KOMPAS.com – 2020 merupakan tahun yang menantang bagi dunia, termasuk Indonesia. Secara mengejutkan, wabah virus Corona atau Covid-19 muncul dengan tingkat penularan cukup tinggi dan memakan korban jiwa.
Saat badai virus belum usai, Indonesia juga masih berhadapan dengan ancaman yang terjadi setiap tahun saat musim kemarau tiba. Ya, kebakaran hutan dan lahan (karhutla).
Dilansir dari Kompas.com, Jumat (24/4/2020), analisis Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) menyebutkan puncak musim kemarau di wilayah Riau, Sumatera Selatan, Jambi, Kalimantan Tengah, Kalimantan Utara, dan Kalimantan Timur diperkirakan terjadi pada bulan Juni-Juli.
Diprediksi, Indonesia akan mengalami El Nino netral dengan tingkat kekeringan lebih tinggi dibandingkan kondisi normal pada musim kemarau 2020 ini.
Baca juga: KLHK: Luas Karhutla selama Januari hingga Maret Mencapai 8.254 Hektare
Menghadapi hal tersebut, Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK) langsung menyusun beberapa langkah prioritas sebagai upaya pencegahan karhutla.
Tindakan tersebut sesuai dengan arahan Presiden RI Joko Widodo yang menyatakan penanganan karhutla salah satu prioritas kerja pemerintah, meski negara tengah berperang melawan pandemi Covid-19.
Langkah pertama, berkoordinasi dengan para Gubernur Provinsi rawan karhutla sebagai Kepala Satgas Organisasi Pengendalian Kebakaran Hutan (Dalkarhutla) Provinsi, utamanya dalam mengantisipasi kekeringan lahan gambut.
Pada tahap ini, Menteri LHK Siti Nurbaya telah menyurati para kepala daerah agar mewaspadai karhutla pada awal Maret lalu.
Baca juga: Badan Informasi Geospasial dan KLHK Kerja Sama Susun Peta Potensi Rawan Karhutla
Kedua, melakukan upaya Teknologi Modifikasi Cuaca (TMC) untuk membasahi lahan gambut di lokasi rawan karhutla.
Langkah ketiga, berkoordinasi dengan berbagai pihak untuk mengaktifkan sektor swasta dalam pencegahan karhutla. Sektor swasta nantinya akan melakukan sosialisasi kepada masyarakat agar tidak membuka lahan dengan cara pembakaran.
Keempat, memberi peringatan lebih tegas kepada pemegang izin pengelolaan hutan dan lahan yang lokasinya secara berulang terjadi karhutla.
Sejalan dengan arahan KLHK, tim pemadam kebakaran (Fire Fighter) PT Riau Andalan Pulp and Paper (RAPP) salah satu unit usaha Grup APRIL, siaga dalam mengantisipasi karhutla di Kabupaten Pelalawan Riau kendati pandemi Covid-19 tengah meluas di dalam negeri.
Baca juga: Di Tengah Pandemi Covid-19, Pemda Dinilai Perlu Anggarkan Dana Khusus Karhutla
Dalam keterangan tertulis, Fire Manager RAPP Yuneldi mengatakan, tim pemadam kebakaran yang tergabung dalam Fire Emergency Response Team (FERT) terus memaksimalkan upaya pencegahan dan patroli.
Salah satu caranya dengan memantau kondisi titik panas (hotspot) melalui kamera pantau jarak jauh (CCTV) yang telah terpasang di sekitar area konsesi perusahaan dan lokasi sekitarnya.
Adapun Yuneldi memastikan, seluruh prosedur pencegahan dan patroli karhutla tersebut tetap memperhatikan protokol kesehatan penanganan Covid-19 seperti anjuran pemerintah.
“Tidak ada perubahan dalam pekerjaan. Namun, kita tetap mengikuti protokol penanganan Covid-19 selama berpatroli seperti memakai masker, menjaga jarak, dan menerapkan pola hidup sehat,” kata Yuneldi di sela Apel Siaga Peringatan International Firefighters Day, Senin (4/5/2020) lalu.
Baca juga: Antipasi Karhutla, BPPT Siap Turunkan Hujan Buatan di Riau dan Jambi
FERT RAPP memiliki 984 personel yang dilengkapi dengan 521 pompa, 3.000 selang, dan 30 unit mobil. Perusahaan juga membangun 39 menara pengawas dan menyiapkan lebih dari 20 drone pemantau.
Personel pemadam kebakaran juga dilengkapi dengan armada udara, air, dan darat seperti helikopter, airboat, sepeda motor, dan mobil patroli untuk memudahkan kinerja tim FERT RAPP.
“Dengan semua peralatan tersebut, kami selalu siaga jika terjadi kebakaran di wilayah konsesi dan sekitarnya. Para personel juga sudah terlatih untuk menjadi tim siaga cepat dalam melakukan pemadaman karhutla,” jelasnya.
Dalam upaya pencegahan dan penanggulangan karhutla, produsen kertas merek PaperOne ini juga menginisiasi Program Desa Bebas Api atau Fire Free Village Program (FFVP).
Baca juga: Prediksi Puncak Kemarau pada Agustus, BMKG Ingatkan Bahaya Karhutla di Daerah Ini
Program itu melibatkan partisipasi masyarakat di sekitar wilayah konsesi untuk ikut menjaga lingkungannya dari potensi karhutla sejak 2014 silam.
Adapun program tersebut bertujuan mengajak dan menumbuhkan kepedulian masyarakat desa di sekitar wilayah operasional tentang bahaya dan dampak dari karhutla, terutama metode membuka lahan pertanian dengan cara membakar.
Sebagai tambahan informasi, pada 2019 Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) mencatat, 99 persen kebakaran lahan dan hutan di Indonesia terjadi akibat ulah manusia.
Penyebabnya, antara lain ketidaksengajaan, buang puntung rokok sembarangan, membakar sampah, serta kesengajaan untuk membuka lahan.
Baca juga: Di Tengah Pandemi, Tim Satgas Lapangan Kerja Keras Antisipasi Karhutla
FFVP dimulai dengan memberikan pengetahuan dan bantuan penyiapan lahan tanpa bakar kepada warga setempat. Langkah ini amat fundamental ketika masyarakat diminta tidak membakar lahan, mereka juga harus diberikan solusi nyata.
Sebagai bentuk apresiasi, desa yang berhasil menjaga lahannya bebas dari karhutla dalam kurun waktu tertentu akan diberi penghargaan atau reward berupa dana bantuan infrastruktur sebesar Rp 100 juta.
Sebagaimana diketahui, perusahaan tersebut juga telah mengucurkan dana 9 juta dolar AS untuk perlengkapan penanganan karhutla serta tim reaksi cepat terlatih sebanyak 920 personil, ditambah pula 260 personil pemadam kebakaran profesional.
Artikel ini merupakan bagian dari Lestari KG Media, sebuah inisiatif untuk akselerasi Tujuan Pembangunan Berkelanjutan. Selengkapnya