Penting, Apa Saja yang Perlu Dipertimbangkan dengan Pasangan Sebelum Menikah dan Menjadi Orangtua?

Kompas.com - 9 Juli 2020, 14:38 WIB
Sri Noviyanti

Penulis

Contohnya, gaji istri untuk pengeluaran listrik dan air, dan kesehatan, sedangkan suami untuk pengeluaran rutin harian, seperti makan dan transportasi.

Diskusi soal keuangan sebaiknya dilakukan sejak awal secara transparan untuk meminimalisi perdebatan di kemudian hari.

3. Persiapan fisik dan mental

Pernikahan tidak selalu menemui jalan bagus nan mulus, tapi kadang menyusuri jalan terjal dan berliku. Ujian dan kendala yang memerlukan pengorbanan bisa saja ditemui di masa depan.

Untuk itu, persiapan fisik dan mental menjadi hal penting lainnya. Oleh karenanya, cari tahu kondisi serta kebutuhannya. Ingat segala pertimbangan harus didasarkan pada kebutuhan berdua.

Baca juga: Perbedaan antara Gizi Buruk dan Stunting yang Harus GenBest Ketahui

Fisik yang sehat dan kesiapan menyal penting untuk menghadapi segala kondisi tersebut. Terutama, jika nanti punya anak.

4. Rencanakan kehamilan sehat

seperti hal yang penting didiskusikan lainnya, perencanaan kehamilan sehat juga harus dibicarakan sebelum menikah.

Bicarakan, mengenai usia yang tepat untuk hamil. Usia ideal untuk hamil adalah usia 20-an. Di masa ini, tingkat kesuburan ada dalam fase terbaik.

Selain itu, kualitas sel telur juga sangat baik sehingga bayi yang lahir akan sehat dan jauh dari risiko cacat.

Dikutip dari depkes.go.id, kehamilan remaja berdampak negatif pada kesehatan remaja dan bayinya, juga dapat berdampak sosial dan ekonomi.

Kehamilan pada usia muda atau remaja antara lain berisiko kelahiran prematur, berat badan bayi lahir rendah (BBLR), dan perdarahan persalinan yang dapat meningkatkan kematian ibu dan bayi. Kehamilan pada remaja juga terkait dengan kehamilan tidak dikehendaki dan aborsi tidak aman.

Jadi, jangan lupa juga untuk mempertimbangkan usia menikah jauh sebelum diskusi soal rencana kehamilan sehat ya.

Persalinan pada ibu di bawah usia 20 tahunmemiliki kontribusi dalam tingginya angka kematian neonatal, bayi, dan balita.

Survei Demografi dan Kesehatan Indonesia (SDKI) 2012 menunjukkan bahwa angka kematian neonatal, postneonatal, bayi dan balita pada ibu yang berusia kurang dari 20 tahun lebih tinggi dibandingkan pada ibu usia 20-39 tahun.

Selain mempertimbangkan usia untuk hamil, perencanaan kehamilan sehat juga berarti memenuhi kebutuhan zat besi calon ibu sebelum hamil, bahkan saat masih remaja, agar tidak mengalami anemia.

Ibaratnya, calon ibu yang memiliki tabungan zat besi lebih banyak akan lebih baik, dibandingkan dengan yang tabungan zat besinya sedikit.

Halaman:

Artikel ini merupakan bagian dari Lestari KG Media, sebuah inisiatif untuk akselerasi Tujuan Pembangunan Berkelanjutan. Selengkapnya

A member of
Baca tentang
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Apresiasi Spesial
Kirimkan Apresiasi Spesial untuk mendukung Jurnalisme KOMPAS.com
Kolom ini tidak boleh kosong.
Dengan mengirimkan pesan apresiasi kamu menyetujui ketentuan pengguna KOMPAS.com. Pelajari lebih lanjut.
Apresiasi Spesial
Syarat dan ketentuan
  1. Definisi
    • Apresiasi Spesial adalah fitur dukungan dari pembaca kepada KOMPAS.com dalam bentuk kontribusi finansial melalui platform resmi kami.
    • Kontribusi ini bersifat sukarela dan tidak memberikan hak kepemilikan atau kendali atas konten maupun kebijakan redaksi.
  2. Penggunaan kontribusi
    • Seluruh kontribusi akan digunakan untuk mendukung keberlangsungan layanan, pengembangan konten, dan operasional redaksi.
    • KOMPAS.com tidak berkewajiban memberikan laporan penggunaan dana secara individual kepada setiap kontributor.
  3. Pesan & Komentar
    • Pembaca dapat menyertakan pesan singkat bersama kontribusi.
    • Pesan dalam kolom komentar akan melewati kurasi tim KOMPAS.com
    • Pesan yang bersifat ofensif, diskriminatif, mengandung ujaran kebencian, atau melanggar hukum dapat dihapus oleh KOMPAS.com tanpa pemberitahuan.
  4. Hak & Batasan
    • Apresiasi Spesial tidak dapat dianggap sebagai langganan, iklan, investasi, atau kontrak kerja sama komersial.
    • Kontribusi yang sudah dilakukan tidak dapat dikembalikan (non-refundable).
    • KOMPAS.com berhak menutup atau menonaktifkan fitur ini sewaktu-waktu tanpa pemberitahuan sebelumnya.
  5. Privasi & Data
    • Data pribadi kontributor akan diperlakukan sesuai dengan kebijakan privasi KOMPAS.com.
    • Informasi pembayaran diproses oleh penyedia layanan pihak ketiga sesuai dengan standar keamanan yang berlaku.
  6. Pernyataan
    • Dengan menggunakan Apresiasi Spesial, pembaca dianggap telah membaca, memahami, dan menyetujui syarat & ketentuan ini.
  7. Batasan tanggung jawab
    • KOMPAS.com tidak bertanggung jawab atas kerugian langsung maupun tidak langsung yang timbul akibat penggunaan fitur ini.
    • Kontribusi tidak menciptakan hubungan kerja, kemitraan maupun kewajiban kontraktual lain antara Kontributor dan KOMPAS.com
Gagal mengirimkan Apresiasi Spesial
Transaksimu belum berhasil. Coba kembali beberapa saat lagi.
Kamu telah berhasil mengirimkan Apresiasi Spesial
Terima kasih telah menjadi bagian dari Jurnalisme KOMPAS.com
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau