Derita Maghfirah, Penderita Stunting dan Hidrosefalus yang Tak Bisa Menikmati Pelukan Ibunya

Kompas.com - 01/04/2023, 15:31 WIB
Rosyid A Azhar ,
Ardi Priyatno Utomo

Tim Redaksi

Rumah yang dihuni Nanang Mustafa dan Cindrawati Simbuka masih satu desa dengan rumah Pipin Latif, Desa Dembe I Kecamatan Kota Barat Kota Gorontalo.

“Kami berharap keluarga anak-anak kami bisa rukun tentram dan Bahagia, namun kalau kepala keluarganya setiap hari mabuk melupakan kewajibannya maka yang paling menderita adalah istri dan anak-anaknya,” ujar Pipin Latif.

Mengetahui anak dan cucunya terlantar tanpa ada yang dimakan, ia memberanikan diri memboyong ke rumahnya.

Padahal di rumahnya yang tidak seberapa luas sudah ada adik-adik Cindrawaty bersama suami dan anaknya. Jadilah rumah pasangan Pipin Latif dan Husain Simbuka (54) bertambah penghuninya.

“Saat saya mengandung Magfirah, oleh dokter didiagnosis ada penyakit gondok dalam dan jantung,” ujar Cica.

Gondok dalam menyebabkan pembesaran tiroid, yaitu kelenjar yang ada di leher yang menghasilkan hormon tiroid untuk mengatur metabolism tubuh. Tanpa penanganan yang serius, penyakit ini menyebabkan komplikasi dan membayakan pengidapnya.

Baca juga: 3.000 Balita di Magetan Menderita Stunting, Pemkab Anggarkan Rp 800 Juta untuk Beli Susu

Kondisi inilah yang dialami Cica dalam menjalani kehidupan rumah tangganya, penderitaan ini ditambah dengan tidak adanya tanggung jawab dari suaminya. Praktis ia berjuang sendiri untuk bertahan hidup dan menyelamatkan 2 anaknya, kakak Maghfirah.

Ia rajin ke pos pelayanan terpadu (Posyandu) di kelurahan yang tidak jauh dari rumahnya setiap tanggal 8, juga memeriksakan diri ke Puskesmas Kota Barat.

Dari hasil pemeriksaan dokter ini diketahui anak yang dikandungnya mengalami hidrosefalus, kepala janin membesar berisi cairan. Kabar ini sangat tidak diharapkan keluarga, namun apa daya demikian garis Tuhan yang harus dialaminya.

“Pada usia kehamilan 7 bulan saya terpaksa dioperasi sesar di rumah sakit Aloei Saboe (RSAS) Kota Gorontalo atas saran dari dokter Rumah Sakit Otanaha,” ucap Cica.

Saat lahir Maghfirah hanya memiliki berat 1,6 kg. Cica hanya bisa pasrah menerima takdir ini. Dengan sepenuh hati dan bantuan keluarganya bayi Maghfirah diasuh dalam keterbatasan, Cindi (21) adik bungsu Cica lebih banyak membantu saat Cica tidak mampu menggendong anaknya, kondisi fisik Cica memang melemah dan kurus hingga saat ini.

Cindi yang belum dikarunia anak merasa iba melihat keponakannya yang membutuhkan kehangatan dekapan kasih sayang orangtua, ia membantu mengisi hari-hari panjang Maghfirah entah sampai kapan.

Baca juga: Angka Stunting Kota Malang 8,9 Persen, ASN Pemkot Diminta Jadi Orangtua Asuh

Tidak banyak yang bisa dilakukan keluarga ini untuk memulihkan kesehatan Maghfirah, bahkan ada kabar ia akan dirujuk ke rumah sakit di Sulawesi Selatan.

Bantuan pemerintah dirasakan mulai ada pada akhir tahun lalu. Cica mengingat-ingat bantuan pertama ia terima berupa 1 tray (bak) telur berisi 30 butir pada November 2022.

Satu bulan kemudian ia menerima 1 bak telur, susu formula 1 dos 400 gram, kacang hijau 1 kg, dan gula merah 1 kg. Untuk mengambil bantuan ini ia harus ke kantor kecamatan yang jaraknya lumayan jauh, ditempuh dengan naik kendaraan.

Halaman:

Artikel ini merupakan bagian dari Lestari KG Media, sebuah inisiatif untuk akselerasi Tujuan Pembangunan Berkelanjutan. Selengkapnya

A member of
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com