Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Harga Serangga untuk Pertanian: Tanpanya, Rp 300 Triliun Melayang

Kompas.com - 04/06/2025, 11:04 WIB
Eriana Widya Astuti,
Yunanto Wiji Utomo

Tim Redaksi

JAKARTA, KOMPAS.com — Guru Besar Fakultas Pertanian IPB University, Purnama Hidayat, mendorong semua pihak untuk lebih menghargai dan mengembangkan potensi serangga, baik sebagai penyerbuk, pengendali hayati, maupun sumber pangan masa depan.

Dalam pandangannya, serangga memainkan peran penting yang selama ini kerap diremehkan. Salah satu contohnya terlihat dalam proses penyerbukan kelapa sawit, yang menjadi penopang besar perekonomian nasional dengan nilai produksi mencapai Rp 440 triliun per tahun.

“Kelapa sawit tanpa kehadiran serangga penyerbuk akan mengalami penurunan produksi hingga 70–80 persen,” ujar Purnama sebagaimana dikutip dari keterangan tertulis di laman resmi IPB University pada Senin (2/6/2025).

Ia menambahkan, dari total nilai produksi tersebut, sekitar Rp 300 triliun berpotensi hilang jika tidak ada kehadiran serangga penyerbuk dalam ekosistem kebun sawit.

Beruntung, menurutnya, Indonesia memiliki kondisi ekologi yang masih mendukung keberadaan serangga penyerbuk alami. Ini menjadi keunggulan dibanding negara tetangga seperti Malaysia, yang harus mengimpor serangga Elaeidobius kamerunicus dari Afrika demi menjamin keberhasilan penyerbukan sawit.

Baca juga: Populasi Serangga Hutan Tropis Turun Drastis, Apa Dampaknya?

“Tanaman kelapa sawit memang berasal dari Afrika, sehingga serangganya pun dibawa dari sana,” jelas Purnama.

Ia menekankan bahwa serangga adalah “pekerja ekosistem” yang sangat vital. Tanpa kehadiran mereka, proses penyerbukan harus dilakukan secara manual, yang hampir mustahil mengingat jutaan hektare kebun sawit tersebar di seluruh Indonesia.

Lebih lanjut, Purnama menyoroti peran serangga dalam konteks pertanian berkelanjutan. Salah satunya sebagai pengendali hayati alami untuk menekan penggunaan insektisida. Ia menyebut contoh sebuah perusahaan gula di Lampung yang berhasil menurunkan penggunaan insektisida hingga 80 persen berkat budidaya serangga predator.

“Ini menunjukkan bahwa serangga tidak hanya penting bagi sawit, tetapi juga untuk menjaga keseimbangan ekosistem pertanian secara luas,” ucapnya.

Tidak hanya dalam ekosistem pertanian, Purnama juga menyebut bahwa serangga menyimpan potensi besar sebagai sumber protein masa depan. Ia mengutip pernyataan FAO yang menyebut serangga sebagai sumber protein paling murah dan efisien secara energi.

Menurutnya, sejumlah negara seperti Thailand, Vietnam, dan Tiongkok telah menjadikan konsumsi serangga sebagai bagian dari budaya.

“Mungkin saat ini kita menganggap makan serangga aneh, tapi 20–30 tahun lagi, bisa jadi itu adalah hal yang biasa,” pungkasnya.

Baca juga: Krisis Serangga, Ragam Faktor yang Dipicu Manusia Penyebabnya

Mari berkontribusi langsung dalam upaya mencegah dan mengatasi masalah STUNTING di Indonesia. Ikut berdonasi dengan klik Kompas.com Jernih Berbagi.

Artikel ini merupakan bagian dari Lestari KG Media, sebuah inisiatif untuk akselerasi Tujuan Pembangunan Berkelanjutan. Selengkapnya

A member of


Terkini Lainnya
Menteri LH Desak Pembenahan Lingkungan di Kawasan Industri Pulogadung
Menteri LH Desak Pembenahan Lingkungan di Kawasan Industri Pulogadung
Pemerintah
Cabai Palurah dari IPB, Solusi Pedas Berkelanjutan untuk Dapur dan Industri
Cabai Palurah dari IPB, Solusi Pedas Berkelanjutan untuk Dapur dan Industri
LSM/Figur
Produksi Hidrogen Lepas Pantai Tingkatkan Suhu Lokal, Perlu Mitigasi
Produksi Hidrogen Lepas Pantai Tingkatkan Suhu Lokal, Perlu Mitigasi
Pemerintah
Tanam 1.035 Pohon, Kemenhut Kompensasi Jejak Karbon Institusi
Tanam 1.035 Pohon, Kemenhut Kompensasi Jejak Karbon Institusi
Pemerintah
Valuasi Ekonomi Tunjukkan Raja Ampat Lebih Kaya dari Hasil Tambangnya
Valuasi Ekonomi Tunjukkan Raja Ampat Lebih Kaya dari Hasil Tambangnya
LSM/Figur
Murah tapi Mematikan: Pembakaran Plastik Tanpa Kontrol Hasilkan Dioksin dan Furan
Murah tapi Mematikan: Pembakaran Plastik Tanpa Kontrol Hasilkan Dioksin dan Furan
Pemerintah
Driver Ojol Mitra UMKM Grab Akan Dapat Insentif BBM dan KUR
Driver Ojol Mitra UMKM Grab Akan Dapat Insentif BBM dan KUR
Pemerintah
Menhut: Target NDC Perlu Realistis, Ambisius tetapi Tak Tercapai Malah Rugikan Indonesia
Menhut: Target NDC Perlu Realistis, Ambisius tetapi Tak Tercapai Malah Rugikan Indonesia
Pemerintah
Populasi Penguin Kaisar Turun 22 Persen dalam 15 Tahun, Lebih Buruk dari Prediksi
Populasi Penguin Kaisar Turun 22 Persen dalam 15 Tahun, Lebih Buruk dari Prediksi
LSM/Figur
Pembukaan Lahan dan Pembangunan Sebabkan Buaya Muncul ke Permukiman
Pembukaan Lahan dan Pembangunan Sebabkan Buaya Muncul ke Permukiman
Pemerintah
Grab Rekrut Ribuan Driver Ojol untuk Sekaligus Jadi Mitra UMKM
Grab Rekrut Ribuan Driver Ojol untuk Sekaligus Jadi Mitra UMKM
Swasta
Potensi Rumput Laut Besar, tetapi Baru 11 Persen Lahan Budidaya yang Dimanfaatkan
Potensi Rumput Laut Besar, tetapi Baru 11 Persen Lahan Budidaya yang Dimanfaatkan
Pemerintah
Veronica Tan Ingin Jakarta Ramah Perempuan dan Anak
Veronica Tan Ingin Jakarta Ramah Perempuan dan Anak
Pemerintah
BRI Fellowship Journalism 2025 Kukuhkan 45 Jurnalis Penerima Beasiswa S2
BRI Fellowship Journalism 2025 Kukuhkan 45 Jurnalis Penerima Beasiswa S2
BUMN
Sistem Tanam Padi Rendah Karbon, Apakah Memungkinkan?
Sistem Tanam Padi Rendah Karbon, Apakah Memungkinkan?
Pemerintah
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar di Artikel Lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau