KOMPAS.com – Saat ini, penggunaan kendaraan listrik semakin digandrungi di berbagai negara di dunia. Tujuannya, untuk mengurangi emisi dan menekan dampak perubahan iklim yang semakin mengkhawatirkan.
Di Indonesia, baru-baru ini, produsen pulp dan kertas Grup APRIL, menggandeng PT Mobil Anak Bangsa (MAB) dalam pengadaan dua bus listrik rendah emisi. Upaya ini dilakukan untuk menekan emisi di lingkungan perusahaan sekaligus untuk mendukung program pemerintah Indonesia dalam aksi perubahan iklim.
Serah terima bus listrik rendah emisi dilakukan secara simbolis dengan penyerahan kunci bus listrik unit MD 12E normal floor (NF) oleh Founder PT MAB Jenderal (Purnawirawan) Moeldoko kepada Direktur Utama (Dirut) PT Riau Andalan Pulp and Paper (RAPP) Sihol Aritonang di kantor PT MAB, Selasa (31/08/2021). Sebagai informasi, PT RAPP merupakan unit operasi Grup APRIL.
Sihol mengatakan, pembelian bus listrik tersebut ditujukan untuk menunjang kegiatan mobilitas karyawan di pabrik yang berlokasi di Pangkalan Kerinci, Riau.
Pengadaan bus listrik juga sejalan dengan komitmen perusahaan dalam visi APRIL2030 untuk memberikan dampak positif bagi iklim, alam, dan masyarakat dalam satu dekade mendatang.
“Sebuah kebanggaan bagi kami dalam menghadirkan bus listrik pertama di Provinsi Riau. Pengoperasian bus listrik ini sekaligus mendukung target pemerintah dalam mengurangi emisi di dalam negeri. Apalagi, bus listrik ini adalah karya anak bangsa dan akan digunakan untuk kemajuan perusahaan Indonesia,” ujar Sihol dalam rilis resmi yang diterima Kompas.com, Rabu (1/9/2021).
Seperti diketahui, APRIL merupakan produsen pulp dan kertas berkelanjutan yang berupaya mengoptimalkan penggunaan energi terbarukan dalam kegiatan operasionalnya. Pembelian bus listrik dari MAB menjadi salah satu upaya APRIL dalam mengurangi pemakaian bahan bakar fosil.
Baca juga: Perbaiki Hutan Rawa Gambut, Restorasi Ekosistem Riau Catat Kemajuan Signifikan
Bus listrik berdimensi 12 meter yang akan segera dioperasikan tersebut dilengkapi dengan baterai LifePo berkapasitas 315,85 kilowatt-jam (kWh) dan memiliki kemampuan charging selama tiga jam. Bus listrik ini bertipe permanent magnet synchronous motor dengan kecepatan tempuh maksimum 110 kilometer per jam.
Sebelum diserahkan secara resmi, APRIL telah melakukan factory acceptance test untuk memastikan produksi bus listrik MAB tipe MD 12E NF telah sesuai secara kualitas.
Setelah dilakukan pengetesan, unit bus listrik MD 12E NF dinyatakan lulus uji berkala oleh Kementerian Perhubungan (Kemenhub).
Saat ini, Grup APRIL sendiri telah membangun charging station untuk pengisian daya bus listrik dan akan segera dilakukan uji coba dalam beberapa hari ke depan.
Baca juga: Sinergi Swasta dan Pemerintah dalam Memastikan Pencapaian SDGs di Tengah Pandemi
Adapun penyelenggaraan serah terima bus listrik turut dihadiri Presiden Direktur MAB Kelik Irwantono. Ia mengatakan bahwa pembelian dua unit bus dari RAPP membuktikan kepercayaan yang tinggi dari konsumen atas produk MAB.
“Kami berharap, MAB dapat berkontribusi dan mendukung upaya pemerintah untuk mengurangi polusi udara. Dalam waktu dekat, MAB akan mengembangkan varian unit baru, seperti low entry, normal floor, intercity bus, dan city bus," kata Kelik.
Pada kesempatan yang sama, Moeldoko mengapresiasi visi keberlanjutan Grup APRIL dalam kegiatan operasionalnya. Hal ini sejalan dengan misi produksi MAB dalam menciptakan kendaraan bertenaga listrik yang lebih ramah lingkungan.
Baca juga: Kolaborasi dengan Jakarta Fashion Hub, Indonesia Fashion Week 2020 Digelar Virtual
"Dibutuhkan solusi strategis untuk mengatasi permasalahan lingkungan. Salah satu jawaban yang dibutuhkan adalah mobil listrik," ujar Moeldoko.
Moeldoko yang juga menjabat sebagai Kepala Staf Kepresidenan (KSP) berharap, dukungan dari berbagai pihak dalam memajukan kendaraan berbasis listrik di Indonesia semakin bertambah ke depan.
"Saat ini, Kemenhub memiliki komitmen yang kuat dan telah membuat roadmap untuk transisi perubahan mobil konvensional ke mobil listrik. Ini merupakan tahapan-tahapan yang pasti. RAPP mengambil posisi terdepan dalam menyikapi roadmap ini," ujarnya.
Sebagai informasi, pemanasan global memang menjadi isu serius beberapa tahun belakang. Salah satu penyebabnya adalah penggunaan bahan bakar fosil yang melepaskan gas rumah kaca (GRK) ke udara.
Data Climate Transparency Report 2020 menunjukkan, sektor transportasi menyumbang 27 persen dari seluruh emisi yang dilepas ke udara.
Melihat fakta tersebut, sejumlah negara, termasuk Indonesia, mulai sadar akan pentingnya penggunaan energi terbarukan di sektor transportasi.
Baca juga: APRIL2030: Aksi Nyata Wujudkan Akselerasi SDGs Satu Dekade ke Depan
Salah satu upaya yang dilakukan adalah memproduksi kendaraan listrik untuk moda transportasi umum atau pribadi. Hal inilah yang mendasari MAB memproduksi kendaraan listrik.
Di Indonesia, penggunaan kendaraan listrik memang belum umum. Meski demikian, pemerintah menargetkan sebanyak 2 juta unit mobil listrik dan 13 juta unit motor listrik dapat mengaspal pada 2030.
Bahkan, pemerintah juga punya target membangun 60 Stasiun Pengisian Kendaraan Listrik Umum (SPKLU) pada 2021.
Melihat manfaatnya, penggunaan kendaraan listrik memang dapat berdampak dalam banyak hal. Selain dapat mengurangi polusi udara dan membantu menyediakan udara bersih bagi seluruh makhluk hidup, kendaraan listrik dianggap lebih hemat dibandingkan kendaraan yang menggunakan bahan bakar minyak (BBM).
Baca juga: Menilik Berbagai Upaya Indonesia untuk Mencegah Perubahan Iklim
Dalam perhitungannya, setiap satu liter BBM setara dengan 1,3 kWh listrik. Harga bensin per satu liter sekitar Rp 7.000 hingga Rp 9.000.
Sementara itu, tarif listrik per satu kWh hanya sekitar Rp 1.400. Ini berarti, penggunaan kendaraan listrik seperlima lebih murah dibandingkan pemakaian kendaraan dengan BBM.
Pemerintah juga turut mengajak masyarakat untuk bersama-sama mewujudkan target tersebut dengan beralih menggunakan kendaraan listrik.
Artikel ini merupakan bagian dari Lestari KG Media, sebuah inisiatif untuk akselerasi Tujuan Pembangunan Berkelanjutan. Selengkapnya