Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Pemanasan Global Bisa Ubah Pola Hujan, Timbulkan Kekeringan dan Banjir

Kompas.com, 30 Mei 2025, 15:17 WIB
Monika Novena,
Bambang P. Jatmiko

Tim Redaksi

KOMPAS.com - Penelitian yang dipublikasikan di Earth's Future menemukan hampir 2 miliar orang di seluruh dunia bisa menghadapi perubahan pola curah hujan yang diakibatkan oleh pemanasan global.

Perubahan pola curah hujan ini bahkan menurut peneliti bisa terjadi secara permanen dan menyebabkan beberapa wilayah akan menghadapi curah hujan yang lebih sedikit. Sementara di area lain akan terendam banjir.

Suhu permukaan rata-rata Bumi saat ini sudah sekitar 1,2 derajat C, lebih tinggi dari tingkat pra-industri, dengan tahun 2024 tercatat sebagai tahun yang pernah tercatat.

Namun dalam studi baru ini, peneliti mengamati apa yang akan terjadi jika suhu global naik hingga 1,5 derajat C bahkan hanya untuk beberapa dekade.

Melansir Live Science, Jumat (30/5/2025) peningkatan suhu global seperti itu dapat berdampak permanen pada Intertropical Convergence Zone (ITCZ).

ITCZ merupakan wilayah penting di dekat khatulistiwa tempat angin dari kedua belahan bumi bertemu dan menyebabkan hujan lebat di daerah tropis.

Baca juga: India Alami Musim Hujan Paling Dini dalam 14 Tahun, Bawa Berkah Sekaligus Musibah

ITCZ sangat memengaruhi pola hujan tapi pemanasan global dapat menyebabkan ITCZ bergeser ke selatan.

Pergeseran ini akan mengubah durasi dan intensitas musim hujan dan kemarau, terutama di wilayah-wilayah vital seperti Afrika, Amazon, dan Asia Tenggara.

Akibatnya, beberapa daerah akan mengalami hujan berlebihan dan daerah lain akan mengalami kekeringan parah.

Kondisi ekstrem tersebut akan membawa dampak buruk yang menghancurkan bagi pertanian, keseimbangan ekosistem, dan ketersediaan air bersih bagi sebagian besar penduduk Bumi.

Posisi dan perilaku ITCZ dipengaruhi oleh berbagai faktor. Salah satu faktor kunci adalah sistem arus samudra raksasa di Atlantik yang disebut Atlantic Meridional Overturning Circulation (AMOC).

Penelitian terbaru mengindikasikan bahwa AMOC ini sedang melemah, dan pelemahan ini sebagian besar disebabkan oleh perubahan iklim.

Dalam studinya, para peneliti menggunakan dua skenario yang berbeda untuk menguji hipotesis mereka.

Kedua skenario ini dijalankan menggunakan delapan "Model Sistem Bumi" (Earth System Models/ESMs) yang berbeda.

Salah satu skenario yang mereka gunakan adalah skenario "idealized".

Halaman:

Artikel ini merupakan bagian dari Lestari KG Media, sebuah inisiatif untuk akselerasi Tujuan Pembangunan Berkelanjutan. Selengkapnya

A member of


Terkini Lainnya
BBM E10 Persen Dinilai Aman untuk Mesin dan Lebih Ramah Lingkungan
BBM E10 Persen Dinilai Aman untuk Mesin dan Lebih Ramah Lingkungan
Pemerintah
AGII Dorong Implementasi Standar Keselamatan di Industri Gas
AGII Dorong Implementasi Standar Keselamatan di Industri Gas
LSM/Figur
Tak Niat Atasi Krisis Iklim, Pemerintah Bahas Perdagangan Karbon untuk Cari Cuan
Tak Niat Atasi Krisis Iklim, Pemerintah Bahas Perdagangan Karbon untuk Cari Cuan
Pemerintah
Dorong Gaya Hidup Berkelanjutan, Blibli Tiket Action Gelar 'Langkah Membumi Ecoground 2025'
Dorong Gaya Hidup Berkelanjutan, Blibli Tiket Action Gelar "Langkah Membumi Ecoground 2025"
Swasta
PGE Manfaatkan Panas Bumi untuk Keringkan Kopi hingga Budi Daya Ikan di Gunung
PGE Manfaatkan Panas Bumi untuk Keringkan Kopi hingga Budi Daya Ikan di Gunung
BUMN
PBB Ungkap 2025 Jadi Salah Satu dari Tiga Tahun Terpanas Global
PBB Ungkap 2025 Jadi Salah Satu dari Tiga Tahun Terpanas Global
Pemerintah
Celios: RI Harus Tuntut Utang Pendanaan Iklim Dalam COP30 ke Negara Maju
Celios: RI Harus Tuntut Utang Pendanaan Iklim Dalam COP30 ke Negara Maju
LSM/Figur
Kapasitas Tanah Serap Karbon Turun Drastis di 2024
Kapasitas Tanah Serap Karbon Turun Drastis di 2024
Pemerintah
TFFF Resmi Diluncurkan di COP30, Bisakah Lindungi Hutan Tropis Dunia?
TFFF Resmi Diluncurkan di COP30, Bisakah Lindungi Hutan Tropis Dunia?
Pemerintah
COP30: Target Iklim 1,5 Derajat C yang Tak Tercapai adalah Kegagalan Moral
COP30: Target Iklim 1,5 Derajat C yang Tak Tercapai adalah Kegagalan Moral
Pemerintah
Trend Asia Nilai PLTSa Bukan EBT, Bukan Opsi Tepat Transisi Energi
Trend Asia Nilai PLTSa Bukan EBT, Bukan Opsi Tepat Transisi Energi
LSM/Figur
4.000 Hektare Lahan di TN Kerinci Seblat Dirambah, Sebagiannya untuk Sawit
4.000 Hektare Lahan di TN Kerinci Seblat Dirambah, Sebagiannya untuk Sawit
Pemerintah
Muara Laboh Diperluas, Australia Suntik Rp 240 Miliar untuk Geothermal
Muara Laboh Diperluas, Australia Suntik Rp 240 Miliar untuk Geothermal
Pemerintah
Bisa Suplai Listrik Stabil, Panas Bumi Lebih Tahan Krisis Iklim Ketimbang EBT Lain
Bisa Suplai Listrik Stabil, Panas Bumi Lebih Tahan Krisis Iklim Ketimbang EBT Lain
Swasta
BCA Ajak Penenun Kain Gunakan Pewarna Alami untuk Bidik Pasar Ekspor
BCA Ajak Penenun Kain Gunakan Pewarna Alami untuk Bidik Pasar Ekspor
Swasta
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Unduh Kompas.com App untuk berita terkini, akurat, dan tepercaya setiap saat
QR Code Kompas.com
Arahkan kamera ke kode QR ini untuk download app
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar di Artikel Lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau