Kompas.com - 14/03/2022, 20:25 WIB
Aningtias Jatmika,
Agung Dwi E

Tim Redaksi

KOMPAS.com – Industri penghasil produk kayu olahan dan turunannya, mulai dari pulp, kertas, plywood, hingga furnitur, merupakan salah satu penopang perekonomian di Indonesia.

Data Asosiasi Pengusaha Hutan Indonesia (APHI) menyebutkan bahwa kinerja produk kehutanan tercatat positif pada awal 2022. Total ekspor produk kayu pada Januari 2022 mencapai 1,23 miliar dollar Amerika Serikat (AS). Angka ini naik sebesar 28,2 persen ketimbang Januari 2021.

Untuk wilayah Uni Eropa (UE) dan Inggris, ekspor pada Januari 2022 juga tercatat mengalami kenaikan sebesar 29,69 persen dengan nilai 104,1 juta dollar AS daripada kinerja 2021 yang hanya mencapai 80,2 juta dollar AS.

Catatan positif tersebut juga diimbangi oleh sumber daya dan kapasitas produksi yang tersedia di Indonesia, khususnya dalam industri pulp dan kertas.

Sebagai informasi, industri pulp Indonesia menempati peringkat kedelapan di dunia dan ketiga di Asia. Sementara itu, industri kertas menempati peringkat keenam dunia dan keempat Asia setelah China, Jepang, dan India.

Perolehan tersebut didapat dari kapasitas produksi pulp yang mencapai 11,83 juta ton dan kertas sebesar 17,94 juta ton per tahun.

Di tengah pandemi Covid-19, permintaan pulp dan kertas secara global masih meningkat sekitar 2,1 persen. Permintaan di dalam negeri pun tumbuh 63 persen dalam lima tahun terakhir.

Untuk diketahui, saat ini, Indonesia memiliki 99 perusahaan pulp dan kertas yang tersebar di sejumlah wilayah.

Produktivitas industri pulp dan kertas tak terlepas dari kondisi geologi Indonesia. Tanah Indonesia dinilai kondusif untuk pengembangan hutan tanaman industri (HTI).

Dengan iklim tropis, produksi kayu di Indonesia juga tumbuh lebih cepat ketimbang hutan di negara pesaing yang beriklim subtropis.

Hal tersebut membuat Indonesia mengungguli negara-negara penghasil hutan tanaman produktif, seperti Brasil, AS, dan China.

Penyerapan tenaga kerja

Industri pulp dan kertas merupakan salah satu sektor yang diprioritaskan oleh pemerintah. Hal ini tertuang dalam Peraturan Pemerintah No 14 Tahun 2015 tentang Rencana Induk Pembangunan Industri Nasional (RIPIN) 2015–2035.

Penetapan tersebut bukan tanpa sebab. Industri kertas berkontribusi terhadap perekonomian Tanah Air. Salah satunya, sebagai penyumbang devisa negara.

Selain menyumbang devisa, jumlah industri kertas dan produk turunannya yang besar itu juga mempunyai peran penting dalam membuka lapangan pekerjaan. APRIL Group Selain menyumbang devisa, jumlah industri kertas dan produk turunannya yang besar itu juga mempunyai peran penting dalam membuka lapangan pekerjaan.

Dikutip dari Katadata, Jumat (2/4/2021), industri pulp serta kertas menghasilkan Rp 101 triliun nilai ekspor dan menyerap investasi sebesar Rp 8,22 triliun pada 2019.

Selain menyumbang devisa, jumlah industri kertas dan produk turunannya yang besar itu juga mempunyai peran penting dalam membuka lapangan pekerjaan.

(Baca juga: Menengok Pusat Persemaian Rumpin yang Dikunjungi Jokowi bersama Dubes Negara Sahabat)

Masih berdasarkan data Kemenperin, industri pulp serta kertas mampu menyerap tenaga kerja langsung sebanyak 261.000 orang. Industri tersebut juga mempekerjakan 1,1 juta tenaga kerja tidak langsung di sepanjang rantai industri.

Seperti diketahui, tenaga kerja merupakan salah satu komponen penggerak ekonomi yang paling berpengaruh pada suatu negara.

Pasalnya, tenaga kerja merupakan orang-orang yang terlibat langsung dalam proses produksi suatu barang atau jasa. Adapun tenaga kerja terdiri dari penduduk yang berada dalam usia produktif, yakni antara 15 sampai 64 tahun.

Pengelolaan hutan berkelanjutan

Meski memiliki peluang besar untuk tumbuh, industri pulp dan kertas diharapkan terus menjalankan standar pengelolaan yang berkelanjutan sebagai bagian yang tak terpisahkan dari proses produksi.

Hal tersebut penting mengingat operasional bisnis yang baik harus berjalan berdampingan dengan upaya untuk menjaga lingkungan. Dengan begitu, bisnis yang berkelanjutan akan terjaga sekaligus berkontribusi positif bagi bumi.

Di Indonesia, jaminan suatu produk kayu berasal dari sumber yang legal dan dapat dipertanggungjawabkan dapat dibuktikan dengan kepemilikan sertifikat Sistem Verifikasi Legalitas Kayu (SVLK). Sertifikat ini dikeluarkan oleh Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (LHK).

Kayu disebut legal bila sumber, izin penebangan, sistem dan prosedur penebangan, pengangkutan, pengolahan, serta perdagangan atau pemindahtanganannya memenuhi semua persyaratan yang berlaku.

(Baca juga: Perbaiki Hutan Rawa Gambut, Restorasi Ekosistem Riau Catat Kemajuan Signifikan)

Dengan SVLK, konsumen di luar negeri pun tak perlu lagi meragukan legalitas kayu yang berasal dari Indonesia.

Selain SVLK, terdapat berbagai sertifikasi legalitas produk hutan yang juga diakui dan digunakan untuk perdagangan di berbagai belahan dunia. Beberapa di antaranya adalah Programme for the Endorsement of Forest Certification (PEFC) dan Forest Stewardship Council (FSC).

Sebagai komitmen dalam pelestarian lingkungan, UE juga menerapkan FLEGT License bagi negara yang memiliki kerja sama voluntary partnership agreement (VPA).

Untuk diketahui, VPA merupakan kesepakatan bilateral yang mengatur perdagangan kayu dari negara produsen kayu ke negara-negara UE.

Adapun FLEGT License adalah program UE untuk mengatasi masalah pembalakan liar dan perdagangan produk-produk kayu ilegal.

Pendekatan proteksi-produksi yang diterapkan perusahaan pulp dan kertas, Grup APRIL.Grup APRIL Pendekatan proteksi-produksi yang diterapkan perusahaan pulp dan kertas, Grup APRIL.

Sertifikat tersebut menjamin bahwa kayu yang berasal dari negara VPA telah dipanen, diproses, dan diekspor dengan mengedepankan prinsip berkelanjutan sesuai hukum yang berlaku.

Indonesia sendiri menjadi satu-satunya negara VPA yang mengantongi sertifikat produk kayu (SLK) yang sudah disetarakan dengan FLEGT License. Oleh sebab itu, Indonesia punya peluang besar untuk meningkatkan pangsa pasar produk kayu di UE di tengah rencana penerapan kebijakan rantai pasok bebas deforestasi atau Deforestation-free Supply Chain (DFSC).

Duta Besar Indonesia untuk Belgia yang merangkap Luksemburg dan UE Andri Hadi mengatakan, meski belum mendominasi pasar UE, kinerja ekspor produk kayu Indonesia menunjukkan peningkatan sejak terjalin FLEGT VPA.

(Baca juga: Sinergi Swasta dan Pemerintah dalam Memastikan Pencapaian SDGs di Tengah Pandemi)

Dalam audiensi Forum Komunikasi Masyarakat Perhutanan Indonesia (FKMPI) yang digelar secara daring pada Jumat (25/2/2022), Andri menjelaskan, saat FLEGT VPA pertama kali terjalin pada 2016, ekspor produk kayu Indonesia tercatat 813,5 juta euro. Angka ini naik secara konsisten hingga mencapai 1,07 miliar euro pada 2021.

“Produk turunan kayu, seperti parket kayu, furnitur, kertas, dan kayu lapis, menunjukkan kenaikan lebih dari 20 persen pada 2021 ketimbang tahun 2020,” ujar Andri dalam siaran pers yang diterima Kompas.com, Jumat (4/3/2022).

Berkaca pada hal tersebut, tak heran aspek keberlanjutan merupakan hal penting dan vital untuk menjamin keberlangsungan bisnis sekaligus menjaga bumi.

Komitmen perusahaan terhadap keberlanjutan

Di Indonesia, salah satu korporasi yang secara aktif mengedepankan prinsip keberlanjutan adalah APRIL Group.

Sebagai informasi, APRIL merupakan salah satu produsen serat, pulp, dan kertas terbesar di dunia yang operasionalnya terintegrasi dengan pengelolaan hutan tanaman industri (HTI) berkelanjutan.

Berlokasi di Pangkalan Kerinci, Provinsi Riau, pabrik APRIL mampu memproduksi hingga 2,8 juta ton pulp dan 1,15 ton kertas per tahun. Salah satu produk unggulan APRIL adalah kertas PaperOne yang telah dipasarkan ke 70 negara.

Kertas PaperOne, salah satu produk unggulan APRIL Group, yang telah dipasarkan ke 70 negara. APRIL Group Kertas PaperOne, salah satu produk unggulan APRIL Group, yang telah dipasarkan ke 70 negara.

Dalam memastikan penerapan pengelolaan hutan yang berkelanjutan, APRIL berpegangan pada kebijakan Sustainable Forest Management Policy (SFMP) 2.0. Komitmen keberlanjutan perusahaan diperkuat dengan peluncuran komitmen satu dekade “APRIL2030” pada 2020.

Melalui APRIL2030, APRIL berkomitmen untuk memberikan dampak positif bagi alam, iklim, serta masyarakat dengan tetap menjadi perusahaan yang terus tumbuh dan senantiasa memperhatikan aspek keberlanjutan.

(Baca juga: Dukung Pemerintah Atasi Perubahan Iklim, Komitmen APRIL2030 Catatkan Kemajuan Nyata)

Adapun APRIL2030 memiliki empat pilar utama yang terdiri dari serangkaian target dengan fokus mewujudkan pembangunan berkelanjutan selama satu dekade ke depan.

Keempat pilar tersebut adalah mewujudkan iklim positif, mendukung lanskap yang berkembang, mencapai kemajuan inklusif, dan tumbuh menjadi perusahaan yang semakin berkelanjutan pada 2030.

Salah satu upaya APRIL dalam mewujudkan iklim positif adalah komitmen meningkatkan penggunaan energi terbarukan yang ramah lingkungan untuk memenuhi 90 persen kebutuhan energi pabrik dan 50 persen energi operasional.

Adapun untuk keperluan tersebut, APRIL telah memasang panel surya sebagai sumber energi terbarukan.

Direktur Utama PT Riau Andalan Pulp and Paper (RAPP), unit operasional APRIL Group, Sihol Aritonang mengatakan, APRIL telah menyelesaikan tahap pertama proyek instalasi panel surya sebesar 1 megawatt (MW) dari rencana total 20 MW di lokasi operasional perusahaan di Pangkalan Kerinci.

Proyek itu akan selesai dibangun pada 2025. Jika berjalan sesuai rencana, APRIL akan menjadi salah satu perusahaan swasta yang memiliki teknologi panel surya terbesar di Indonesia.

“Sejalan dengan prioritas pemerintah untuk merealisasikan strategi jangka panjang rendah karbon dan ketahanan iklim serta menjawab konsensus global tentang pentingnya peran swasta untuk memitigasi perubahan iklim, APRIL menjalankan sejumlah strategi demi mengendalikan emisi kami sendiri,” ujar Sihol.

Direktur Utama PT Riau Andalan Pulp and Paper (RAPP), unit operasional APRIL Group, Sihol Aritonang saat memberikan pemaparan mengenai progres APRIL2030Dok. APRIL Group Direktur Utama PT Riau Andalan Pulp and Paper (RAPP), unit operasional APRIL Group, Sihol Aritonang saat memberikan pemaparan mengenai progres APRIL2030

Tak hanya itu, APRIL juga mendorong upaya konservasi sebagai bagian dari pendekatan proteksi-produksi dalam pengelolaan lanskap yang berkembang. Salah satu implementasi yang telah dilakukan adalah mendirikan laboratorium penelitian di fasilitas Eco-Camp. Laboratorium ini akan mendukung penelitian berkelanjutan mengenai ilmu lahan gambut tropis.

(Baca juga: APRIL2030: Aksi Nyata Wujudkan Akselerasi SDGs Satu Dekade ke Depan)

Adapun target dari agenda itu adalah menciptakan zero net loss pada kawasan konservasi, menaikkan 50 persen produktivitas hutan tanaman industri, serta mendukung inisiatif kolaborasi dari pemangku kepentingan untuk perlindungan spesies dan peningkatan manfaat keanekaragaman hayati.

Menurut Sihol, langkah tersebut sejalan dengan target yang dicanangkan pemerintah guna mencapai komitmen kontribusi penurunan emisi yang ditetapkan secara nasional atau Nationally Determined Contribution (NDC) pada 2030 melalui "Indonesia FOLU Net Sink 2030".

APRIL juga mendukung kemajuan inklusif dengan memberdayakan masyarakat. Tujuan program pemberdayaan adalah untuk menghapus kemiskinan ekstrem pada radius 50 kilometer (km) dari area operasional APRIL, mengurangi stunting di Riau hingga 50 persen, meningkatkan kualitas pendidikan dasar dan menengah, serta memastikan kesetaraan gender tercipta.

Terakhir, APRIL berkomitmen pada pertumbuhan yang berkelanjutan lewat diversifikasi, bisnis sirkular, dan produksi yang bertanggung jawab hingga 2030. Hal ini diwujudkan dengan sejumlah rencana nyata. Salah satunya adalah memperkenalkan serangkaian proyek khusus untuk mengurangi penggunaan air dan meningkatkan daur ulang air limbah.

Komitmen keberlanjutan yang dilakukan APRIL Group diharapkan bisa diikuti oleh korporasi lain. Pasalnya, menjaga kelangsungan bumi bukan tugas segelintir pihak, melainkan kewajiban kolektif antarsektor.

Artikel ini merupakan bagian dari Lestari KG Media, sebuah inisiatif untuk akselerasi Tujuan Pembangunan Berkelanjutan. Selengkapnya

A member of
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau