Menengok Capaian Komitmen April Group dalam Upaya Konservasi dan Restorasi

Kompas.com - 31/05/2023, 15:05 WIB
Hotria Mariana,
Anissa DW

Tim Redaksi

KOMPAS.com – Sebagai upaya mitigasi perubahan iklim dan menjaga kelestarian keanekaragaman hayati, para pelaku usaha di berbagai sektor kini dituntut lebih peduli terhadap isu environmental (lingkungan), social (sosial), dan governance (tata kelola) atau ESG.

Hal tersebut kian urgen dengan diluncurkannya laporan The Global Risk 2023. Laporan tahunan World Economic Forum ini menyebut bahwa kerusakan keanekaragaman hayati dan ekosistem beserta perubahan iklim dan cuaca ekstrem menjadi salah satu ancaman global terbesar di bidang lingkungan pada masa mendatang.

Tanpa perubahan kebijakan dari pemangku kepentingan dan investasi yang signifikan dari sektor swasta, keruntuhan ekosistem diprediksi terjadi lebih cepat. Risiko bencana alam pun lebih besar sehingga langkah-langkah mitigasi iklim terbatas.

Hal tersebut akan meningkatkan risiko bencana alam dan membatasi langkah-langkah mitigasi iklim.

Baca juga: Pemerintah dan Swasta Siapkan Langkah Mitigasi Karhutla 2023

Di Indonesia, langkah mitigasi perubahan iklim dan perlindungan keanekaragaman hayati telah ditunjukkan sejumlah perusahaan. Salah satunya adalah April Group.

Produsen serat, pulp, dan kertas yang juga mengelola hutan tanaman industri (HTI) di Pangkalan Kerinci, Riau, itu aktif melakukan berbagai konservasi dan restorasi dalam mendukung pengelolaan hutan yang berkelanjutan.

Adapun konservasi bertujuan menjaga ekosistem yang masih dalam kondisi baik. Sementara, restorasi bertujuan memulihkan ekosistem yang telah mengalami kerusakan atau degradasi.

Sejak 2015, April Group memiliki komitmen 1-for-1. Jadi, setiap 1 hektare (ha) lahan hutan yang dikelola untuk produksi, akan dikonservasi atau direstorasi dengan luas sama.

Baca juga: Kunjungan ke APRIL Group, Kadin Ajak Swasta Contoh Pembangunan Panel Surya

Bagi produsen kertas merek PaperOne itu, keberadaan operasional HTI di dekat area restorasi tidak hanya memberikan perlindungan dan pengawasan terhadap area yang dilindungi. Metode yang dikenal produksi-proteksi ini juga berkontribusi dalam bentuk pendanaan lewat produksi HTI.

Menurut laporan keberlanjutan April Group terbaru, inisiatif perseroan dalam mengonservasi dan merestorasi lahan mencapai 361.000 ha. Jumlah ini setara dengan 80 persen dari total luas hutan tanaman produksi kelolaan April Group saat ini.

Direktur Utama PT Riau Andalan Pulp and Paper (RAPP) Unit Operasional April Group Sihol Aritonang mengatakan bahwa pihaknya akan terus mengejar target 100 persen pemenuhan komitmen 1-for-1 hingga 2030.

“Komitmen April Group di bidang konservasi dan restorasi ini selaras dalam mendorong target pemerintah untuk mencapai Forestry and Other Land Uses (FOLU) Net Sink sehingga kami berharap target nol emisi karbon Indonesia dapat tercapai pada 2060 atau lebih cepat,” kata Sihol dalam keterangan tertulis yang diterima Kompas.com, Selasa (30/5/2023).

Baca juga: Konsisten Tekan Emisi dalam Operasional Bisnis, RAPP Tambah 4 Bus Listrik

Sebagai informasi, FOLU Net Sink merupakan program prioritas pemerintah lewat Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK) dalam memitigasi dampak perubahan iklim.

Dalam program tersebut, terdapat aturan soal penyerapan karbon harus setara atau lebih tinggi dari emisi yang dikeluarkan sektor kehutanan pada 2030. Adapun upaya yang berkontribusi langsung terhadap target FOLU adalah pengelolaan hutan lestari dan restorasi.

Untuk diketahui, luasan kawasan konservasi dan restorasi April Group mencakup proyek restorasi hutan rawa gambut terbesar di Pulau Sumatera dan Restorasi Ekosistem Riau (RER) yang berlokasi di Semenanjung Kampar dan Pulau Padang.

Kawasan proyek RER sendiri mencapai 150.693 ha atau setara dengan dua kali luas wilayah Singapura.

Baca juga: Di B20 Summit, Anderson Tanoto Paparkan Urgensi Peran Swasta dalam Mendukung Ekonomi Berkelanjutan

Ilustrasi hutan konservasi.Dok. April Group Ilustrasi hutan konservasi.

RER jadi proyek restorasi terbesar di Sumatera

Oleh April Group, RER diinisiasi pada 2013 dengan tujuan melindungi, merestorasi, dan melestarikan ekosistem di lahan gambut sembari menjaga stok karbon dan keanekaragaman hayati.

Keseriusan April Group terhadap proyek RER dibuktikan dalam Konferensi Perubahan Iklim Perserikatan Bangsa-Bangsa atau Conference of The Parties (COP) di Paris pada 2015.

Dalam konferensi itu, perusahaan menginvestasikan dana sebesar 100 juta dollar AS untuk kegiatan restorasi RER selama 10 tahun.

Memasuki tahun ke-10, April Group lewat proyek RER mampu mengidentifikasi 846 spesies biota yang diperlukan dalam menjaga dan memulihkan kawasan hutan, sebagaimana Laporan Kemajuan RER 2021.

Baca juga: APRIL Group Paparkan Upaya untuk Wujudkan Net Sink pada 2030 di Gelaran COP 27

Keseluruhan biota itu meliputi 78 spesies mamalia, 317 spesies burung, 106 spesies amfibi dan reptil, 198 spesies pohon, 89 spesies ikan, dan 58 spesies serangga.

Dari total tersebut, sebanyak 37 spesies di antaranya merupakan spesies dengan kategori rentan, 22 spesies terancam, dan 13 spesies kritis menurut daftar The International Union for Conservation of Nature (IUCN).

Masih dari laporan sama, lewat proyek RER, April Group sukses merestorasi hutan seluas hampir 12.000 ha dan mengembangkan 38.000 bibit di tujuh persemaian alam di kawasan RER. Selain itu, membangun 87 bendungan untuk menutup 31 sistem kanal sepanjang 176,3 kilometer (km) di Semenanjung Kampar dan Pulau Padang.

Lebih dari itu, selama sembilan tahun berturut-turut, kawasan hutan dalam proyek RER juga terhindar dari kebakaran.

Baca juga: Persemaian Rumpin, Contoh Nyata Kolaborasi Pemerintah-Swasta Atasi Perubahan Iklim

Pada 2021, April Group mendirikan Eco-Research Camp di kawasan RER. Sejak saat itu, kawasan ini bertambah fungsi, yakni sebagai pusat eksplorasi, kolaborasi, dan edukasi tentang lanskap rawa gambut tropis di Tanah Air.

Belum lama ini, tim ekolog RER berhasil mempublikasikan artikel terkait eksistensi kucing tandang (Prionailurus planiceps) di Semenanjung Kampar dalam jurnal peer-review, Oryx - The International Journal of Convention.

April Group akan terus berkomitmen untuk mendanai sektor konservasi dan restorasi hingga 2030.

Pada 2020 saja, perusahaan itu telah menyisihkan 1 dollar AS dari setiap ton serat HTI yang dipanen per tahun.

Baca juga: Tak Hanya Tren, Fesyen Berkelanjutan Kini Jadi Kebutuhan

Hal tersebut merupakan salah satu target dalam komitmen keberlanjutan satu dekade April Group, APRIL2030.

Melalui APRIL2030, perusahaan akan memperkuat dukungan dalam pelestarian satwa liar di Indonesia, termasuk spesies yang terancam punah, melalui kemitraan dan kerja sama.

Seluruh komitmen APRIL2030 diharapkan dapat memberikan dampak positif bagi alam, iklim, dan masyarakat, serta mendorong pertumbuhan berkelanjutan bagi perusahaan, sebagaimana Tujuan Pembangunan Berkelanjutan atau Sustainable Development Goals (SDGs) yang digagas Perserikatan Bangsa Bangsa (PBB).

Artikel ini merupakan bagian dari Lestari KG Media, sebuah inisiatif untuk akselerasi Tujuan Pembangunan Berkelanjutan. Selengkapnya

A member of
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com