Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Kompas.com - 15/06/2022, 19:55 WIB
Sakina Rakhma Diah Setiawan

Editor

Ilustrasi lalat. PIXABAY/WERBEGURU Ilustrasi lalat.

Proyek Bio-Conversion Organic dengan menggunakan Lalat Tentara Hitam yang berlokasi di Rest Area Cibubur Square merupakan proyek kedua yang dijalankan Yayasan Korindo bersama dengan FFLI.

Sebelumnya pada tahun 2018, Korindo Group dan FFLI juga telah membangun pengelolaan sampah organik serupa di Lombok, Nusa Tenggara Barat.

Bio-Conversion Organic dengan menggunakan Lalat Tentara Hitam relatif aman bagi lingkungan. Dari sekitar 800 jenis yang ada di bumi, Lalat Tentara Hitam merupakan jenis yang paling berbeda, karena tidak bersifat patogen atau membawa agen penyakit.

Baca juga: Banyak Sampah Produk Skincare di Rumah? Ini Solusi Menguranginya

Siklus hidup lalat jenis ini total hanya 40-45 hari, mulai dari telur sampai ke lalat dewasa. Seekor lalat betina biasanya menghasilkan 500-900 butir telur. Sebanyak 1 gram telur akan mampu menghasilkan 3-4 kg maggot atau larva.

Pada fase inilah larva mengurai sampah-sampah organik. Setelah larva optimal mengurai sampah organik, larva-larva itu bisa dimanfaatkan untuk pakan ternak, seperti ikan atau ayam.

Larva Lalat Tentara Hitam kaya akan asam amino dan protein sebesar 40 persen.

Mari berkontribusi langsung dalam upaya mencegah dan mengatasi masalah STUNTING di Indonesia. Ikut berdonasi dengan klik Kompas.com Jernih Berbagi.

Halaman:

Artikel ini merupakan bagian dari Lestari KG Media, sebuah inisiatif untuk akselerasi Tujuan Pembangunan Berkelanjutan. Selengkapnya

A member of
Baca tentang
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau