JAKARTA, KOMPAS.com — Rekomendasi 10.000 langkah sehari telah lama menjadi patokan gaya hidup sehat.
Namun, studi terbaru yang dipimpin Universitas Sydney menunjukkan bahwa berjalan kaki 7.000 langkah sehari sudah cukup memberikan manfaat kesehatan yang signifikan, bahkan setara dalam beberapa aspek dengan 10.000 langkah.
Temuan ini dinilai membuka jalan bagi pendekatan yang lebih realistis dalam mendorong kebiasaan hidup sehat.
Dalam studi meta-analisis terbesar dan terlengkap sejauh ini, peneliti menganalisis hubungan antara jumlah langkah harian dengan risiko kematian akibat penyakit kardiovaskular, kanker, serta kemungkinan berkembangnya penyakit seperti diabetes tipe 2, demensia, dan depresi.
Hasilnya menunjukkan bahwa berjalan kaki setidaknya 7.000 langkah sehari menurunkan risiko kematian hingga 47 persen dibandingkan dengan hanya 2.000 langkah.
Manfaat signifikan juga terlihat pada pengurangan risiko demensia hingga 38 persen, dan risiko diabetes tipe 2 sebesar 22 persen pada 10.000 langkah, yang bahkan meningkat menjadi 27 persen jika mencapai 12.000 langkah.
Baca juga: Tiga Lembaga Filantropi Gelar Kampanye Kesehatan Mental Remaja lewat Kompetisi Film
Profesor Melody Ding dari Universitas Sydney mengatakan bahwa temuan ini dapat membantu masyarakat yang kesulitan memenuhi pedoman olahraga tradisional.
“Menargetkan 7.000 langkah adalah tujuan yang realistis berdasarkan temuan kami, yang menilai hasil kesehatan di berbagai area yang belum pernah diteliti sebelumnya,” ujar Ding, platform diseminasi ilmiah Eurekalert, Rabu (23/7/2025).
Menurutnya, bahkan peningkatan kecil dalam jumlah langkah, misalnya dari 2.000 ke 4.000 langkah sehari, sudah memberikan peningkatan kesehatan yang berarti.
Penelitian ini juga menunjukkan bahwa manfaat tambahan di atas 7.000 langkah cenderung lebih kecil.
“Penelitian kami membantu menggeser fokus dari kesempurnaan ke kemajuan. Bahkan peningkatan kecil dalam aktivitas harian dapat menghasilkan peningkatan kesehatan yang signifikan,” jelas Ding.
Salah satu penulis studi, Katherine Owen, menambahkan bahwa 10.000 langkah tetap baik bagi mereka yang sudah aktif.
Namun bagi banyak orang, 7.000 langkah bisa menjadi titik awal yang terjangkau dan berdampak luas. Maka dari itu, para peneliti pun kini bekerja sama dengan pemerintah Australia untuk menggunakan temuan ini sebagai dasar pembaruan pedoman aktivitas fisik nasional.
Di Indonesia, kebiasaan hidup tidak aktif dan gaya hidup tidak sehat menjadi faktor risiko utama berbagai penyakit kronis, termasuk penyakit jantung dan gagal ginjal.
Kepala Organisasi Riset Kesehatan Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN), Indi Dharmayanti, menyebut bahwa penyakit kardiovaskular masih menjadi penyebab kematian nomor satu di Indonesia, terutama pada kelompok usia produktif.
“Tingginya kasus kardiovaskular di Indonesia disebabkan modified risk factor terkait gaya hidup yang tidak sehat,” ujarnya dalam keterangan di laman BRIN.
Gaya hidup tidak sehat bukan hanya mempengaruhi diri sendiri, tetapi juga berdampak pada sistem pembiayaan kesehatan nasional.
Biaya cuci darah untuk penderita gagal ginjal, misalnya, ditanggung BPJS Kesehatan hingga empat kantong darah per bulan dengan penggantian Rp 360.000 per kantong, sementara prosedur CAPD dibayar hingga Rp 8 juta per bulan.
Baca juga: Atasi Inflasi Biaya Kesehatan, Mahasiswa UGM Ciptakan Skema Asuransi Cerdas Berbasis AI
Semua ini menunjukkan bahwa langkah preventif seperti berjalan kaki, seperti yang direkomendasikan dalam riset Universitas Sydney, dapat menjadi strategi jangka panjang untuk menekan beban biaya kesehatan nasional.
Riset ini membuat siapa pun bisa melakukan langkah kecil untuk kesehatan sendiri dan negara lewat langkah kecil: 7.000 langkah sehari. Langkah itu bisa menekan risiko penyakit kronis, dan secara kolektif membantu mengurangi beban negara.
Mari berkontribusi langsung dalam upaya mencegah dan mengatasi masalah STUNTING di Indonesia. Ikut berdonasi dengan klik Kompas.com Jernih Berbagi.Artikel ini merupakan bagian dari Lestari KG Media, sebuah inisiatif untuk akselerasi Tujuan Pembangunan Berkelanjutan. Selengkapnya