Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Kaki Seribu Masuk Rumah? Jangan Dibunuh, Bisa Rusak Ekosistem Tanah

Kompas.com - 12/06/2025, 19:11 WIB
Eriana Widya Astuti,
Yunanto Wiji Utomo

Tim Redaksi

KOMPAS.com — Keberadaan kaki seribu di dalam rumah kerap memicu keresahan. Namun, langkah memusnahkannya menggunakan insektisida sintetis dinilai berbahaya bagi ekosistem tanah.

Peneliti IPB University, Nadzirum Mubin, menegaskan bahwa pengendalian hewan ini sebaiknya dilakukan secara alami dan preventif.

Menurut Nadzirum, kaki seribu berperan penting sebagai pengurai alami di lingkungan. Serangga ini memakan sampah organik seperti daun, ranting, dan kayu membusuk, lalu mengembalikannya ke tanah dalam bentuk unsur hara. Jika dibunuh secara masif, terutama dengan bahan kimia sintetis, proses penguraian alami ini akan terganggu.

“Jika dimusnahkan menggunakan insektisida sintetis, hal ini bisa berdampak negatif pada keseimbangan mikroorganisme tanah dan mengganggu proses alami penguraian bahan organik,” ujarnya, dikutip dari keterangan tertulis IPB University, Selasa (10/6/2025).

Baca juga: Krisis Serangga, Ragam Faktor yang Dipicu Manusia Penyebabnya

Dampak jangka panjangnya tidak sepele. Mengutip hasil penelitian IPB pada 2020, terganggunya keseimbangan mikroorganisme tanah akan memengaruhi tingkat kesuburan. Tanah bisa kehilangan siklus nutrisi seperti nitrogen, fosfor, dan kalium—yang membuat unsur hara tak lagi tersedia bagi tanaman.

“Jika keadaan ini terus berlanjut, akhirnya akan sampai pada kondisi lingkungan yang tidak mampu mendukung kehidupan mikroorganisme dan tanaman secara sehat untuk membentuk suatu ekosistem,” jelas Nadzirum.

Masuknya kaki seribu ke dalam rumah, menurut dia, berkaitan erat dengan gangguan pada habitat alaminya. Perubahan tutupan lahan dan kondisi lingkungan membuat serangga ini berpindah ke area permukiman. Namun begitu, kehadirannya di rumah tidak perlu disikapi dengan pemusnahan.

Ia menyarankan masyarakat cukup melakukan pembersihan rutin, pengeringan area lembab, dan menutup celah masuk seperti retakan atau saluran air bocor. Jika jumlahnya banyak, cari sumber kelembaban atau tumpukan sampah organik di sekitar rumah, lalu atasi dari akarnya.

“Cukup disapu dan dipindahkan ke luar rumah. Tidak perlu dibunuh,” tegasnya.

Baca juga: Harga Serangga untuk Pertanian: Tanpanya, Rp 300 Triliun Melayang

Mari berkontribusi langsung dalam upaya mencegah dan mengatasi masalah STUNTING di Indonesia. Ikut berdonasi dengan klik Kompas.com Jernih Berbagi.

Artikel ini merupakan bagian dari Lestari KG Media, sebuah inisiatif untuk akselerasi Tujuan Pembangunan Berkelanjutan. Selengkapnya

A member of


Terkini Lainnya
IPB Ajak Guru di Kediri Rancang Pembelajaran Gizi Seimbang Berbasis EcoFun
IPB Ajak Guru di Kediri Rancang Pembelajaran Gizi Seimbang Berbasis EcoFun
LSM/Figur
Debu Setara 300 Piramida Giza Melayang per Tahun, Ancam 330 Juta Jiwa
Debu Setara 300 Piramida Giza Melayang per Tahun, Ancam 330 Juta Jiwa
Pemerintah
Asia Dominasi Produksi Listrik Bersih, tetapi Masih Terpusat di China
Asia Dominasi Produksi Listrik Bersih, tetapi Masih Terpusat di China
Pemerintah
Pertamina Lestarikan Hutan di Besakih Bali dengan Tanaman Energi
Pertamina Lestarikan Hutan di Besakih Bali dengan Tanaman Energi
BUMN
Transisi Energi Eropa: Surya Meraja, Tendang Batu Bara ke Titik Terendahnya
Transisi Energi Eropa: Surya Meraja, Tendang Batu Bara ke Titik Terendahnya
Pemerintah
Sederet Tantangan Dekarbonisasi Transportasi, dari Bahan Bakar sampai Insentif EV
Sederet Tantangan Dekarbonisasi Transportasi, dari Bahan Bakar sampai Insentif EV
LSM/Figur
Di Mana Keadilan Iklim? Yang Kaya Boros Energi, Yang Miskin Tanggung Dampaknya
Di Mana Keadilan Iklim? Yang Kaya Boros Energi, Yang Miskin Tanggung Dampaknya
LSM/Figur
Kisah Relawan RS Kapal Nusa Waluya II - PIS, dari Operasi di Tengah Ombak hingga Mendapat Buah-buahan
Kisah Relawan RS Kapal Nusa Waluya II - PIS, dari Operasi di Tengah Ombak hingga Mendapat Buah-buahan
BUMN
China Terapkan Standar Energi Terbarukan Pertama untuk Sektor Baja dan Semen
China Terapkan Standar Energi Terbarukan Pertama untuk Sektor Baja dan Semen
Pemerintah
Satgas PKH Kuasai 2 Juta Hektar Lahan Sawit, Selanjutnya Apa?
Satgas PKH Kuasai 2 Juta Hektar Lahan Sawit, Selanjutnya Apa?
Pemerintah
Dorong Capaian SDGs, ITS Gelar Pemeriksaan Gratis Deteksi Kanker untuk Perempuan
Dorong Capaian SDGs, ITS Gelar Pemeriksaan Gratis Deteksi Kanker untuk Perempuan
Swasta
Susul Bank AS, HSBC Keluar dari Aliansi Iklim Perbankan Dunia
Susul Bank AS, HSBC Keluar dari Aliansi Iklim Perbankan Dunia
Swasta
Teknologi China Tembak CO2 dan Metana, Pangkas Dua Emisi Sekaligus
Teknologi China Tembak CO2 dan Metana, Pangkas Dua Emisi Sekaligus
Pemerintah
Inovasi Perekat Rendah Emisi, Lebih Aman untuk Rumah dan Lingkungan
Inovasi Perekat Rendah Emisi, Lebih Aman untuk Rumah dan Lingkungan
Pemerintah
Ahli Ungkap 3 Strategi Pengembangan Ternak Pedaging Berkelanjutan
Ahli Ungkap 3 Strategi Pengembangan Ternak Pedaging Berkelanjutan
LSM/Figur
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar di Artikel Lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau