Sebagai awal, letakkan sedikit makanan di bibir bayi. Jika tidak ada reaksi alergi setelah beberapa menit, berikan sedikit lebih banyak.
Contoh, campurkan seperempat sendok teh telur rebus atau selai kacang ke makanan yang biasa bayi makan (seperti pure sayuran).
Jika bayi tidak mengalami reaksi alergi, tingkatkan jumlahnya secara bertahap di waktu berikutnya. Menjadi setengah sendok teh, misalnya.
Baca juga: Jangan Sembarangan Saat Memberi MPASI Bayi
Setiap kali menawarkan makanan baru, tunggu tiga hingga lima hari sebelum memperkenalkan makanan lain.
Makanan baru sebaiknya diperkenalkan pada saat makan siang daripada makan malam karena reaksi bayi jika memiliki alergi akan tampak lebih jelas.
Apabila bayi tidak menunjukkan reaksi alergi, berikan terus makanan tersebut secara teratur (dua kali seminggu). Jika tidak, dikhawatirkan bisa memicu timbulnya alergi si kecil terhadap makanan itu.
Bila bayi mengalami reaksi alergi pada makanan yang dicoba, hentikan segera. Konsultasikan kondisi ini pada dokter.
Baca juga: Studi Buktikan, Bermain di Alam Kurangi Risiko Alergi pada Anak
Ceritakan tentang riwayat kesehatan si kecil dan keluarga. Pastikan juga untuk memberi tahu gejala yang terjadi dan makanan yang memicu alerginya.
Buat catatan harian tentang reaksi alergi si kecil, seperti apa dan kapan terjadi. Catatan ini akan membantu dokter mengetahui alergi yang dimiliki anak.
Untuk memastikan, Genbest bisa diskusikan tips-tips di atas kepada dokter sebelum mencobanya di rumah.
Website Kids With Food Allergies memberikan beberapa ide yang bisa Genbest coba bila si kecil mengalami alergi makanan tertentu.
Baca juga: Simak, 2 Tips agar Bayi Lahap Menyantap MPASI
Alergi telur
Telur kaya akan gizi protein, zat besi, biotin, asam pantotenat, riboflavin, dan selenium, dan vitamin A, D, E dan B12.
Bila si kecil alergi telur, gizi-gizi tersebut masih bisa Genbest temukan pada makanan lainnya.
Misalnya protein. Si kecil bisa memperoleh gizi ini dari susu, daging, unggas, ikan, dan kacang-kacangan. Pastikan anak tidak alergi terhadap makanan penggantinya ini.
Artikel ini merupakan bagian dari Lestari KG Media, sebuah inisiatif untuk akselerasi Tujuan Pembangunan Berkelanjutan. Selengkapnya