KOMPAS.com — Sebanyak 11,3 juta ton sampah di Indonesia tidak terkelola sepanjang 2024, menurut data Sistem Informasi Pengolahan Sampah Nasional (SIPSN) Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan.
Di tengah mandeknya penanganan di tingkat sistem, upaya berbasis komunitas terus berkembang sebagai jalan keluar. Salah satunya melalui pembinaan bank sampah yang kini diperluas oleh Yayasan WINGS Peduli di dua titik baru: Gang Wolu Ninu-Ninu di Surabaya dan Gratera di Bekasi.
Inisiatif ini merupakan kelanjutan dari program #PilahDariSekarang yang sudah dijalankan sejak 2024 dan telah mendampingi dua bank sampah di Jakarta dan Surabaya, dengan total lebih dari dua ton sampah anorganik berhasil dikelola hingga April 2025.
“Pembentukan bank sampah baru ini diharapkan memperluas partisipasi warga dalam memilah dan mengelola sampah langsung dari rumah,” ujar Sheila Kansil, perwakilan Yayasan WINGS Peduli, sebagaimana dikutip dari keterangan tertulisnya pada, Rabu (11/6/2025).
Menurutnya, kebiasaan memilah sampah bisa dibangun melalui pendekatan komunitas dan edukasi yang konsisten.
Bank sampah juga menjadi bagian dari upaya implementasi pengelolaan sampah dari sumber sebagaimana diatur dalam Permen LHK No.14/2021. Dalam konteks ini, bank sampah tak hanya berfungsi sebagai tempat pengumpulan sampah anorganik, tetapi juga sebagai ruang belajar bersama dan penggerak ekonomi sirkular.
Yayasan WINGS Peduli menggandeng Waste4Change sebagai mitra pendamping. Pendekatannya mencakup lima aspek utama, mulai dari pelatihan kelembagaan, penyusunan regulasi internal, pelibatan warga, pengelolaan keuangan, hingga pemanfaatan sampah organik. Setiap lokasi mendapatkan pendampingan sesuai kebutuhan, seperti pembuatan kompos, pengolahan minyak jelantah, hingga produksi sabun alami sesuai dengan kebutuhan masyarakat setempat.
Baca juga: Gandeng Sejumlah Pihak, Pakuwon Luncurkan Kampanye Penanganan Sampah
“Tujuannya adalah menciptakan bank sampah yang berdaya dan menjadi bagian dari ekosistem ekonomi sirkular di komunitas,” kata Saka Dwi Hanggara, Campaign Manager Waste4Change. Pendampingan disebutnya tidak hanya soal teknis operasional, tetapi juga membangun kapasitas warga agar dapat mandiri dan berkelanjutan.
Salah satu contoh bank sampah yang kini aktif adalah Kartini 09 di RW 09, Cakung, Jakarta Timur. Dibentuk bersama ibu-ibu warga setempat pada tahun 2024, struktur kelembagaannya telah sesuai dengan ketentuan pemerintah. Setiap bulan, mereka mengumpulkan ratusan kilogram sampah dari empat RT.
“Saya jadi lebih peduli soal sampah, ilmunya juga bisa saya ajarkan ke anak dan suami,” ujar Hikmah, salah satu pengurus bank sampah tersebut. Ia juga mengaku mulai membiasakan membawa wadah makan sendiri untuk mengurangi sampah sekali pakai.
Di Surabaya, Bank Sampah B.I.A yang sempat vakum selama pandemi kembali aktif usai restrukturisasi kelembagaan. Dengan dukungan ketua RT sebagai penasihat, bank sampah ini berhasil mengelola lebih dari 1,3 ton sampah anorganik, termasuk jenis seperti boks plastik, minyak jelantah, dan seng.
“Sekarang saya bisa bedakan jenis-jenis plastik dan minyak jelantah, jadi semangat juga untuk setor rutin,” ujar Anggita, salah satu nasabah bank sampah tersebut.
Dua bank sampah binaan baru tahun ini dirancang sebagai model pengelolaan berbasis komunitas yang mempertimbangkan potensi dan kebutuhan lokal.
Tujuannya bukan hanya mengurangi timbunan sampah, tetapi juga menumbuhkan kesadaran dan kemandirian warga dalam menjaga lingkungan secara berkelanjutan.
Baca juga: Bank Sampah di Banjarnegara Sulap Plastik Kresek Jadi BBM
Mari berkontribusi langsung dalam upaya mencegah dan mengatasi masalah STUNTING di Indonesia. Ikut berdonasi dengan klik Kompas.com Jernih Berbagi.Artikel ini merupakan bagian dari Lestari KG Media, sebuah inisiatif untuk akselerasi Tujuan Pembangunan Berkelanjutan. Selengkapnya