif.

Namun bagi banyak orang, 7.000 langkah bisa menjadi titik awal yang terjangkau dan berdampak luas. Maka dari itu, para peneliti pun kini bekerja sama dengan pemerintah Australia untuk menggunakan temuan ini sebagai dasar pembaruan pedoman aktivitas fisik nasional.

Bisa Kurangi Beban Negara

Di Indonesia, kebiasaan hidup tidak aktif dan gaya hidup tidak sehat menjadi faktor risiko utama berbagai penyakit kronis, termasuk penyakit jantung dan gagal ginjal.

Kepala Organisasi Riset Kesehatan Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN), Indi Dharmayanti, menyebut bahwa penyakit kardiovaskular masih menjadi penyebab kematian nomor satu di Indonesia, terutama pada kelompok usia produktif.

Halaman:

Artikel ini merupakan bagian dari Lestari KG Media, sebuah inisiatif untuk akselerasi Tujuan Pembangunan Berkelanjutan. Selengkapnya

A member of


Terkini Lainnya
Laut Kunci Atasi Krisis Pangan Dunia, tapi Indonesia Tak Serius Menjaga
Laut Kunci Atasi Krisis Pangan Dunia, tapi Indonesia Tak Serius Menjaga
LSM/Figur
Konsumen Gandrungi Kendaraan Listrik, Penjualan Baterai EV Naik 9 Kali Lipat
Konsumen Gandrungi Kendaraan Listrik, Penjualan Baterai EV Naik 9 Kali Lipat
LSM/Figur
Indef: Ambisi B50 Sejalan dengan Transisi Energi, tapi Butuh Stabilitas Pendanaan
Indef: Ambisi B50 Sejalan dengan Transisi Energi, tapi Butuh Stabilitas Pendanaan
LSM/Figur
Ethiopia Jadi Tuan Rumah COP32, COP31 Masih Jadi Rebutan Australia dan Turki
Ethiopia Jadi Tuan Rumah COP32, COP31 Masih Jadi Rebutan Australia dan Turki
Pemerintah
RI Jadikan Sektor FOLU Pilar Pasar Karbon Internasional Dalam COP30
RI Jadikan Sektor FOLU Pilar Pasar Karbon Internasional Dalam COP30
Pemerintah
Masalah Baru, Cara Usang: Resep Orde Baru Dinilai Tak Akan Atasi Krisis Pangan
Masalah Baru, Cara Usang: Resep Orde Baru Dinilai Tak Akan Atasi Krisis Pangan
LSM/Figur
Biasanya Jadi Gula, Kini Pertamina Pikirkan Ubah Aren Jadi Bioetanol
Biasanya Jadi Gula, Kini Pertamina Pikirkan Ubah Aren Jadi Bioetanol
BUMN
Perusahaan RI Paling Banyak Raih Penghargaan Asia ESG Positive Impact Awards
Perusahaan RI Paling Banyak Raih Penghargaan Asia ESG Positive Impact Awards
Swasta
Pastikan Kawanan Gajah Aman, BKSDA Riau Pasang GPS pada Betina Pemimpinnya
Pastikan Kawanan Gajah Aman, BKSDA Riau Pasang GPS pada Betina Pemimpinnya
Pemerintah
Bukan Cuma Beri Peringatan, Taiwan Tetapkan Panas Ekstrem sebagai Bencana Alam
Bukan Cuma Beri Peringatan, Taiwan Tetapkan Panas Ekstrem sebagai Bencana Alam
Pemerintah
Ilmuwan Desak Pemimpin Global Batasi Biofuel Berbasis Tanaman
Ilmuwan Desak Pemimpin Global Batasi Biofuel Berbasis Tanaman
LSM/Figur
Gates Foundation Gelontorkan 1,4 Miliar Dollar AS untuk Bantu Petani Adaptasi Iklim
Gates Foundation Gelontorkan 1,4 Miliar Dollar AS untuk Bantu Petani Adaptasi Iklim
Swasta
Krisis Iklim dan Penggunaan Pestisida di Pertanian Ancam Populasi Kupu-Kupu
Krisis Iklim dan Penggunaan Pestisida di Pertanian Ancam Populasi Kupu-Kupu
LSM/Figur
Asia ESG PIA Digelar, Pertemukan 39 Perusahaan yang Berkomitmen Jalankan ESG
Asia ESG PIA Digelar, Pertemukan 39 Perusahaan yang Berkomitmen Jalankan ESG
Swasta
Perkuat Ekosistem Kendaraan Listrik, PLN Resmikan SPKLU Center Pertama di Yogyakarta
Perkuat Ekosistem Kendaraan Listrik, PLN Resmikan SPKLU Center Pertama di Yogyakarta
BUMN
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Unduh Kompas.com App untuk berita terkini, akurat, dan tepercaya setiap saat
QR Code Kompas.com
Arahkan kamera ke kode QR ini untuk download app
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar di Artikel Lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau