Namun ia tidak menampik pemerintah sudah turun tangan memberikan bantuan air, hanya saja bantuan air bersih yang diterima tidak rutin.
Bahkan, belakangan warga mengeluh sudah cukup lama tidak lagi mengonsumsi air bersih dari tangki berkapasitas 5.000 liter milik BPBD tersebut.
Menurut dia, pasokan air bersih itu tiba-tiba terhenti. Padahal mereka yang berada di kelurahan itu sulit untuk mendapatkan air bersih guna mencukupi kebutuhan sehari hari.
"Memang rutin bantuan air yang kita terima. Dalam sepakan dua sampi tiga kali, tapi itu sudah cukup lama dan sekarang tidak pernah muncul lagi. Padahal kami setiap hari tetap membutuhkan air bersih," tuturnya
Dahlan mengungkapkan, di kampungnya selama ini tidak memiliki fasilitas air bersih dari pemerintah. Karenanya, untuk mendapatkan air bersih, warga di lingkungn itu rata-rata menggunakan air sumur gali maupun sumur bor dekat rumahnya.
Baca juga: Video Aksinya Tersebar di Medsos, Tiga Pelajar Pembuat Busur Panah di Bima Ditangkap
Namun, lanjut Dahlan, sumber air tersebut saat ini sudah tidak bisa digunakan lagi karena telah terkontaminasi air laut serta limbah yang mengalir dari sungai.
Menurut dia, sungai yang melintas di permukiman warga tersebut sudah tercemar sampah organik hingga tinja manusia yang dibuang sembarangan, sehingga ikut mencemari sumur.
Akibatnya, air sumur warga berubah warna menjadi keruh sehingga tak layak di konsumsi. Jikapun dipaksakan untuk digunakan secara terus menerus, mereka khawatir akan menimbulkan penyakit.
"Sumur di sini berdekatan dengan kali yang sudah tercemar. Air sumur jadi keruh, bisa jadi disebabkan oleh merembesnya limbah sampah dan kotoran manusia yang dibuang sembarangan di sungai," ujarnya.
Baca juga: Angkut 300 Liter Minyak Tanah Ilegal Tanpa Dokumen, Sopir Pikap di Bima Ditangkap Polisi
Dengan kondisi itu, warga pun meminta dan berharap agar Pemkot Bima dapat segera mencarikan solusi, sehingga warga tidak kesulitan mendapatkan pasokan air bersih serta tidak lagi bergantung dengan air bantuan.
Menurut Dahlan, salah satu solusi yang dianggap tepat oleh warga setempat untuk mengatasi krisis air bersih menahun ini, adalah dengan proyek pengeboran air bersih dengan kedalaman tertentu.
Dia juga mengaku telah melaporkan krisis air tersebut ke instansi terkait.
"Semoga segera ada solusi. Kalau tidak memungkinan untuk dilakukan pengeboran, kami minta Pemkot Bima fungsikan layanan SPAM untuk memudahkan warga mendapatkan pasokan air bersih," harapnya.
Baca juga: Dugaan Judi di Arena Pacuan Kuda Sumbawa Jadi Sorotan, Kapolda NTB: Segera Kami Tindak Lanjuti
Kepala Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kota Bima, Zaenab tidak menampik bahwa krisis air bersih di sebagian wilayah Kota Bima sebenarnya sudah terjadi sejak lama dan hingga saat ini belum mampu diatasi.
"Kesulitan air bersih ini tidak hanya di Kelurahan Tanjung, tapi juga terjadi di Keluraha Dara, Melayu, Paruga dan Monggonao. Di beberapa titik tersebut, masyarakatnya lebih banyak mengandalkan air sumur yang kondisinya tidak layak," kata Zainab saat dihubungi Kompas.com.
Kesulitan bersih yang melanda sebagian wilayah kota tepian air itu, kata dia, tidak hanya dirasakan pada saat musim kemarau, namun hal serupa juga terjadi di musim hujan.
Hal ini disebabkan kondisi air tanah di wilayah yang tidak jauh dari pesisir pantai itu berjenis payau dan terasa asin.
"Itu terjadi semua wilayah pesisir, dan kondisi ini sebenarnnya bukan hal baru di Kota Bima, tapi sudah berlangsung lama. Karena memang disana tidak memiliki sumber air tawar. Sementara air sumurnya sudah tidak bisa dipakai karena asin. Maklum, wilayah mereka berada di pingir laut," ujarnya
Untuk mengatasi kesulitan air bersih, pemerintah daerah melalui BPBD rutin menyuplai air bersih ke sejumlah wilayah yang terdampak. Namun karena keterbatasan armada, suplai air menemui banyak kendala.
Kendala itu, lanjut dia, disebabkan terbatasnya armada mobil tangki yang dimiliki. Saat ini BPBD hanya memiliki satu armada. Sementara jika ditilik dari banyaknya daerah rawan kekeringan dan kesulitan air bersih di Kota Bima terdapat puluhan titik.
Sehingga dengan keterbatasan itu, pembagian air bersih yang sebelumnya ditargetkan bisa beberapa kali dalam sepekan, BPBD terpaksa menyuplai secara bergiliran. Terutama ke warga yang paling membutuhkan.
Namun, untuk mengatasi kendala itu, sejumlah instansi pun akhirnya turun tangan meringankan kesulitan air warga.
"Pengiriman air bersih untuk lima kelurahan yang terdampak ini memang diprioritaskan. Untuk spulai airnya, kami bekerjasama dengan instansi terkait seperti Bagian Umum dan PUPR, dan pihak swasta. Jadi, ada banyak pihak yang turun tangan, kalau hanya mengandalakan BPBD, tentu saja tidak mampu. Karena kami hanya punya satu armada. Sementara wilayah yang kesulitan air itu banyak," tuturnya
Menurut Zaenab, lima kelurahan yang terdampak kesulitan air bersih selama bertahun-tahun itu tidak masuk dalam daftar darurat kekeringan.
Walaupun tidak masuk daftar, pihaknya tetap menyalurkan bantuan air kepada masyarakat yang membutuhkan.
"Karena wilayah tersebut benar-benar krisis air, ya kami bantu. Bahkan di musim hujan saja kita rutin droping air," ujar dia.
"Pada prinsipnya, kami selalu siaga dan kapan saja turun ke masyarakat yang memerlukan bantuan sesuai laporan yang disampaikan," tambahnya.
Merespons keadaan itu, kata Zaenab, selain menyalurkan bantuan air bersih, pemerintah Kota Bima sedang berupaya memperbaiki dan melengkapi pembangunan jaringan sitem penyediaan air minum (SPAM) milik PDAM yang sudah lama tak beroperasi.
Menurut dia, warga selama ini hanya mengandalkan aliran air PDAM milik Pemda Bima. Namun sejak beberapa tahun belakangan, jaringan PDAM tidak lagi mengalir sehingga menyebabkan warga kelimpungan mencari air bersih.
Untuk itu, Pemkot Bima langsung bergerak mengatasi gangguan air PDAM tersebut dengan melakukan perbaikan dan normalisasi sambungan pipa yang akan digunakan untuk mengalirkan air ke berbagai titik yang saat ini sedang berjalan.
"Saat ini Pemkot sedang berupaya mengotimalisasi jaringan SPAM, pipanya sedang dirapikan. Karena PDAM yang punya kabupaten sekarang sudah tidak jalan. Makanya sekarang pemerintah kota berupaya memperbaiki semuanya, sehingga krisis air bersih ini segera tertatasi," pungkasnya
Sementara itu, berdasarkan data BPBD, tercatat 24 kelurahan di Kota Bima yang masuk dalam daftar rawan darurat kekeringan. Namun demikian, kondisi di sejumlah wilayah yang berpotensi mengalami kekeringan tersebut masih dianggap aman oleh BPBD.
“Sementara masih aman, karena musim hujan kita agak panjang. Di Kota Bima, baru minggu ini tidak ada hujan, sehingga warga belum ada yang melapor soal dampak kemarau,’’ ucapnya
Kendati demikian, pihaknya tetap menerjunkan armada dan menyuplai air bersih kepada masyarakat yang benar-benar membutuhkan.
Mari berkontribusi langsung dalam upaya mencegah dan mengatasi masalah STUNTING di Indonesia. Ikut berdonasi dengan klik Kompas.com Jernih Berbagi.Artikel ini merupakan bagian dari Lestari KG Media, sebuah inisiatif untuk akselerasi Tujuan Pembangunan Berkelanjutan. Selengkapnya