Kompas.com - 01/12/2021, 16:45 WIB
Erlangga Satya Darmawan,
Sri Noviyanti

Tim Redaksi

JAKARTA, KOMPAS.com – Produsen serat, pulp, dan kertas Asia Pacific Resources International Limited (APRIL Group) mencatatkan sejumlah progres dalam menjalankan program keberlanjutan APRIL2030.

Progres tersebut dipaparkan langsung oleh Direktur Utama PT Riau Andalan Pulp and Paper (RAPP), unit operasional APRIL Group, Sihol Aritonang, Senin (29/11/2021).

Sebagai informasi, visi APRIL2030 diluncurkan pada November 2020 dan kini sudah berjalan kurang lebih satu tahun. Program ini merupakan bentuk aktif dan komitmen APRIL Group dalam mendukung Tujuan Pembangunan Berkelanjutan (SDGs) dan program prioritas pemerintah.

Adapun salah satu fokus dalam visi yang akan berjalan selama satu dekade itu adalah upaya mengurangi emisi dan mengatasi perubahan iklim.

Baca juga: APRIL2030: Aksi Nyata Wujudkan Akselerasi SDGs Satu Dekade ke Depan

Komitmen APRIL2030 mencakup target pencapaian net-zero emission dari penggunaan lahan serta pengurangan intensitas produksi karbon hingga 25 persen.

Dengan visi itu, APRIL Group berharap, keterlibatannya dapat menjadi solusi terhadap 18 target pada empat bidang, yakni iklim positif, kemajuan inklusif, pertumbuhan berkelanjutan, dan lanskap yang berkembang.

“Sejalan dengan prioritas pemerintah untuk merealisasikan strategi jangka panjang rendah karbon dan ketahanan iklim serta menjawab konsensus global akan pentingnya peran swasta untuk memitigasi perubahan iklim, APRIL menjalankan sejumlah strategi demi mengendalikan emisi (yang dihasilkan oleh perusahaan) kami sendiri,” ujar Sihol kepada awak media yang juga dihadiri Kompas.com.

Guna mendukung perwujudan iklim positif, Sihol mengatakan bahwa APRIL telah mengoptimalkan penggunaan energi terbarukan lewat pembangunan pembangkit listrik tenaga surya (solar panel) selama setahun terakhir.

“Pembangunan ini mendukung komitmen APRIL dalam merealisasikan penggunaan sumber energi terbarukan untuk kebutuhan pabrik hingga 90 persen sekaligus menurunkan kadar emisi karbon produk hingga 2030,” jelas Sihol.

Baca juga: COP26 Digelar, Bagaimana Komitmen Swasta Bantu Cegah Perubahan Iklim?

Saat ini, tambah Sihol, APRIL juga telah menyelesaikan tahap pertama proyek instalasi solar panel sebesar 1 megawatt (MW) dari rencana total 20 MW di lokasi operasional perusahaan di Pangkalan Kerinci, Provinsi Riau.

Proyek itu akan selesai dibangun pada 2025. Jika berjalan sesuai rencana, APRIL akan menjadi salah satu perusahaan swasta yang memiliki teknologi panel surya terbesar di Indonesia.

“Pembangunan pembangkit listrik tenaga surya ini tidak bisa kami lakukan tanpa dukungan dari pemerintah, khususnya Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (Kementerian LHK) yang telah memberikan izin untuk melakukan inovasi pembangunan solar panel di atas landfill yang sudah ditutup,” ujarnya.

Kemudian, lanjut Sihol, terkait dukungan terhadap kemajuan inklusif, APRIL merealisasikannya melalui serangkaian inisiatif transformatif, yakni peningkatan pelayanan kesehatan, pendidikan, kesetaraan gender, serta upaya menekan kemiskinan di sekitar wilayah operasionalnya.

Di bidang pendidikan, contohnya, APRIL Group mewujudkannya dengan memperluas dukungan peningkatan kualitas pendidikan kepada 172 sekolah yang berada dalam wilayah operasional kerja APRIL Group.

Bahkan, Sihol menyebut, ada beberapa sekolah di luar radius 50 kilometer dari wilayah operasional perusahaan yang juga mendapat dukungan.

Baca juga: Tekan Emisi, Grup APRIL Gandeng MAB Gunakan Bus Listrik

“APRIL juga bekerja sama dengan Tani Foundation, bagian dari TaniHub, untuk membantu petani lokal di sekitar wilayah operasional dalam bentuk pelatihan untuk meningkatkan kemampuan sehingga dapat mengembangkan perencanaan produksi di bidang pertanian yang lebih efektif,” kata Sihol.

Sementara, untuk mendukung pertumbuhan berkelanjutan, APRIL memperkenalkan serangkaian proyek khusus untuk mengurangi penggunaan air dan meningkatkan daur ulang air limbah dalam operasional perusahaan pada 2021.

