Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Krisis Air Bersih, Warga Kota Bima Konsumsi Air Asin Bertahun-tahun

Kompas.com - 31/08/2022, 06:43 WIB
Syarifudin,
Pythag Kurniati

Tim Redaksi

 

Mahani mengatakan, air sumur itu kadang memang terlihat jernih. Namun kadang air sumur warga berubah warnah jadi coklat saat air laut pasang surut.

Namun karena tak ada pilihan lain, lanjut Mahani, warga ekonomi rendah terpaksa menggunakan air tersebut untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari, seperti memasak, mandi, cuci hingga dikonsumsi.

"Airnya memang terasa asin, seperti ada garam. Kalau orang yang baru pertama kali mungkin merasakan pasti terasa beda dengan air sumur biasa," tuturnya

Sedang bagi warga mampu, mereka biasanya membeli air kemasan isi ulang saat keperluan memasak dan minum. Sementara untuk keperluan mencuci dan mandi, mereka tetap memakai sumber air sumur.

"Ini harus mendapat perhatian serius dari pemerintah. Kita butuh air bersih yang layak untuk minum, mandi, mencuci, dan lain sebagainya," ujar dia

Baca juga: Dugaan Judi di Arena Pacuan Kuda, Ini Tanggapan Gubernur NTB

Krisis air yang berkepanjangan ini juga dikeluhkan warga lain. Dahlan, warga setempat mengatakan, sudah puluhan tahun ia dan keluarga terpaksa menggunakan air sumur yang tidak layak konsumsi itu.

Penggunaan air sumur ini, kata dia, terpaksa dilakukan dirinya lantaran tak ada air tawar yang bisa diambil warga.

"Sebelum saya lahir, warga kampung ini sudah menggunakan air sumur. Mau ambil di mana lagi air bersihnya, hanya dari air sumur saja, walaupun rasa air agak asin dan berkapur," kata dia.

Dahlan mengatakan, krisis air bersih di daerah itu tidak hanya dirasakan saat musim kemarau yang tengah berlangsung.

Namun masalah pasokan air bersih juga terjadi di musim hujan. Beberapa kali warga setempat membuat sumur bor yang cukup dalam, namun airnya tetap saja asin.

Sementara layanan air bersih dari SPAM milik pemerintah, kata dia, hingga saat ini belum juga dinikmati warga.

Padahal, pipa induk maupun jaringan telah dipasang. Bahkan meteran air telah dipasang di hampir rumah warga.

"Pipanya memang sudah terpasang dari dulu. Ditunggu-tunggu airnya enggak ada. Kami tidak tahu kapan air SPAM itu mengalir. Kasihan warga disini, pak," tuturnya.

Baca juga: UPDATE Covid-19 di Jatim, DIY, Bali, NTB, NTT, Kalbar, dan Kalsel 30 Agustus 2022

Dia bercerita selama ini warga biasanya memanfaatkan air hujan untuk memenuhi kebutuhan sehari-harinya.

Begitu musim hujan tiba, ia dan keluarga harus membuat bak penampungan untuk menampung air.

Mereka terpaksa memanfaatkan air hujan untuk minum, mandi, dan mencuci lantaran belum ada sumber air yang layak.

“Kalau musim hujan, kami bahagia dan senang sekali. Air hujan itu kami langsung tampung," ucapnya

Namun musim hujan itu sudah berlalu. Warga pun kembali mengonsumsi air asin dari sumur seperti yang dilakukan selama bertahun-tahun secara turun temurun.

"Kita setengah mati masalah air ini, mau bagaimana lagi kita tidak punya pilihan lain. Di kala musim kemarau, kami hanya bisa dapat dari air asin," kata dia.

Baca juga: Profil Tiu Suntuk, Bendungan Keenam yang Dibangun di NTB

Halaman Berikutnya
Halaman:

Artikel ini merupakan bagian dari Lestari KG Media, sebuah inisiatif untuk akselerasi Tujuan Pembangunan Berkelanjutan. Selengkapnya

A member of
Baca tentang
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau