KOMPAS.com – Anak perlu diajarkan untuk mengurangi sampah makanan sejak dini. Sebab, sampah makanan kini sudah menjadi masalah serius yang perlu penanganan segera, termasuk oleh bagian masyarakat terkecil di rumah.
Data Sistem Informasi Pengelolaan Sampah Nasional (SIPSN) Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK) pada 2020 mendapati bahwa sampah makanan telah mencapai 40 persen dari total sampah yang dihasilkan masyarakat di 199 kabupaten/kota di Indonesia.
Timbunan sampah makanan dilatarbelakangi dua factor, yakni pada tingkat distribusi dan konsumsi. Pada tingkat distribusi, sampah makanan berasal dari pasar tradisional atau supermarket, contohnya produk makanan yang sudah expired.
Baca juga: Sampah Makanan Indonesia Tembus 16,3 Juta Ton Per Tahun, Ini Kata Pakar UGM
Sementara itu, sampah makanan pada tingkat konsumsi berasal dari sisa potongan sayur atau buah, serta kebiasaan menyisakan makanan. Nah, hal ini lah yang kerap jadi kebiasaan di rumah.
Untuk mengajak anak mengurangi sampah makanan sebetulnya sederhana. Pertama-tama, anak perlu tahu bahwa sampah makanan dapat mendatangkan bencana.
Sebab, sampah makanan bisa menghasilkan gas metana'. Ini terjadi karena sampah makanan yang tertimbun di tempat pembuangan akhir (TPA) lama-kelamaan akan membusuk dan terdegradasi dan menghasilkan gas metana. Zat ini akan kembali dilepaskan di lingkungan dan dapat memengaruhi pemanasan global.
Tak hanya itu, gas metana juga dapat memicu terjadinya bencana ledakan sampah. Hal ini juga bisa menyebabkan longsor yang dapat memakan korban jiwa.
Kerugian lain yang disebabkan sampah makanan adalah dapat merusak ekosistem. Sampah makanan yang menggenang di laut atau sungai, misalnya, dapat merusak ekosistem makhluk hidup yang hidup di sana.
Baca juga: 7 Cara Kurangi Sampah Makanan, Bikin Perencanaan Menu Mingguan
Jika anak sudah memahami bahaya sampah makanan, kini saatnya mengajak dia untuk ikut terlibat dalam pengurangan pembuangan sampah makanan. Berikut 3 cara sederhana yang bisa diterapkan di rumah.
Biasakan anak untuk mengambil makanan secukupnya. Sebab, mengambil makanan secara berlebihan berisiko menimbulkan sisa. Nah, hal inilah asal mula sampah makanan.
Orangtua bisa membiasakan anak untuk mengambil makanan dengan porsi kecil. Jika kurang, mereka bisa mengambil kembali dengan porsi yang sama hingga kenyang.
Jika anak kadung menyisakan makanan, ajak ia untuk menyimpan kembali. Dengan catatan, makanan yang tersisa itu masih layak konsumsi.
Misalnya, cookies yang dibawa untuk bekal sekolah tidak habis. Nah, sesampainya di rumah, segera masukkan pada wadah kedap udara dan simpan di lemari es jika perlu.
Dengan begitu, si kecil masih bisa memakannya sewaktu-waktu.
Tahukah Anda bahwa makanan sisa dapat diolah kembali menjadi menu yang baru?
Yuk, berkreativitas dengan makanan sisa. Saat di rumah ada pisang yang terlalu matang dan sudah tidak dilirik lagi oleh anggota keluarga,misalnya, cobalah untuk memakainya sebagai bahan baku makanan yang lain, seperti muffin atau bolu pisang.
Baca juga: Resep Bolu Pisang Keju 3 Telur, Bisa Jadi Bekal Sekolah Anak
Jangan lupa untuk ajak anak ikut membuatnya. Siapa tahu, ia jadi terbiasa dengan hal tersebut dan tak lagi membuang makanan nantinya.
Lagi pula, makanan baru bisa membuat orang rumah lebih berselera memakannya.
Itulah tiga cara sederhana yang dapat orangtua lakukan untuk melatih anak mengurangi sampah makanan. Terapkan mulai sekarang agar anak terbiasa, ya.
Mari berkontribusi langsung dalam upaya mencegah dan mengatasi masalah STUNTING di Indonesia. Ikut berdonasi dengan klik Kompas.com Jernih Berbagi.
Artikel ini merupakan bagian dari Lestari KG Media, sebuah inisiatif untuk akselerasi Tujuan Pembangunan Berkelanjutan. Selengkapnya