Untuk memajukan lanskap yang berkembang, APRIL juga telah membangun laboratorium penelitian di fasilitas Eco-Camp. Laboratorium ini akan mendukung penelitian berkelanjutan mengenai ilmu lahan gambut tropis.

Tak hanya itu, APRIL terus melanjutkan kegiatan restorasi dan konservasi hutan di seluruh areal konsesi perusahaan dan mitra. Salah satunya adalah proyek restorasi terbesar di Pulau Sumatera, yakni Restorasi Ekosistem Riau.

Baca juga: Antisipasi Karhutla, APRIL Lanjutkan Program Desa Bebas Api dan Sosialisasikan Periode Rawan Kebakaran

Menurut Sihol, langkah tersebut sudah sejalan dengan target yang dicanangkan pemerintah guna mencapai komitmen kontribusi penurunan emisi yang ditetapkan secara nasional atau Nationally Determined Contribution (NDC) pada 2030 melalui "Indonesia FOLU Net Sink 2030".

Perlu diketahui, pemerintah meyakini bahwa sektor kehutanan dan penggunaan lahan lain atau forestry and other land use (FOLU) dapat berkontribusi hingga 60 persen untuk mencapai target penurunan emisi Indonesia.

Sihol Aritonang saat memaparkan progres APRIL2030Dok. APRIL Group Sihol Aritonang saat memaparkan progres APRIL2030

“Jadi, untuk setiap hektare (ha) lahan yang kami kelola sebagai hutan produksi, kami akan lakukan konservasi serta restorasi seluas 1 ha. Sejauh ini, sudah sekitar 81 persen lahan yang sudah kami konservasi. Tentu upaya kami sudah selaras dengan program pemerintah dalam FOLU 2030 sehingga target nol emisi karbon Indonesia dapat tercapai pada 2060 atau lebih cepat,” jelas Sihol.

Keterlibatan swasta

Sebelumnya, APRIL Group juga turut menjadi pembicara dalam gelaran Konferensi Perubahan Iklim Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) 2021 atau COP26 yang diselenggarakan di Glasgow, Skotlandia, Senin (8/11/2021).

Lewat perhelatan tersebut, APRIL memaparkan perannya sebagai representatif dari pihak swasta dalam menangani perubahan iklim.

Baca juga: Perbaiki Hutan Rawa Gambut, Restorasi Ekosistem Riau Catat Kemajuan Signifikan

Sebagai informasi, COP digelar rutin dengan mengumpulkan sejumlah pemimpin dunia untuk membahas topik-topik seputar perubahan iklim.

COP melahirkan beberapa kesepakatan baru dan mengajak negara peserta bertanggung jawab dalam memerangi pemanasan global. Tahun ini, kesepakatan tersebut dirangkum dalam perjanjian yang disebut The Glasgow Pact atau Pakta Iklim Glasgow.

Pakta Iklim Glasgow berisikan komitmen untuk mengurangi penggunaan bahan bakar fosil dan mendesak pengurangan emisi serta menjanjikan lebih banyak dana bagi negara-negara berkembang agar dapat beradaptasi dengan dampak iklim.

Salah satu poin penting mengenai kolaborasi pemerintah dan pihak nonpemerintah pun turut dibahas dalam konferensi tersebut. Target untuk mewujudkan ekosistem bumi yang lebih baik dinilai tak akan tercapai tanpa kolaborasi keduanya.

Baca juga: Sinergi Swasta dan Pemerintah dalam Memastikan Pencapaian SDGs di Tengah Pandemi

Di Indonesia, pemerintah secara khusus mendorong kolaborasi lintas sektor dalam mengatasi perubahan iklim dengan mengeluarkan Peraturan Presiden Nomor 98 Tahun 2021 tentang Penyelenggaraan Nilai Ekonomi Karbon untuk Pencapaian Target Kontribusi yang Ditetapkan Secara Nasional dan Pengendalian Emisi Gas Rumah Kaca Dalam Pembangunan Nasional.

Perpres tersebut memperluas sumber pendanaan aksi iklim melalui pelibatan sektor swasta dan aktor nonpemerintah. Lewat beleid tersebut, pihak nonpemerintah dapat ikut serta memperbaiki kualitas aset alam Indonesia, baik hutan, lahan gambut, maupun mangrove.

Adapun upaya yang dilakukan APRIL Group lewat visi APRIL2030 adalah bentuk nyata keterlibatan swasta. Jika langkah ini diikuti oleh pihak lain, tak mustahil target pemerintah untuk mengendalikan emisi gas rumah kaca sekaligus mewujudkan SDGs akan lebih cepat tercapai.

Artikel ini merupakan bagian dari Lestari KG Media, sebuah inisiatif untuk akselerasi Tujuan Pembangunan Berkelanjutan. Selengkapnya

A member of
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau