Kompas.com - 18/01/2023, 16:27 WIB
Rindu Pradipta Hestya,
Agung Dwi E

Tim Redaksi

KOMPAS.com – Moda transportasi rendah karbon semakin dilirik sebagai salah satu solusi untuk mengurangi emisi gas rumah kaca (GRK) serta menekan dampak perubahan iklim yang semakin nyata.

Dalam merespons perubahan iklim, pemerintah Indonesia pun telah menaikkan target pengurangan emisi secara mandiri dari 29 persen menjadi 31,89 persen pada 2030. Target pengurangan emisi dengan dukungan internasional juga dinaikkan dari 41 persen menjadi 43,20 persen.

Baca juga: Indonesia Minta Negara Maju Contohkan Pengurangan Emisi

Revisi target pengurangan emisi pada dokumen Nationally Determined Contribution (NDC) tersebut dilakukan agar Indonesia bisa mencapai net zero emissions (NZE) atau emisi nol bersih pada 2060.

Adapun salah satu upaya yang dilakukan pemerintah adalah mendorong pelaku industri untuk melakukan transisi energi bersih. Moda transportasi rendah karbon, seperti mobil ataupun bus listrik, dapat menjadi pilihan utama untuk mendukung mitigasi iklim.

Komitmen itu didukung penuh oleh swasta, salah satunya adalah APRIL Group yang merupakan produsen kertas “PaperOne”. Lewat unit operasionalnya, PT Riau Andalan Pulp and Paper (RAPP), APRIL menambah empat bus listrik bertipe MD 12E Normal Floor (NF) untuk menyediakan transportasi rendah karbon di lingkungan operasional pabrik yang berlokasi di Pangkalan Kerinci, Provinsi Riau.

Baca juga: Tekan Emisi, Grup APRIL Gandeng MAB Gunakan Bus Listrik

Empat bus tersebut melengkapi dua bus yang sebelumnya telah beroperasi di kompleks RAPP.
Kedatangan empat bus ini semakin menarik karena seluruh bus listrik yang digunakan APRIL diproduksi oleh PT Mobil Anak Bangsa (MAB), produsen bus listrik dalam negeri.

Penyerahan bus listrik secara simbolis oleh Direktur Utama MAB Kelik Irwanto dengan menyerahkan kunci bus listrik dan Surat Tanda Nomor Kendaraan (STNK) kepada Chief Operating Officer (COO) RAPP Eduward Ginting, Senin (16/1/2023).APRIL Penyerahan bus listrik secara simbolis oleh Direktur Utama MAB Kelik Irwanto dengan menyerahkan kunci bus listrik dan Surat Tanda Nomor Kendaraan (STNK) kepada Chief Operating Officer (COO) RAPP Eduward Ginting, Senin (16/1/2023).

Direktur Utama RAPP Sihol Aritonang mengatakan, peralihan ke kendaraan listrik yang dilakukan RAPP sejalan dengan komitmen keberlanjutan APRIL2030. Melalui program ini, APRIL berupaya mengurangi emisi karbon pada 2030 dengan berbagai upaya. Beberapa program di antaranya adalah dengan mengoptimalkan penggunaan sumber energi terbarukan di lingkungan pabrik.

Ia melanjutkan, APRIL2030 juga menjadi bentuk dukungan APRIL terhadap upaya pemerintah dalam mencapai target NZE pada 2060.

“RAPP konsisten dalam mengimplementasikan komitmen sustainability (keberlanjutan) kami, termasuk dengan beralih menggunakan energi baru dan terbarukan (EBT). Kami bangga, RAPP bisa menambah 4 bus listrik dan secara total telah mengoperasikan 6 bus listrik sejak awal 2023,” kata Sihol dalam siaran pers, Selasa (17/1/2023).

Baca juga: Jaringan Masyarakat Gambut Riau Pertanyakan Komitmen Sustainability RAPP

Serah terima bus listrik dilakukan secara simbolis oleh Direktur Utama MAB Kelik Irwanto dengan menyerahkan kunci bus listrik dan Surat Tanda Nomor Kendaraan (STNK) kepada Chief Operating Officer (COO) RAPP Eduward Ginting, Senin (16/1/2023).

Sebagai informasi, APRIL telah melakukan factory acceptance test guna memastikan produksi bus listrik MAB tipe MD 12E NF telah sesuai dari sisi kualitas. Setiap unit bus listrik MD 12E juga telah dinyatakan lulus uji berkala oleh Kementerian Perhubungan (Kemenhub).

APRIL juga sudah memiliki charging station untuk pengisian daya bus listrik.

Pada kesempatan sama, Kelik memberikan apresiasi kepada RAPP sebagai perusahaan pertama di Indonesia yang membeli bus listrik keluaran MAB pada 2021. Dengan menggunakan bus listrik, RAPP menunjukkan kontribusinya dalam aksi mitigasi iklim.

Berdasarkan data dari MAB, penggunaan satu bus listrik dapat mengurangi emisi hingga 78,986 kilogram (kg) karbon dioksida (CO2) per tahun ketimbang pemakaian bus berbahan bakar fosil.

Baca juga: APRIL Group Paparkan Upaya untuk Wujudkan Net Sink pada 2030 di Gelaran COP 27

Tak hanya itu, penggunaan bus listrik juga membantu RAPP dalam memangkas 25,1 kg karbon monoksida (CO) dan menghilangkan keluaran limbah bahan berbahaya dan beracun (B3) berupa oli bekas.

Selain menguntungkan bagi lingkungan, perusahaan atau masyarakat yang telah beralih menggunakan kendaraan listrik juga dapat merasakan manfaat nyata dari dampak ekonomi melalui penggunaan kendaraan listrik.

APRIL Grup membeli bus listrik bertipe MD 12E Normal Floor (NF) demi menyediakan transportasi rendah karbon di lingkungan operasional pabrik yang berlokasi di Pangkalan Kerinci, Provinsi Riau.APRIL APRIL Grup membeli bus listrik bertipe MD 12E Normal Floor (NF) demi menyediakan transportasi rendah karbon di lingkungan operasional pabrik yang berlokasi di Pangkalan Kerinci, Provinsi Riau.

Pasalnya, penggunaan bus atau mobil listrik juga terbukti dapat menghemat kantong karena tidak perlu melakukan pengisian bahan bakar minyak (BBM). Dalam perhitungan RAPP, setiap satu liter BBM setara dengan 1,3 kilowatt-jam (kWh).

Dengan perbandingan harga BBM per liter sekitar Rp 10.000-13.000 dan harga listrik Rp 1.400 per kWh, penggunaan bus listrik sedikitnya sepertujuh lebih murah jika dibandingkan kendaraan berbasis BBM.

Baca juga: APRIL Group Kucurkan Rp 10 Triliun untuk Bangun Pabrik Kain Sintetis di Riau

MAB sendiri merupakan satu-satunya produsen sekaligus prinsipal dalam negeri untuk kendaraan listrik berbasis baterai (KLBB). Sejak berdiri pada 2017, MAB juga telah mendapatkan persetujuan uji tipe dari Kemenhub untuk produksi bus listrik di Indonesia.

“Saya mewakili MAB mengucapkan terima kasih kepada RAPP atas kepercayaan menggunakan bus listrik produksi MAB. MAB akan terus menghasilkan produk kendaraan listrik yang berkualitas untuk Indonesia,” ujar Kelik.

Selain beralih ke bus listrik, komitmen RAPP dalam mengoptimalkan penggunaan sumber energi terbarukan juga dilakukan dengan membangun panel surya untuk menggerakkan pabrik pulp dan kertas. Saat ini, pembangunan baru mencapai total 10 megawatt (MW) dari target 20-35 MW pada 2025. 

Artikel ini merupakan bagian dari Lestari KG Media, sebuah inisiatif untuk akselerasi Tujuan Pembangunan Berkelanjutan. Selengkapnya

A member of
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau