Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

"Sociopreneur" Generasi Muda untuk Pemberdayaan Masyarakat

Kompas.com - 22/04/2024, 16:56 WIB
Anda bisa menjadi kolumnis !
Kriteria (salah satu): akademisi, pekerja profesional atau praktisi di bidangnya, pengamat atau pemerhati isu-isu strategis, ahli/pakar di bidang tertentu, budayawan/seniman, aktivis organisasi nonpemerintah, tokoh masyarakat, pekerja di institusi pemerintah maupun swasta, mahasiswa S2 dan S3. Cara daftar baca di sini

Oleh: Winbaktianur | Community Team Jurnalisme Berkebangsaan Kompas Gramedia

KOMPAS.com - Data Organisasi Buruh Internasional (ILO) menunjukkan, Indonesia berada di posisi kedua setelah Brunei Darussalam dalam tingkat pengangguran tertinggi di negara Asia Tenggara.

Tragisnya, kelompok usia pemuda, 15-24 tahun justru mendominasi pengangguran. Dengan demikian, angka pengangguran usia pemuda di Indonesia lebih besar jika dibandingkan dengan negara-negara lain di Asia Tenggara.

Padahal, Indonesia sebagai negara dengan beragam budaya dan suku mempunyai segudang kelebihan.

Berdasarkan data Survei Angkatan Kerja Nasional (Sakernas) tahun 2019, sekitar tiga perempat penduduk pengangguran merupakan generasi muda. Termasuk dengan potensi kemakmuran daerah yang dapat menjadi salah satu faktor pendorong industri kreatif Indonesia.

Kekayaan lokal dan karakteristik ekonomi yang melimpah menjadi nilai lebih bagi perekonomian di negeri ini.

Tahun 2035, penduduk Indonesia akan mengalami bonus demografi. Lalu, pada tahun 2030 jumlah penduduk usia kerja akan melebihi 60 persen, dengan 27 persen penduduk berusia muda yaitu 16-30 tahun.

Potensi ini memberikan peluang untuk mereka menjadi wirausaha atau pekerja yang berbakat kreatif dan didukung dengan penggunaan sumber daya yang belum habis untuk pengembangan pengelolaan secara optimal.

Ekonomi kreatif mendukung penciptaan nilai tambah produk dalam negeri, dan pengembangan jasa kreatif mendorong pertumbuhan ekonomi Indonesia.

Kontribusi positif industri kreatif terhadap perekonomian nasional adalah melalui pemberian nilai tambah, kesempatan kerja, peluang usaha atau kolaborasi lintas sektor.

Menurut data Badan Pusat Statistik (BPS), wirausaha merupakan jenis pekerjaan yang paling banyak dilakukan di Indonesia, yaitu sebesar 38,58 persen.

Tingginya minat terhadap lapangan kerja wirausaha mencerminkan adanya dorongan masyarakat untuk mengembangkan potensi wirausaha dan menciptakan lapangan kerja sendiri.

Salah satu daerah di Indonesia yang terkenal dengan jiwa wirausahanya adalah Sumatera Barat dengan jumlah wirausaha di Sumbar mencapai 1.286.207 orang.

Saatnya Menjadi Sociopreneur

 

Wirausaha sosial mengalami peningkatan pesat di seluruh dunia, termasuk Indonesia.

Kewirausahaan sosial merupakan sebuah konsep baru dalam dunia usaha yang fokus pada pemberdayaan masyarakat untuk menyelesaikan berbagai permasalahan sosial seperti kemiskinan dan degradasi lingkungan.

Yang kemudian menjadi pertanyaan adalah: bagaimana dengan wirausaha sosial? Apa yang dibutuhkan oleh wirausahawan muda dalam pemberdayaan wirausaha sosial?

Sociopreneur atau wirausaha sosial merupakan sebutan untuk mereka yang menekuni wirausaha dengan misi utamanya memberikan dampak sosial yang baik kepada masyarakat.

Mereka tidak hanya menjual dan mendistribusikan produk, melainkan juga mengajak mitra usahanya, seperti petani, penenun, pemulung atau masyarakat luas untuk terlibat aktif dalam mengolah hasil produksi sehingga diharapkan dapat meningkatkan taraf hidup masyarakat.

Hal ini bahkan telah menjadi topik perdebatan yang menarik selama tahun terakhir. Tidak banyak kalangan muda yang tertarik untuk menggeluti sociopreneur ini karena memang usaha yang dijalankan terkadang terkesan kurang bergengsi.

Walaupun demikian, perlahan terlihat semakin banyak yang tertarik untuk mengikutinya. Sebut saja Gamal Albinsaid, Masril Koto, Dea Valencia, dan masih banyak lagi dengan beragam jenis usaha yang mereka tekuni.

Untuk menjadi wirausaha sosial, selain memiliki keberanian dalam mengambil risiko, diperlukan juga semangat pantang menyerah dalam memberikan dampak positif bagi masyarakat sekitarnya.

