Imunisasi Sejak Dini Jadi Kunci Sukses Cegah Stunting pada Anak

Kompas.com - 19 Mei 2021, 11:40 WIB
Yogarta Awawa Prabaning Arka,
Aditya Mulyawan

Tim Redaksi

Imunisasi dasar yang wajib untuk anak

Berdasarkan Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia No.42 Tahun 2013 dan No.12 Tahun 2017, terdapat lima imunisasi wajib diberikan orang tua kepada bayi sebelum berusia 1 tahun.

Pertama, ada imunisasi hepatitis B yang berfungsi mencegah penyakit hepatitis B. Anak yang menderita penyakit ini berisiko mengalami kegagalan fungsi hati dan kanker hati saat dewasa.

Selain itu, imunisasi tersebut juga berfungsi mencegah penularan hepatitis B dari ibu ke anak selama proses persalinan.

Pemberian vaksin hepatitis B pertama bisa dilakukan 12 jam setelah bayi lahir. Untuk pemberian imunisasi kedua, dianjurkan pada jarak 4 minggu dari imunisasi pertama. Jarak imunisasi ketiga minimal dua bulan atau lima bulan setelah imunisasi kedua. Bila anak belum mendapat imunisasi hepatitis B sejak bayi, orangtua bisa berkonsultasi dengan dokter anak.

Kedua, imunisasi polio. Imunisasi ini berfungsi mencegah penyakit saraf poliomielitis yang dapat menyebabkan kelumpuhan pada anak.

Baca juga: Jadwal Imunisasi Anak 2020 Rekomendasi IDAI

Pemberian imunisasi polio dilakukan sebanyak lima kali pada anak saat berusia 2 bulan, 4 bulan, 6 bulan, 18 bulan, dan 5 tahun. Bila imunisasi terlambat diberikan, vaksin harus tetap dilakukan sesuai anjuran dokter anak.

Ketiga, imunisasi Bacillus Calmette–Guérin (BCG) yang mampu mencegah penyakit tuberkulosis (TBC) berat, mulai dari TBC paru, TBC otak, TBC ginjal, hingga TBC tulang. Penyakit ini dapat menyebabkan cacat hingga kematian.

Pemberian imunisasi BCG diberikan sebanyak satu kali saat anak berusia dua sampai tiga bulan. Jika vaksin BCG diberikan setelah usia 3 bulan, perlu dilakukan uji tuberkulin.

Keempat, ada imunisasi campak yang mampu mencegah penyakit campak berat beserta dampaknya, seperti dari diare hingga kurang cairan berat, serta radang paru (pneumonia) yang dapat menyebar ke selaput otak dan menyebabkan cacat.

Imunisasi campak dilakukan sebanyak dua kali, yakni pada saat anak berusia 9 bulan lalu dilanjutkan saat anak berusia 5 tahun. Bila melewati usia itu, anak tetap bisa mendapatkan vaksin dengan berkonsultasi ke dokter anak.

Terakhir, ada imunisasi pentavalen (DPT-HB-HiB) yang bisa mencegah penyakit tetanus, difteri, pertusis, hepatitis B, pneumonia (radang paru), dan meningitis (radang selaput otak).

Imunisasi pentavalen diberikan sebanyak empat kali, yakni saat bayi berusia usia 2 bulan, 3 bulan, 4 bulan, dan 18 bulan. Bila imunisasi terlambat diberikan, lanjutkan imunisasi sesuai jadwal dengan mengikuti rekomendasi dokter.

Bagaimana, sobat Generasi Bersih dan Sehat (Genbest) sudah tahu kan manfaat imunisasi beserta jenis-jenis imunisasi yang wajib diberikan untuk anak di bawah satu tahun?

Bila sedang mempersiapkan kelahiran atau sudah memiliki bayi, sobat Genbest bisa bersiap-siap untuk menyertakan buah hati dalam program imunisasi.

Sobat Genbest bisa mendapatkan informasi seputar kesehatan bayi, remaja putri, ibu hamil, dan hal-hal yang berkaitan dengan pencegahan stunting lewat laman https://genbest.id/.

Mari berkontribusi langsung dalam upaya mencegah dan mengatasi masalah STUNTING di Indonesia. Ikut berdonasi dengan klik Kompas.com Jernih Berbagi.

Halaman:

Artikel ini merupakan bagian dari Lestari KG Media, sebuah inisiatif untuk akselerasi Tujuan Pembangunan Berkelanjutan. Selengkapnya

A member of
Baca tentang
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Apresiasi Spesial
Kirimkan Apresiasi Spesial untuk mendukung Jurnalisme KOMPAS.com
Kolom ini tidak boleh kosong.
Dengan mengirimkan pesan apresiasi kamu menyetujui ketentuan pengguna KOMPAS.com. Pelajari lebih lanjut.
Apresiasi Spesial
Syarat dan ketentuan
  1. Definisi
    • Apresiasi Spesial adalah fitur dukungan dari pembaca kepada KOMPAS.com dalam bentuk kontribusi finansial melalui platform resmi kami.
    • Kontribusi ini bersifat sukarela dan tidak memberikan hak kepemilikan atau kendali atas konten maupun kebijakan redaksi.
  2. Penggunaan kontribusi
    • Seluruh kontribusi akan digunakan untuk mendukung keberlangsungan layanan, pengembangan konten, dan operasional redaksi.
    • KOMPAS.com tidak berkewajiban memberikan laporan penggunaan dana secara individual kepada setiap kontributor.
  3. Pesan & Komentar
    • Pembaca dapat menyertakan pesan singkat bersama kontribusi.
    • Pesan dalam kolom komentar akan melewati kurasi tim KOMPAS.com
    • Pesan yang bersifat ofensif, diskriminatif, mengandung ujaran kebencian, atau melanggar hukum dapat dihapus oleh KOMPAS.com tanpa pemberitahuan.
  4. Hak & Batasan
    • Apresiasi Spesial tidak dapat dianggap sebagai langganan, iklan, investasi, atau kontrak kerja sama komersial.
    • Kontribusi yang sudah dilakukan tidak dapat dikembalikan (non-refundable).
    • KOMPAS.com berhak menutup atau menonaktifkan fitur ini sewaktu-waktu tanpa pemberitahuan sebelumnya.
  5. Privasi & Data
    • Data pribadi kontributor akan diperlakukan sesuai dengan kebijakan privasi KOMPAS.com.
    • Informasi pembayaran diproses oleh penyedia layanan pihak ketiga sesuai dengan standar keamanan yang berlaku.
  6. Pernyataan
    • Dengan menggunakan Apresiasi Spesial, pembaca dianggap telah membaca, memahami, dan menyetujui syarat & ketentuan ini.
  7. Batasan tanggung jawab
    • KOMPAS.com tidak bertanggung jawab atas kerugian langsung maupun tidak langsung yang timbul akibat penggunaan fitur ini.
    • Kontribusi tidak menciptakan hubungan kerja, kemitraan maupun kewajiban kontraktual lain antara Kontributor dan KOMPAS.com
Gagal mengirimkan Apresiasi Spesial
Transaksimu belum berhasil. Coba kembali beberapa saat lagi.
Kamu telah berhasil mengirimkan Apresiasi Spesial
Terima kasih telah menjadi bagian dari Jurnalisme KOMPAS.com
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau