KOMPAS.com – Sektor swasta berperan penting dan berkontribusi secara strategis untuk mengurangi tingkat emisi karbon global melalui solusi berbasis alam atau nature-based solution.
Hal tersebut disampaikan Managing Director Royal Golden Eagle (RGE) Group Anderson Tanoto pada sesi pleno bertajuk “Creating a Sustainable Resilient Economy Through Innovation” dalam Business 20 (B20) Summit yang digelar di Bali, Minggu (13/11/2022).
Sebagai informasi, B20 merupakan bagian dari Konferensi Tingkat Tinggi (KTT) Group of Twenty (G20).
Dalam kesempatan tersebut, Anderson menegaskan komitmen RGE, melalui unit usahanya, yakni APRIL Group, dalam mendukung ekonomi rendah karbon dan transisi energi berkelanjutan melalui nature-based solution.
Sebagai salah satu produsen produk bio-based berkelanjutan di dunia, APRIL Group merilis visi keberlanjutan APRIL2030. Salah satu target visi ini adalah pencapaian climate positive.
Pada 2030, produsen kertas merek “PaperOne” itu berkomitmen untuk mencapai pengurangan intensitas emisi karbon sebesar 25 persen. Komitmen ini dapat dicapai lewat investasi dalam bidang riset dan teknologi, serta pengoptimalan sumber daya terbarukan dan energi bersih untuk operasional pabrik dan produksi serat.
Anderson mengatakan, demi mencapai target itu, APRIL Group membangun panel surya berkapasitas 20 megawatt (MW) guna mengurangi bauran energi yang bersumber dari fosil.
“Dengan panel surya itu, penggunaan energi baru dan terbarukan (EBT) di APRIL Group diharapkan dapat mencapai 90 persen,” jelas Anderson dalam siaran pers yang diterima Kompas.com, Selasa (15/11/2022).
Dia menambahkan, penggunaan energi surya juga membuat pihaknya mendapat manfaat. Sebab, di tengah kenaikan harga energi fosil, tren biaya modal atau capital expenditure (capex) untuk pembangunan panel surya justru menurun.
Oleh sebab itu, pihaknya berinisiatif untuk meningkatkan kapasitas pembangunan panel surya menjadi di atas 40 MW hingga 2025.
“Hal terpenting adalah sektor swasta dapat mengembangkan inovasi dari teknologi yang sudah dimiliki guna mendukung ekonomi berkelanjutan,” kata Anderson.
Perlu diketahui, komitmen keberlanjutan APRIL telah dimulai sejak lama. Selain memanfaatkan EBT, inovasi berbasis alam yang juga dilakukan APRIL Group adalah program “1 for 1” yang dicanangkan pada Konferensi Perubahan Iklim atau Climate Change Conference of the Parties ke-21 (COP21) di Paris, Prancis, pada 2015.
“Lewat program tersebut, APRIL Group berkomitmen untuk mengonservasi atau merestorasi 1 hektare (ha) lahan dari setiap 1 ha lahan hutan tanaman industri (HTI) yang dikelola,” tutur Anderson.
Adapun komitmen tersebut diwujudkan APRIL Group melalui program Restorasi Ekosistem Riau (RER) yang dilakukan di Semenanjung Kampar dan Pulau Padang, Provinsi Riau. Program ini menargetkan area seluas 150.000 ha atau seluas Kota London, Inggris.
Baca juga: Restorasi Ekosistem Riau Catat Kemajuan dalam Perbaikan Hutan Rawa Gambut Utuh di Sumatera
Lewat program itu, APRIL Group berupaya melindungi serta menjaga ekosistem hutan rawa gambut utuh terbesar di Pulau Sumatera, termasuk keanekaragaman hayati dan potensi karbon di dalamnya.
Sebelumnya, Direktur Utama Riau Andalan Pulp and Paper (RAPP) Sihol Aritonang mengatakan, perubahan iklim menjadi potensi risiko yang dihadapi berbagai perusahaan. Ia menilai bahwa risiko tersebut sama dengan risiko bisnis lainnya.
RAPP sendiri merupakan unit operasional APRIL Group yang berlokasi di Pangkalan Kerinci, Provinsi Riau.
“Secara eksternal, sektor bisnis dituntut untuk cepat tanggap dan berkontribusi nyata dalam memitigasi perubahan iklim,” ujar Sihol dalam diskusi panel Net Zero Summit yang menjadi rangkaian acara B20 di Bali, Jumat (11/11/2022).
Menjawab hal tersebut, APRIL Group mempraktikkan tata kelola berkelanjutan sebagai upaya mitigasi perubahan iklim.
Baca juga: Menilik Potensi Industri Pulp dan Kertas Berkelanjutan sebagai Penggerak Perekonomian Indonesia
Sihol menjelaskan, penerapan tata kelola iklim dalam perusahaan bergantung pada empat hal. Pertama, struktur tata kelola yang fokus pada agenda keberlanjutan dan mitigasi iklim.
Kedua, identifikasi serta penilaian risiko dan peluang terkait iklim yang dikembangkan dalam komitmen APRIL2030 perusahaan.
Sebagai informasi, APRIL 2030 merupakan komitmen satu dekade APRIL Group untuk memberikan dampak positif bagi alam, iklim, serta masyarakat dengan tetap menjadi perusahaan yang terus tumbuh dan senantiasa memperhatikan aspek keberlanjutan.
Ketiga, integrasi risiko serta peluang terkait perubahan iklim ke dalam strategi perusahaan, proses manajemen risiko, dan keputusan investasi. Keempat, dialog dengan berbagai pemangku kepentingan sebagai upaya pembelajaran.
APRIL Group pun membentuk Komite Manajemen Eksekutif yang bertugas memimpin penerapan keberlanjutan dan mitigasi iklim. Penerapan ini pun diimplementasikan dalam setiap divisi bisnis, mulai dari fiber operations hingga pengembangan masyarakat.
Kemudian, APRIL Group juga memiliki kelompok independen yang terdiri dari ahli kehutanan dan social stakeholder advisory committee (SAC). Kelompok independen ini bertugas mengawasi pelaksanaan komitmen keberlanjutan APRIL dan memberikan masukan mengenai mitigasi iklim untuk bisnis.
Baca juga: Persemaian Rumpin, Contoh Nyata Kolaborasi Pemerintah-Swasta Atasi Perubahan Iklim
Menurut Sihol, berbagai langkah tersebut menunjukkan kontribusi aktif APRIL Group dalam mendukung komitmen pemerintah untuk penurunan emisi yang ditetapkan secara nasional atau Nationally Determined Contribution (NDC) pada 2030 melalui "Indonesia FOLU Net Sink 2030".
Perlu diketahui, pemerintah meyakini bahwa sektor kehutanan dan penggunaan lahan lain atau forestry and other land use (FOLU) dapat berkontribusi hingga 60 persen untuk mencapai target penurunan emisi Indonesia.
Adapun kontribusi tersebut dilakukan APRIL Group di berbagai lini. Di hulu, misalnya, APRIL Group melakukan konservasi kawasan, perlindungan keanekaragaman hayati, dan menerapkan kebijakan zero tolerance dalam deforestasi.
“Sementara di hilir, APRIL Group beralih pada penggunaan EBT dan berinvestasi pada teknologi sirkular,” ujar Sihol.
Artikel ini merupakan bagian dari Lestari KG Media, sebuah inisiatif untuk akselerasi Tujuan Pembangunan Berkelanjutan. Selengkapnya