Ya, seorang sociopreneur umumnya lebih fokus untuk menjawab isu sosial dibandingkan hanya fokus mencari cuan atau keuntungan.

Prinsip Menjadi Sociopreneur

Dua prinsip utama wirausaha sosial adalah adanya inovasi sosial yang dapat mengubah sistem yang ada di masyarakat, dan adanya individu yang visioner dan kreatif.

Berbeda dengan wirausaha bisnis pada umumnya, wirausaha sosial tidak sekedar mencari keuntungan, namun juga mampu memberikan dampak positif bagi masyarakat.

Sociopreneur dianggap dapat menjadi penyeimbang dari kewirausahaan bisnis tradisional, yang hanya berfokus pada keuntungan, tanpa memperhitungkan keadaan masyarakat atau lingkungan.

Tidak hanya untuk meraup keuntungan, tetapi juga untuk mencoba menyelesaikan berbagai masalah sosial dan lingkungan. Jadi, bagaimana ide yang diajukan dapat memberikan dampak positif kepada masyarakat.

Socioprenenur biasanya memulai bisnis berdasarkan konsep "triple bottom line". Triple bottom line mengacu pada tiga dimensi yang sangat penting, yaitu dimensi manusia, keuntungan, dan lingkungan.

Hal ini menunjukkan bahwa mereka harus bertanggung jawab secara ekonomi, sosial, dan lingkungan.

Sociopreneur juga bisa dikategorikan sebagai individu visioner karena mampu memberikan solusi kreatif untuk menyelesaikan berbagai permasalahan sosial yang muncul di sekitarnya.

Mereka juga mempunyai kemampuan untuk mengidentifikasi permasalahan, mengembangkan cara untuk mengubah sistem, menyebarkan ide, serta dapat memobilisasi seluruh komunitas untuk bekerja sama mengatasi berbagai permasalahan yang mereka hadapi.

Keterampilan yang dibutuhkan untuk menjadi wirausaha sosial adalah kemampuan berinovasi, toleransi terhadap prinsip berbeda, kesediaan menjadi individu bermanfaat, merencanakan secara realistis, kepemimpinan berorientasi tujuan, objektif, tanggung jawab, kemampuan beradaptasi, komitmen tinggi, bertindak sebagai pemodal, dan keterampilan analitis.

Panggilan bagi Generasi Muda

Mengapa generasi muda? Generasi muda mempunyai potensi besar sebagai sociopreneur. Hanya perlu lebih peka dalam mendefinisikan suatu permasalahan dan kemungkinan-kemungkinan yang ada di masyarakat dan lingkungan sekitarnya.

Mereka dapat belajar banyak dari berbagai literatur maupun praktik pendahulunya. Penting menggunakan teknologi yang berkembang dengan cepat untuk mengelola segudang aktivitas yang dijalankan.

Dibutuhkan kreativitas untuk mengembangkan pemikiran seorang sociopreneur, seperti melatih kemampuan berpikir HOTS (higher order thinking skill) agar mampu menjawab permasalahan dari berbagai sudut pandang.

Yang demikian ini tidak hanya akan menghasilkan generasi muda yang cerdas, namun juga bijaksana (mampu memahami suatu hal dari banyak sudut pandang).

Kreativitas ini harus dilatih agar mampu membangun persepsi yang menggugah dan menggerakkan hati banyak orang.

Generasi muda dapat memulai dengan menetapkan tujuan jangka pendek. Misalnya rencana aksi, yaitu dengan mengidentifikasi dan menerapkan aktivitas fungsional secara mingguan, bulanan, dan triwulanan untuk mendorong munculnya keunggulan.

Tujuan jangka pendek juga membantu menyelesaikan permasalahan yang memerlukan penyesuaian untuk menghindari hasil disfungsional.

Tujuan jangka pendek berkaitan dengan tujuan jangka panjang karena menjadi pedoman proses pelaksanaan jangka panjang.

Tujuan jangka pendek memfasilitasi penerapan berbagai hasil yang dapat diukur pada perilaku dan aktivitas fungsional, dengan umpan balik, modifikasi, dan evaluasi terkait dengan pencapaian tujuan tertentu.

Meningkatkan jiwa sociopreneur generasi muda merupakan salah satu cara untuk membangun dan memberdayakan masyarakat.

Hal ini tentu tidak mudah namun dapat dicapai dengan keberanian dan visi yang jelas.

Dibutuhkan generasi muda, tanpa pandang latar belakang maupun pendidikan, untuk mengembangkan ide dan inovasi baru yang sekaligus membuka peluang kerja baru bagi mereka yang membutuhkan terutama untuk keberlangsungan hidup dan pemberdayaan masyarakat bawah agar lebih mandiri.

Mari berkontribusi langsung dalam upaya mencegah dan mengatasi masalah STUNTING di Indonesia. Ikut berdonasi dengan klik Kompas.com Jernih Berbagi.

Artikel ini merupakan bagian dari Lestari KG Media, sebuah inisiatif untuk akselerasi Tujuan Pembangunan Berkelanjutan. Selengkapnya

A member of
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com