Peringati WWD 2025, Yuk Intip Satwa Liar yang Berhasil Dilindungi di Kawasan RER

Kompas.com - 06/03/2025, 13:57 WIB
Yogarta Awawa Prabaning Arka,
Agung Dwi E

Tim Redaksi

KOMPAS.com - Kesadaran untuk melindungi satwa liar kini mendesak. Menurut Persatuan Bangsa-Bangsa (PBB), krisis alam yang semakin intensif membuat lebih dari satu juta spesies di dunia terancam punah.

Untuk meningkatkan kesadaran tersebut, Hari Satwa Liar Sedunia atau World Wildlife Day (WWD) diperingati setiap 3 Maret. Pada 2025, Hari Satwa Liar Sedunia mengusung tema “Wildlife Conservation Finance: Investing in People and Planet”.

Tema tersebut dipilih untuk mengajak masyarakat berinvestasi dalam sistem keuangan yang lebih berkelanjutan. Hal ini bertujuan untuk memastikan masa depan yang lebih baik bagi bumi dan seluruh isinya, termasuk satwa liar.

Baca juga: Tingkatkan Produktivitas, Ini Inovasi APRIL Group dalam Pengelolaan Hutan Berkelanjutan

Kesadaran akan kelestarian satwa liar telah ditunjukkan produsen kertas PaperOne, APRIL Group pada 2013 lewat inisiasi program restorasi ekosistem gambut di Semenanjung Kampar dan Pulau Padang, Riau, yaitu Restorasi Ekosistem Riau (RER).

Program tersebut bertujuan untuk melindungi dan memulihkan hutan terdegradasi. Selain itu, RER melalui upaya konservasi dan pemulihan habitat membantu menciptakan lingkungan yang aman bagi spesies langka. Kawasan ini juga memberikan manfaat ekologis yang lebih luas bagi manusia dan planet.

Dengan area lebih dari dua kali luas Singapura, per Desember 2024, RER kini menjadi rumah bagi 896 spesies flora dan fauna.

Menurut The International Union for Conservation of Nature (IUCN) per Desember 2024, kawasan tersebut menjadi habitat bagi 40 spesies rentan, 26 spesies terancam, dan 14 spesies kritis

Sebagai salah satu kawasan restorasi gambut terbesar di Asia Tenggara, RER berupaya menjaga keseimbangan ekosistem, melindungi keanekaragaman hayati, dan mendukung mitigasi perubahan iklim.

Baca juga: APRIL Group Terjun ke Bisnis Kemasan Berkelanjutan, Salah Satu Investasi Terbesar di Sumatra dalam Satu Dekade

Keberhasilan RER dalam memberikan habitat yang aman bagi satwa liar tidak terlepas dari komitmen besar APRIL untuk mendukung konservasi dan restorasi. Pada Conference of the Parties (COP) di Paris pada 2015, APRIL berkomitmen menginvestasikan dana sebesar 100 juta dolar AS selama 10 tahun untuk program konservasi dan restorasi.

Inisiatif tersebut kemudian diperkuat dengan peluncuran komitmen satu dekade APRIL2030 pada 2020. Salah satu isi inisiatif tersebut adalah komitmen investasi 1 dolar AS untuk setiap ton serat yang dipasok ke pabrik.

Hingga saat ini, komitmen tersebut berhasil mengalokasikan dana sebanyak 60 juta dollar AS untuk upaya konservasi dan restorasi sejak dijalankan pada 2020.

Model pendanaan inovatif yang dilakukan oleh APRIL melalui RER telah membawa manfaat bagi restorasi ekosistem gambut, mitigasi perubahan iklim, dan perlindungan satwa liar.

Lalu, apa saja satwa liar yang hidup di area RER? Simak ulasan berikut.

1. Harimau sumatera

International Union for Conservation of Nature and Natural Resources (IUCN) menggolongkan harimau sumatera atau Panthera tigris sumatrae sebagai spesies kritis akibat perburuan liar.

World Wide Fund for Nature (WWF) dan Wildlife Conservation Society (WCS) menyatakan bahwa Semenanjung Kampar dapat mendukung habitat bagi 50 harimau Sumatera.

Harimau sumatera.DOK. APRIL Group. Harimau sumatera.

Pada 2022, Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (LHK) melalui Balai Besar Konservasi Sumber Daya Alam Riau (BBKSDA Riau) menjadikan RER di Semenanjung Kampar sebagai lokasi pelepasliaran seekor harimau sumatra betina bernama Corina pada 2020. Hal ini menjadi salah satu capaian penting RER.

RER di Semenanjung Kampar dipilih lantaran layak sebagai habitat satwa liar dilindungi, termasuk harimau. Kawasan ini memiliki ketersediaan makanan atau mangsa yang cukup serta tutupan vegetasi yang baik.

Pada Juni 2022, keberadaan Corina terekam kembali di kamera jebak. Hal ini menandakan keberhasilan upaya konservasi harimau sumatera di area RER.

2. Trenggiling sunda

Trenggiling sunda (Manis javanica) merupakan salah satu dari 78 spesies mamalia yang tercatat di RER. Spesies ini tergolong satwa endemik Asia Tenggara yang sering ditemukan di habitat berhutan. Trenggiling menghabiskan sebagian besar hidupnya di pepohonan.

Saat ini, trenggiling sunda tergolong sebagai spesies kritis menurut IUCN. Ancaman terbesar bagi spesies ini adalah perburuan liar dan perdagangan di tingkat internasional.

Baca juga: APRIL Group Terjun ke Bisnis Kemasan Berkelanjutan, Salah Satu Investasi Terbesar di Sumatra dalam Satu Dekade

Untuk melindungi trenggiling sunda, pemerintah telah memasukkannya dalam daftar satwa yang dilindungi berdasarkan hukum Indonesia.

Trenggiling Sunda juga tercatat dalam daftar Convention on International Trade in Endangered Species (CITES) yang mencakup spesies terancam punah dan dilindungi dari perdagangan ilegal.

3. Bangau hutan rawa

Bangau hutan rawa atau bangau storm (Ciconia stormi) merupakan satwa asli Indonesia, Brunei Darussalam, Malaysia, Myanmar, dan Thailand. Bangau ini tercatat sebagai salah satu spesies yang terancam punah dan dapat dijumpai di kawasan RER.

Bangau hutan rawa.DOK. APRIL Group. Bangau hutan rawa.

Bangau storm merupakan spesies yang tidak suka menampakkan diri. Saat mencari makan, bangau ini biasanya melakukannya dalam senyap dengan gerakan lambat di sepanjang pinggiran sungai.

Tim RER mencatat bahwa bangau hutan rawa merupakan spesies penetap di Semenanjung Kampar. Dengan kata lain, spesies ini berada di RER sepanjang tahun dan berkembang biak di tempat ini.

4. Odonata

Odonata adalah ordo dari serangga karnivora yang terdiri dari capung dan capung jarum. Pada 2020, RER bekerja sama dengan ahli spesies odonata dan anggota IUCN Odonata Specialist Group, Dr Rory Dow, untuk melakukan survei pertama.

Berdasarkan survei tersebut, 57 spesies capung dan capung jarum tergolong terancam dan rentan. Survei ini juga menemukan Amphicnemis bebar untuk pertama kali di Indonesia.

Odonata.DOK. APRIL Group. Odonata.

Selanjutnya, survei lanjutan yang dilakukan pada 2023 menemukan 100 spesies odonata. Dari jumlah tersebut, 39 spesies di antaranya baru ditemukan di Riau dan dua spesies lain tergolong baru untuk ilmu pengetahuan.

Hasil survei tersebut menunjukkan keanekaragaman Odonata yang tinggi di RER. Survei ini sekaligus membuktikan bahwa habitat ini dalam kondisi sehat dan mendukung untuk pelestarian odonata atau capung.

Artikel ini merupakan bagian dari Lestari KG Media, sebuah inisiatif untuk akselerasi Tujuan Pembangunan Berkelanjutan. Selengkapnya

A member of
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau