Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Menemukan Harapan di Balik Bayang-bayang Pekerja Anak Indonesia

Kompas.com - 28/07/2023, 18:44 WIB
Anda bisa menjadi kolumnis !
Kriteria (salah satu): akademisi, pekerja profesional atau praktisi di bidangnya, pengamat atau pemerhati isu-isu strategis, ahli/pakar di bidang tertentu, budayawan/seniman, aktivis organisasi nonpemerintah, tokoh masyarakat, pekerja di institusi pemerintah maupun swasta, mahasiswa S2 dan S3. Cara daftar baca di sini

Oleh: Altrariq Welfare Yubaidi | Community Lead Jurnalisme Berkebangsaan Kompas Gramedia | Powered by Kompas Gramedia

KOMPAS.com - Pekerja anak di Indonesia bukanlah topik yang baru, namun isu ini terus mengepung dan menghantui jutaan anak setiap tahunnya. Menurut catatan Badan Pusat Statistik (BPS) pada tahun 2022 jumlah pekerja anak di Indonesia sebanyak 1,01 juta.

Angka ini menunjukkan masih banyak anak di Indonesia yang terperangkap dalam lingkaran pekerjaan berat dan berbahaya yang merampas masa depan mereka.

Menelusuri isu tersebut, Jurnalisme Berkebangsaan dan JARAK, jaringan lembaga sosial masyarakat yang berfokus dalam penanganan isu pekerja anak di Indonesia membuat laporan reportase "Laporan Reportase Pekerja Anak di Indonesia: Menyibak Kekelaman, Menciptakan Harapan" untuk mengeksplorasi dan memperlihatkan realitas ini.

Dalam temuan didapati pekerjaan berat ini merampas hak anak untuk mendapatkan pendidikan layak, hidup sehat, dan kebahagiaan masa kecil.

Sebagai contoh, di Desa Borok Toyang, Lombok Timur, NTB, ditemukan banyak pekerja anak pernah bekerja di sektor pertanian.

Munculnya pekerja anak ini selain dari permasalahan ekonomi, juga muncul dikarenakan tradisi dan budaya masyarakat setempat yang percaya bahwa kalau anak-anak sedari kecil telah bekerja maka akan sukses ke depan.

Hal ini menandakan pentingnya usaha peningkatan kesadaran masyarakat terhadap hak-hak anak terlebih untuk mempersiapkan generasi muda kita dalam menyongsong generasi emas Indonesia tahun 2045.

Nyatanya isu pekerja anak bukan isu yang mudah yang semata-mata dapat dipecahkan oleh satu solusi, tetapi juga merentang ke berbagai aspek kehidupan lainnya.

Faktor ekonomi seperti kemiskinan di keluarga, faktor sosial budaya seperti ketidakpahaman masyarakat terhadap dampak negatif pekerja anak, faktor hukum seperti ketidakpatuhan perusahaan dalam mengikuti undang-undang mengenai pekerja anak, dan faktor pendidikan seperti kurangnya edukasi terkait pendidikan anak yang baik.

Semua faktor tersebut berperan penting dalam memperparah kondisi ini. Sehingga tidak cukup satu solusi dapat menyelesaikan permasalahan pekerja anak di Indonesia, namun memerlukan kolaborasi dari berbagai pihak dalam pemecahannya.

Namun, di balik semua bayang-bayang suram ini, masih ada secercah harapan. Kutipan “Semua anak itu cerdas, unik, autentik dan tak terbandingkan” kami temukan benar adanya di saat mengadakan wawancara terhadap beberapa mantan dan pekerja anak yang aktif.

Seperti Sibyan, mantan pekerja anak sektor pertanian yang menceritakan mimpi besarnya menuntut ilmu di Mekkah. Sebagai mantan pekerja anak, Sibyan turut aktif dalam pemenuhan hak anak-anak di daerahnya dengan menjadi ketua dan berkegiatan sosial pada Forum Anak Desa.

Selain dari segi anak, saat ini ada beberapa gerakan berbagai pihak di masyarakat dalam penghapusan isu ini.

Sebagai contoh di Desa Borok Toyang, Lombok, telah diadakan berbagai sosialisasi mengenai bahaya pekerja anak dan pentingnya pendidikan anak yang telah mulai membuahkan hasil.

Anak-anak kini diberikan kesempatan lebih untuk belajar dan bermain dan difasilitasi wadah yang tepat untuk pertumbuhannya.

Jurnalisme Berkebangsaan percaya isu ini memerlukan perhatian dan kesadaran dari masyarakat, dan mengajak pembaca menelisik laporan lengkap disini untuk mendapatkan wawasan lebih mendalam tentang isu ini dan bagaimana dapat membantu mengubahnya.

Setiap orang memiliki peran dalam melindungi hak-hak anak. Dengan memahami lebih dalam tentang isu ini, kita dapat berkontribusi dalam menciptakan perubahan yang nyata. Mari Menyibak Kekelaman dan Menciptakan Harapan.

Mari berkontribusi langsung dalam upaya mencegah dan mengatasi masalah STUNTING di Indonesia. Ikut berdonasi dengan klik Kompas.com Jernih Berbagi.

Artikel ini merupakan bagian dari Lestari KG Media, sebuah inisiatif untuk akselerasi Tujuan Pembangunan Berkelanjutan. Selengkapnya

A member of
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau