Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Kompas.com, 9 Oktober 2025, 19:31 WIB
Aningtias Jatmika,
Sri Noviyanti

Tim Redaksi

JAKARTA, KOMPAS.com – Anak muda Indonesia memegang peran strategis dalam mendorong masa depan yang berkelanjutan. Namun, di balik tingginya kesadaran terhadap isu lingkungan, masih ada jarak antara pengetahuan dan praktik nyata yang perlu dijembatani melalui kebijakan, edukasi, dan dukungan sistemik.

Gambaran tersebut terungkap dalam laporan Youth Sustainability Index (YSI) 2025 hasil kolaborasi YouthLab Indonesia dan WWF-Indonesia. Temuan ini dipaparkan oleh Senior Research Advisor YouthLab Indonesia Muhammad Faisal dalam Lestari Summit 2025 yang digelar KG Media di Raffles Hotel Jakarta, Kamis (2/10/2025).

Untuk diketahui, YSI 2025 menjadi upaya pertama di Indonesia yang menyajikan pemetaan psikometrik dan perilaku generasi muda terhadap isu keberlanjutan.

Kajian itu melibatkan lebih dari 1.000 responden berusia 16–30 tahun di Jakarta, Bogor, dan Depok, serta dilengkapi dengan wawancara bersama agen WWF dan pakar keberlanjutan.

“Survei tersebut menggunakan pendekatan mix method yang mengombinasikan metode kuantitatif dan kualitatif dengan rancangan psikometrik yang memungkinkan pengukuran berulang di masa mendatang,” ujar Faisal.

Baca juga: Ekonomi Vs Alam, Bagaimana Bisnis Bisa Jadi Motor Transisi Menuju Nature-Positive Economy?

Pendekatan psikometrik tersebut, kata Faisal, memastikan indeks tidak hanya menggambarkan perilaku dan persepsi, tetapi juga mengukur kapasitas emosional dan kognitif anak muda dalam menilai serta bertindak terhadap isu lingkungan.

YSI 2025 mengukur lima dimensi utama yang saling berkaitan dalam membentuk perilaku keberlanjutan anak muda, yaitu physical properties, kognitif, aksi individual, lingkungan, dan environmental worry.

“Unsur kebaruan dalam indeks ini adalah environmental worry. Kami ingin melihat bukan hanya bagaimana anak muda bertindak, melainkan juga bagaimana mereka merasa dan memikirkan masa depan lingkungan hidupnya,” jelas dia.

Tingkat kesadaran tinggi, praktik masih terbatas

Hasil YSI 2025 menunjukkan bahwa generasi muda Indonesia memiliki tingkat kesadaran lingkungan yang cukup tinggi, terutama dalam hal perilaku sederhana, seperti mematikan lampu untuk efisiensi energi atau membawa tumbler.

Baca juga: CEO KG Media: Butuh Kolaborasi untuk Wujudkan RI Jadi Pemain Utama Ekonomi Hijau

Namun, kesadaran tersebut belum sepenuhnya diikuti oleh praktik nyata yang konsisten. Salah satu tantangan utama adalah pada pemilahan sampah dan pengelolaan konsumsi harian.

“Banyak anak muda yang masih tidak memilah sampah di rumah. Sebagian (dari mereka) merasa percuma karena sistem pengelolaan sampah di lingkungannya juga tidak mendukung. Ini menciptakan rasa ketidakberdayaan sistemik yang akhirnya membuat mereka berhenti mencoba,” jelas Faisal.

Meski begitu, Kota Bogor menonjol dengan indeks keberlanjutan tertinggi jika dibandingkan Jakarta dan Depok. Menurut Faisal, hal ini berkaitan dengan regulasi lokal yang lebih ketat terhadap penggunaan plastik sekali pakai dan lingkungan fisik yang masih relatif hijau.

Selain itu, nilai-nilai budaya lokal, seperti filosofi Sunda dan Jawa, turut memperkuat praktik ramah lingkungan di tingkat komunitas.

“Kearifan lokal terbukti bisa memperkuat perilaku berkelanjutan jika dikelola dengan baik,” ujarnya.

Baca juga: Di Lestari Summit 2025, Astra Beberkan Komitmen Penguatan Ketahanan Desa

Menariknya, YSI 2025 juga menemukan paradoks dalam dimensi environmental worry.

Halaman:

Artikel ini merupakan bagian dari Lestari KG Media, sebuah inisiatif untuk akselerasi Tujuan Pembangunan Berkelanjutan. Selengkapnya

A member of


Terkini Lainnya
Kunjungan Menteri PKP Tegaskan Komitmen Astra Wujudkan Hunian Layak bagi Warga
Kunjungan Menteri PKP Tegaskan Komitmen Astra Wujudkan Hunian Layak bagi Warga
BrandzView
Ambisi Iklim Turun, Dunia Gagal Penuhi Perjanjian Paris
Ambisi Iklim Turun, Dunia Gagal Penuhi Perjanjian Paris
Pemerintah
Mayoritas Penduduk Negara Berpenghasilan Menengah Rasakan Dampak Krisis Iklim
Mayoritas Penduduk Negara Berpenghasilan Menengah Rasakan Dampak Krisis Iklim
Pemerintah
Kebijakan Iklim Dapat Dukungan, Tapi Disinformasi Picu Keraguan
Kebijakan Iklim Dapat Dukungan, Tapi Disinformasi Picu Keraguan
LSM/Figur
Dampak Perubahan Iklim: Sudah Telat Selamatkan Kopi, Cokelat, dan Anggur
Dampak Perubahan Iklim: Sudah Telat Selamatkan Kopi, Cokelat, dan Anggur
LSM/Figur
KLH: Indonesia Darurat Sampah, Tiap Tahun Ciptakan Bantar Gebang Baru
KLH: Indonesia Darurat Sampah, Tiap Tahun Ciptakan Bantar Gebang Baru
Pemerintah
Ecoground 2025: Blibli Tiket Action Tunjukkan Cara Seru Hidup Ramah Lingkungan
Ecoground 2025: Blibli Tiket Action Tunjukkan Cara Seru Hidup Ramah Lingkungan
Swasta
BBM E10 Persen Dinilai Aman untuk Mesin dan Lebih Ramah Lingkungan
BBM E10 Persen Dinilai Aman untuk Mesin dan Lebih Ramah Lingkungan
Pemerintah
AGII Dorong Implementasi Standar Keselamatan di Industri Gas
AGII Dorong Implementasi Standar Keselamatan di Industri Gas
LSM/Figur
Tak Niat Atasi Krisis Iklim, Pemerintah Bahas Perdagangan Karbon untuk Cari Cuan
Tak Niat Atasi Krisis Iklim, Pemerintah Bahas Perdagangan Karbon untuk Cari Cuan
Pemerintah
Dorong Gaya Hidup Berkelanjutan, Blibli Tiket Action Gelar 'Langkah Membumi Ecoground 2025'
Dorong Gaya Hidup Berkelanjutan, Blibli Tiket Action Gelar "Langkah Membumi Ecoground 2025"
Swasta
PGE Manfaatkan Panas Bumi untuk Keringkan Kopi hingga Budi Daya Ikan di Gunung
PGE Manfaatkan Panas Bumi untuk Keringkan Kopi hingga Budi Daya Ikan di Gunung
BUMN
PBB Ungkap 2025 Jadi Salah Satu dari Tiga Tahun Terpanas Global
PBB Ungkap 2025 Jadi Salah Satu dari Tiga Tahun Terpanas Global
Pemerintah
Celios: RI Harus Tuntut Utang Pendanaan Iklim Dalam COP30 ke Negara Maju
Celios: RI Harus Tuntut Utang Pendanaan Iklim Dalam COP30 ke Negara Maju
LSM/Figur
Kapasitas Tanah Serap Karbon Turun Drastis di 2024
Kapasitas Tanah Serap Karbon Turun Drastis di 2024
Pemerintah
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Unduh Kompas.com App untuk berita terkini, akurat, dan tepercaya setiap saat
QR Code Kompas.com
Arahkan kamera ke kode QR ini untuk download app
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar di Artikel Lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau