Lebih lanjut, ketidakseimbangan nutrisi ini menimbulkan implikasi kesehatan yang serius bagi manusia.
"Perubahan keseimbangan ini dapat berkontribusi pada pola makan yang lebih tinggi kalori tetapi rendah nilai gizinya," kata Ekele.
Misalnya, kandungan gula yang meningkat pada tanaman pangan, terutama buah dan sayur, dapat menyebabkan risiko obesitas dan diabetes tipe 2 yang lebih tinggi.
Baca juga: Label Makanan Tak Jelas Picu Sampah Pangan
Tanaman pangan dengan kandungan gizi yang rendah juga dapat menyebabkan defisiensi protein dan vitamin penting yang melemahkan sistem kekebalan tubuh manusia dan memperburuk kondisi kesehatan terutama di negara-negara berpenghasilan rendah atau menengah.
"Ini bukan hanya tentang seberapa banyak makanan yang kita tanam, tetapi juga apa yang terkandung di dalamnya dan bagaimana makanan tersebut mendukung kesejahteraan manusia dalam jangka panjang," papar Ekele.
Meskipun penelitian ini menyimulasikan proyeksi perubahan iklim di Inggris, implikasinya bersifat global.
Sistem pangan di belahan bumi utara sudah menghadapi tantangan akibat perubahan pola cuaca, musim tanam yang tidak dapat diprediksi, dan gelombang panas yang lebih sering.
Begitu juga di wilayah tropis dan subtropis, wilayah-wilayah ini juga menghadapi tekanan yang tumpang tindih seperti kekeringan, hama, dan degradasi tanah.
"Penting untuk menghubungkan ilmu tanaman dengan isu-isu kesejahteraan manusia yang lebih luas. Seiring dengan perubahan iklim yang terus berlanjut, kita harus berpikir secara holistik tentang jenis sistem pangan yang kita bangun," terang Ekele.
"Pangan lebih dari sekadar kalori. Pangan merupakan fondasi bagi pembangunan manusia dan adaptasi iklim," tambahnya.
Penelitian ini dipresentasikan pada Konferensi Tahunan Masyarakat Biologi Eksperimental di Antwerpen, Belgia, pada 8 Juli 2025.
Baca juga: Perubahan Iklim Terlalu Cepat, Hutan Pun Sulit Beradaptasi
Mari berkontribusi langsung dalam upaya mencegah dan mengatasi masalah STUNTING di Indonesia. Ikut berdonasi dengan klik Kompas.com Jernih Berbagi.Artikel ini merupakan bagian dari Lestari KG Media, sebuah inisiatif untuk akselerasi Tujuan Pembangunan Berkelanjutan. Selengkapnya